Jangan Asal Mengaku Alergi, Kenali Dulu 7 Tanda Bahwa Dugaanmu Salah!

SLOT GACOR SLOT GACOR

Ada kalanya seseorang akan menghindari mengonsumsi udang dan selai kacang dengan alasan alergi. Tahukah kamu, dilansir dari mensheath.com, menurut penelitian terbaru dari Annals of Allergy, Asthma, & Immunology menyampaikan bahwa lebih dari 2.000 orang melaporkan memiliki alergi, namun sesungguhnya hanya 28 persen yang benar-benar mengalaminya.

Karena itu, kamu harus bisa membedakan mana yang alergi, intoleransi, dan sensitif terhadap makanan. Berikut ini tanda-tanda bahwa kamu sebenarnya tidak benar-benar memiliki alergi!

1. Jika gejalanya hanya terjadi di perut

Dilansir dari prevention.com, reaksi alergi diatur oleh sistem kekebalan tubuh. Karenanya, reaksinya akan mirip, tak peduli alergi apa yang kamu idap. Sistem kekebalan tubuh mengontrol berbagai protein darah yang disebut antibodi. Gunanya adalah mengidentifikasi bakteri dan virus dalam tubuh.

Menurut Bruce Lanser, ahli alergi makanan dari National Jewish Health, Denver, ketika seseorang memiliki alergi makanan, tubuhnya secara keliru akan mengidentifikasi protein makanan tertentu sebagai ancaman. Adapun, antibodi immunoglobin E (IgE) akan menyerang protein tersebut. Karena itu, kamu akan merasakan gejala-gejala, seperti gatal-gatal, bengkak, susah bernapas, bersin, atau sulit menelan.

Sementara itu, jika intoleransi dan sensitif terhadap makanan, kamu tak memiliki respons dari sistem kekebalan tubuh yang sama. Adapun, sebagai gantinya kamu akan merasakan diare, sembelit, perut kembung, dan bergas. Intoleransi terhadap makanan berarti seseorang kekurangan enzim untuk memecah bagian makanan. Salah satu contohnya, saat seseorang intoleransi terhadap laktosa disebabkan karena kekurangan enzim laktase, yang berguna untuk memecah gula laktosa dalam susu. Sementara, sensitivitas makanan belum bisa teridentifikasi, namun biasanya hanya nyeri perut ringan dan sakit perut saat mengonsumsi makanan tertentu.

2. Jika gejalanya hanya terjadi di kepala

Menurut Lanser, jika satu-satunya gejala setelah makan adalah sakit kepala, itu bukanlah alergi. Itu karena sakit kepala bukanlah respons biasa diakibatkan oleh sistem kekebalan tubuhmu. Sakit kepala atau berkunang-kunang adalah tanda sensitivitas. Selain itu, bisa juga diikuti dengan perubahan perilaku. Sementara reaksi alergi tak akan menyebabkan anak kecil menjadi hiperaktif. Justru perilakunya akan cenderung pemurung, pendiam, dan menutup diri.

3. Jika gejalanya bertahap

Saat sensitif dan intoleransi terhadap makanan, kamu butuh waktu kurang lebih sejam untuk merasakan reaksi buruknya. Sementara, reaksi alergi berlangsung secara instan. Biasanya reaksinya akan langsung memuncak dan mereda setelah 30 menit lamanya.

4. Jika kamu tidak merasakan reaksi sama saat makan makanan yang serupa

Perutmu mungkin kembung atau nyeri setelah makan roti atau pizza karena kamu beranggapan memiliki alergi gandum. Namun, pernah suatu ketika kamu makan lagi dan tak merasakan reaksi yang serupa. Itulah yang terjadi saat kamu intoleransi dan sensitif terhadap makanan. Sementara, alergi terjadi setiap saat dan tak mengenal waktu.

5. Jika kamu masih bisa menangani porsi kecil dari suatu makanan

Jika kamu masih bisa menoleransi makanan dalam porsi kecil, itu bukanlah alergi. Itu karena alergi tak bisa menoleransi makanan penyebab reaksi, meskipun hanya remah-remah.

6. Jika reaksimu tak menyebabkan masalah yang serius

Biasanya intoleransi dan sensitif terhadap makanan sekadar membuatmu tak nyaman. Sementara, alergi bisa menyebabkan masalah serius, bahkan kematian. Jika kamu masih bisa menghadapi makanan yang membuatmu tak nyaman, itu bukanlah alergi.

7. Jika kamu hanya merasa mulas setelah minum susu, namun tak demikian setelah makan keju

Itu tandanya kamu bukan alergi susu, melainkan laktosa. Banyak orang kehilangan kemampuan untuk mencerna laktosa saat dewasa. Itu karena bakteri yang ada dalam keju telah memakan laktosa sehingga enzim-enzim yang bermasalah telah hilang dari keju.

Jika kamu masih berpikir bahwa kamu terkena alergi, tak ada salahnya kamu berkonsultasi dengan dokter. Siapa tahu dugaanmu benar dan kamu perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Related posts