Cerita Sex Selingku Dipemakaman Suami

SLOT GACOR

 

Dimana juga kapan pun tentu anak muda tersebut kebanyakan gemar sekali sama pacaran,apalai gejolak anak remaja diprovokasi bnyak faktor. Saatnya hapus pun bahwa anak-anak tidak dapat luapkan isi hati, buktinya masa-masa kecil saja aku dah main-main cinta monyet sama anak saudagar mainan.

Tampangnya meski masih kecil kelihatan banget bila dia seorang penyayang, dari mulai berangkat sekolah hingga pulangpun aku tidak jarang kali bareng. Aku bercita-cita semoga aku dapat mendapat cowok laksana sosok kecil yang berada tepat disampingku. Tak tak sempat dia tidak jarang kali menggandeng tanganku. Ortu kamipun merasa mengherankan karena meski kita kecil kami berdua tidak sedikit menemukan kecocokan. Ini pun paling yang mengakibatkan aku mesti melepas lajangku yakni Menikah Pada umur belia,tak kupungkiri membuatku mendapat Kepuasan seks.

ini juga kemudian bermula dari pertemuanku dengan Susanto. Ceritanya begini, Aku menikah pada usia paling belia, yaitu 21 tahun. Aku lupa melanjutkan kuliah, sebab aku pada umur tersebut telah dinikahkan olah orang tua, sebab ayah mempunyai hutang judi yang tidak sedikit dengan seorang laki-laki playboy “kampungan”. Aku menikah dengan sang playboy, usianya paling renta sekali, 65 tahun pada ketika aku dinikahinya. Setahun aku hidup sekasur dengan dia, selama tersebut pula aku tidak pernah menikmati apa yang disebut nikmat seksual.

Padahal, kata teman-teman, malam kesatu malam yang sangat indah. Sedangkan guna aku, malam kesatu ialah malam neraka !!!. Ternyata, Burhan, suamiku tersebut mengidap penyakit diabetes (kadar gula darah yg tinggi), yang paling parah, sampai mengganggu kejantanannya diatas ranjang. Selama lima tahun kami menikah, selama tersebut pula aku digaulinya melulu dengan mencumbu, mencium, dan meng-elus-elus saja, selebihnya melulu keluhan-keluhan kekecewaan saja.

Burhan sering memicu dirinya dengan memutar film-film porno yang kami saksikan berdua sebelum melakukan kegiatan seksual. Tapi apa yang terjadi ? Burhan tetap saja loyo, tak dapat merangsang penisnya supaya bisa ereksi, tapi malah aku yang paling amat terangsang, konyol sekali. Aku mendapat latihan seksual dari film-film yang diputar Burhan. Aku tidak jarang berkhayal, aku disetubuhi laki-laki jantan. Aku sering mengerjakan masturbasi enteng untuk melampiaskan hasrat seksualku, dengan sekian banyak cara yang kudapat dari khayalan-khayalanku.

Pada sebuah hari, Burhan mesti tergeletak di lokasi tinggal sakit yang diakibatkan oleh penyakitnya itu. Selama nyaris satu bulan dia diasuh di RS, aku semakin terasa kesepian selama tersebut pula. Pada sebuah hari aku mesti pergi menebus obat di suatu apotek besar, dan mesti antre lama. Selama antre aku bosan sekali. Tiba-tiba aku hendak keluar dari apotek tersebut dan menggali suasana segar. Aku pergi ke suatu Mall dan santap dan minum disebuah restoran. Disitu aku duduk sendiri disebuah pojok. Karena begitu ramainya restauran itu, sampai-sampai aku mendapat lokasi yang belakang dan pojok. Setelah sejumlah saat aku makan, terdapat seorang anak muda ganteng mohon ijin untuk dapat duduk dihadapan aku.

Karena mungkin melulu bangku tersebut yang satu-satunya masih tersisa. Dia ramah sekali dan sopan, sarat senyum. Singkat cerita, kami berkenalan, dan ngobrol ngalor-ngidul, sampai suatu waktu, dia membuka identitas dirinya. Dia masih bujang, orang tuanya bermukim di luar negeri. Di Jakarta dia tinggal bareng adik perempuannya yang masih di bangku SMU. Hampir satu jam kami ngobrol. Dalam ketika obrolan itu, aku menyerahkan kartu namaku menyeluruh dengan nomor teleponnya. Cowok tersebut namanya Susanto, badannya tegap tinggi, kulitnya sawo matang, macho tampaknya. Sebelum kami berpisah, kami salaman dan janji bakal saling menelpon kemudian.

Sewaktu salaman, Susanto lama menggenggap jemariku sambil menatap dalam-dalam mataku diiringi dengan suatu senyum manis sarat arti. Aku membalasnya, tak kalah manis senyumku. Kemudian kami berpisah guna kembali kekesibukan masing-masing. Dalam perjalanan pulang, aku kesasar telah tiga kali.

Sewaktu aku nyetir mobil, pikiranku kok tidak jarang kali ke anak muda tersebut ? kenapa melulu untuk jalan kembali ke area perumahanku aku nyasar kok ke Ciputat, kemudian balik kok ke blok M lagi, kemudian terus jalan seraya mengkhayal, eh…..kok aku telah dikawasan Thamrin. Sial banget !!! Tapi Ok lho ?! Sudah satu minggu umur perkenalanku dengan Susanto, masing-masing hari aku merasa rindu dengan dia. Suamiku Burhan masih tergeletak di lokasi tinggal sakit, namun kewajibanku mengurusi Burhan tak pernah absen. Aku memberanikan diri menelpon Susanto ke HP nya. Ku katakan bahwa aku kanget banget dengan dia, begitu pula dia, sama kangen pun dengan aku.

Kami janjian dan ketemu ditempat dulu kami bertemu. Susanto menyuruh aku jalan-jalan, aku menolak, takut disaksikan orang yang kenal dengan aku. Akhirnya kami sepakat guna ngobrol di lokasi yang aman dan sepi, yaitu; ” Hotel”. Susanto membawa aku ke suatu hotel berbintang. Kami pergi dengan mobilnya dia. Sementara mobilku ku parkir di Mall itu, demi ketenteraman privacy. Di hotel tersebut kami mendapat kamat di lantai VII, sepi memang, namun suasananya hening, syahdu, dan romantis sekali. ” Kamu tidak jarang kemari ?” tanyaku, dia menggeleng dan tersenyum. ” Baru kali ini Tante ” sambungnya. ” Jangan panggil aku tante terus dong ?! ” pintaku.

Lagi-lagi dia tersenyum. ” Baik Yulia ” katanya. Kami saling memandang, kami masih berdiri berhadapan di depan jendela kamar hotel itu. Kami saling tatap, tak sepatahpun ada ucapan-ucapan yang keluar. Jantungku semakin berdebar keras, logikaku mati total, dan perasaanku semakin tak karuan, bercampur antara bahagia, haru, nikmat, romantis, takut, ah…..macam-macamlah!!!. Tiba-tiba saja, entah sebab apa, kami secara berbarengan saling merangkul, mendekap erat-erat. Ku benamkan kepalaku di dada Susanto, semakin erat aku dipeluknya. Kedua lenganku melingkar dipinggangnya. Kami masih diam membisu. Tak lama lantas aku menangis tanpa diketahui Susanto, air mataku hangat mengairi dadanya. ” Kamu menangis Yulia ? ” Tanyanya. Aku diam, isak tangisku semakin serius. ” kanapa ? ” tanyanya lagi. Susanto menghapus air mataku dengan lembutnya.

” Kamu menyesal kemari Yulia ?” tanya Susanto lagi. Lagi-lagi aku membisu. Akhirnya aku menggeleng. Dia menuntunku ketempat tidur. Aku berbarin di unsur pinggir ranjang itu. Susanto duduk disebelahku seraya membelai-belai rambutku. Wah….rasanya selangit banget !.

Aku unik tangan Susanto guna mendekapku, dia menurut keterangan dari saja. Aku memeluknya erat-erat, kemudian dia menghirup keningku. Tampaknya dia sayang padaku. Ku kecup pula pipinya.

ku semakin membara, maklum bertahun-tahun aku hanya dapat menyaksikan dan menonton saja apa yang disebut ” penis” semnatar belum pernah aku menikmati nikmatnya. Susanto membuka kancing bajunya satu persatu. Kutarik tangannya guna memberi isyarat agat dia membuka kancing busananku satu persatu. Dia menurut. Semakin dia membuka kancing busanaku semakin terangsang aku.

Dalam sekejap aku telah bugil total ! Susanto memandangi tubuhku yang putih mulus, tak henti-hentinya dia memuji dan menggelengkan kepalanya tanda kekagumannya. Lantas diapun dalam sekejap telah menjadi bugil. Aduh……jantan sekali dia. Penisnya besar dan ereksinya begitu keras tampaknya. Nafasku semakin tak beraturan lagi.

Susanto membelai payudaraku, lalu……mengisapnya. Oh…..nikmat dan aku terangsang sekali. Dia menciumi unsur dadaku, leherku. Aku tak kalah kreatif, ku pegang dan ku elus-elus penisnya Susanto. Aku terbayang seluruh adegan yang pernah ku saksikan di film porno. Aku merunduk tanpa sadar, dan menghisap penisnya Susanto. Masih kaku memang gayaku, namun lumayanlah bikin pemula. Dia menggelaih masing-masing kujilati kepala penisnya.

Jari jemari Susanto mengelus-elus kemaluanku, bulu memekku di elus-elus, sesekali manarik-nariknya. Semakin terangsang aku. Basah tak karuan telah vaginaku, diakibatkan oleh emosi sex yang meluap-luap.

Aku tak sempat segalanya. Akhirnya, kami sama-sama memungut posisi ditengah-tengah ranjang. Aku berbarimng dan membuka selangkanganku, siap posisi, siap digempur. Susanto memasukkan penisnya kedalam vaginanku, oh….kok sakit, perih ?, aku diam saja, tapi kian lama kian nikmat. Dia terus menggoyang-goyang, aku sesekali meladeninya. Hingga….cret…cret…cret…air mani Susanto tumpah muncrat di dalam vaginaku.

Sebenarnya aku sama laksana dia, kayaknya terdapat yang terbit dari vaginaku, namun aku telah duluan, bahkan telah dua kali aku keluar. Astaga, sesudah kami bangkit dari ranjang, kami lihat darah segar menodai seprei putih itu. Aku masih perawan !!! Susanto bingung, aku bingung. Akhirnya aku teringat, dan kujelaskan bahwa sekitar aku menikah, aku belum pernah disetubuhi suamiku, sebab dia impoten yang diakibatkan oleh sakit kencing manis. ” Jadi anda masih perawan ?! ” Tanyanya heran. Aku menjelaskannya lagi, dan dia mendekap aku sarat rasa sayang dan kemesraan yang dalam sekali. Kami masih bugil, saling berangkulan, tubuh kami saling merapat.

Aku menghirup bibir nya, tanda sayangku pula. Seharusnya kegadisanku ini kepunyaan suamiku, mengapa harus Susanto yang mendapatkannya? Ah….bodo amat ! aku pun bingung ! Hampir satu hari kami di kamar hotel itu, telah tiga kali aku mengerjakan hubungan sex dengan anak muda ini.

Tidak seluruh gaya dapat ku praktekkan di kamar itu. Aku belum kawakan ! Tampaknya dia pun begitu, tidak jarang kali tak duratif !! Tapi lumayan bikin pemula .

Setelah tidur makan, kami tudur-tiduran seraya ngobrol, posisi masig dengan busana seadanya. Menjelang senja aku bergegas ke kamar mandi. membrsihkan tubuh. Susanto pun ikut mandi. Kami mandi bersama, trkadang saling memeluk, saling mencium, tertawa, bahkan sedikit berkelakar dengan mengelus-elus penisnya. Dia tak kalah kreatif, dimainkannya puting payudaraku, aku terangsang……dan…….oh,….kami melakukannya lagi dengan posisi berdiri. Tubuh kami masih basah dan sarat dengan sabun mandi. Oh nikmatnya, aku mengerjakan persetubuhan dalam suasana bugil basah di kamar mandi. Susanto agak lama mengerjakan senggama ini, maklum telah berapa ronde dia malakukannya,. sekarang dia terlihat tampak tidak banyak kerja keras.

Dirangsangnya aku, diciuminya unsur luar vaginaku, dijilatinya tepinya, dalamnya, dan oh….aku menggeliat kenikmatan. Akupun enggan kalah usaha, ku kocok-kocok penis Susanto yang telah tegang membesar itu, ku tempelkan ditengah-tengah kedua payudaraku, kumainkan dengan kedua tetekku meniru adegan di blue film VCD. Tak kusangka, dengan adegan begitu, Susanto dapat memuncratkan air maninya, dan memancar ke arah wajahku. Aneh sekali, aku tak jijik, bahkan aku melulurkannya kebagian muka dan kurasakan nikmat yang dalam sekali. ” Kamu culas ! Belum apa-apa sudah terbit !” Seruku.

” Sorry, enggak tahan….” Jawabnya. Kutarik dia dan kutuntun Kotnol Susanto masuk ke memekku, kudekap dia dalam-dalam, kuciumi bibirnya, dan kugoyang-goyang pinggulku sejadinya. Susanto diam saja, terlihat dia agak ngilu, namun tetap kugoyang, dan ah….aku yang puas kali ini, sampai tak sadar aku mmencubit perutnya keras-keras dan aku separuh berteriak kenikmatan, terasaada sesuatu yang terbit di vaginaku, aku telah sampai klimaks yang sangat nikmat.

Setelah berlalu mandi, berdandan, baru terasa perangkat vitalku perih. Mungkin sebab aku terlampau bernafsu sekali. Setelah semuanya beres, sebelum kami meninggalkan kamar tersebut untuk pulang, kami sempat saling berdekapan di depan cermin. Tak tidak sedikit kata-kata yang kami dapat keluarkan. Kami membisu, saling memeluk. ” Aku sayang anda Yulia ” Terdenga suara Susanto separuh berbisik, sambil dia menatap wajahku dalam-dalam. Aku masih bisu, entah kenapa dapat begitu. Diulanginya ucapan-ucapan itu sampai tiga kali. Aku masih diam.

Tak kuduga sama sekali, aku meneteskan airmata, terharu sekali. ” Aku pun sayang anda Susanto ” Kataku lirih.” Sayang itu dapat abadi, namun cinta sifatnya dapat sementara ” Sambungku lagi. Susanto menyeka air mataku dengan jemarinya. Aku tampak bebal dan cengeng, mengapa aku dapat tunduk dan pasrah dengan anka muda ini ? photomemek.com Setelah puas dengan adegan perpisahan itu, kemudian kami melangkah terbit kamar, sesudah check out, kami mengarah ke Blok M dan kami berpisah di pelataran parkir. Aku sempat mengecup pipinya, dia pun membalasnya dengan menghirup tanganku. Susanto pulang kerumahnya, dan aku kembali dengan gejolak jiwa yang paling amat berkecamuk tak karua.

Rasa sedih, bahagia, puas, cinta, sayang dan sebaginya dan sebagainya. Ketika menginjak halaman rumahku, aku terkejut sekali, tidak sedikit orang berkumpul disana. Astaga terdapat bendera kuning dipasang disana. Aku mulai gugup, saat aku kemuar dari mobil, kudapati family mas Burhan telah berkumpul, terdapat yang menangis. Ya ampun, mas Burhan suamiku telah dipanggil Yang Kuasa. Aku sempat dicaci pihak keluarganya, kata mereka aku susah dihubungi. Karuan saja, HP ku dari semenjak di Hotel kumatikan sampai aku dirumah belum kuhidupkan. Kulihat mas Burhan telah terbujur kaku ditempat tidur.

Dia pergi guna selamanya, meninggalkan aku, meninggalkan semua kekayaannya yang membludak ruah. Kini aku jadi janda kaya yang kesepian dalam makna yang sebenarnya. Tiga hari lantas aku menghubungi Susanto via HP, yang membalas seorang wanita dengan suara lembut. Aku sempat panas, namun aku berjuang tak cemburu. Aku mendapat keterangan dari perempuan itu, bahwa dia adik kandungnya Susanto. Dan diterangkan pula bahwa Susanto telah berangkat ke Amerika secara mendadak, sebab dipanggil Papa Mamanya guna urusan penting.

Kini aku sudah kehilangan kontak dengan Susanto, sekaligus bakal kehilangan dia. Aku kehilangan dua orang laki-laki yang pernah memenuhi hidupku. Sejak saat tersebut sampai kini, aku selalu memimpikan laki-laki macho laksana Susanto. Sudah tiga tahun aku tak terdapat kontak lagi dengan Susanto, dan selama tersebut pula aku memenuhi hidupku melulu untuk shopping, jalan-jalan, nonton, ah…macam-macamlah. Yang sangat konyol, aku menjadi pemburu anak-anak muda ganteng. Banyak telah yang kudapat, mulai dari Gigolo profesional sampai anak-anak sekolah amatiran.

Tapi kesanku, Susanto tetap yang terbaik !!! Dalam kesendirianku ini . . . Segalanya dapat berubah .. . Kecuali, Cinta dan kasihku pada Ronad, Aku tetap menunggu, sekalipun kulitku hingga kendur, mataku lamur, usiaku uzur, ubanku bertabur, dan hingga masuk kubur, Oh….Susanto, kuharap anda membaca cerita kita ini. Ketahuilah, bahwa aku sekarang menjadi maniak seks yang luar biasa, hanya anda yang dapat memuaskan aku Susanto,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts