55 Days Later Episode 7 Update
Salam agan-agan
Setelah ane kelalang-keliling baca cerita disini, ane beranikan untuk publish salah satu tulisan ane ke forum tercinta ini, sebelumnya ane sudah nulis cerita ini setahun yang lalu tetapi karena kesibukan dan ada tokoh yang “resign/grad” membuat ane kehilangan semangat dan ketikan ini jadi terbengkalai, namun setelah salah satu member ngepost cerita fiksi dengan tema “zombie” ane jadi kembali punya semangat buat lanjutin cerita ane wkwkwk. Soo, selamat membaca tulisan ane yang pertama dan masih nubie ini hehe.
metalgearzeke present………..
55 DAYS LATER
(Rating M+: Blood and Gore, Strong Language, Violence, Sexual Content)
Catatan
– Cerita ini berisi member dan mantan member
– Dah gitu doang
LIST OF EPISODES
1. Detour
2. Escape From Fate
3. A New Day
4. Where Are We Going
5. Trapped
The Timeline
6. When Worlds Down
1. Detour
Kubuka gorden jendela, sinar matahari langsung menusuk mataku yang masih kusut akibat bangun tidur. Pukul 8 pagi, pagi yang sangat sunyi bagiku. Berbeda di tahun2 sebelumnya, kuambil handuk yang menggantung di dekat pintu. Untung air di rumah ini masih ada, tak lama aku membersihkan badan dari sisa-sisa pertempuran tadi malam.
Oh iya, namaku Dino. Umur 23 tahun. Aku bekerja di sebuah perusahaan TI terbesar se-Indonesia. Karir bekerjaku cukup memuaskan, dengan uangku sendiri aku dapat membeli rumah sendiri tak jauh dari kantor dan sepeda motor yang harganya cukup mahal. Kehidupanku cukup bahagia sampai serangan itu menghancurkan harapan-harapanku.
Wabah “mayat hidup”.
Aku tak tahu darimana asalnya, tapi wabah itu sudah memporak-porandakan ibukota, bahkan mungkin seluruh Indonesia. Aku masih ingat setahun yang lalu, serangan itu benar-benar dahsyat. Hanya dalam beberapa jam saja ada ribuan mayat hidup menyerang pusat kota. Porak poranda dan kepanikan dimana-mana, polisi dan tentara bahkan kelabakan menghadang serangan mayat hidup itu sampai banyak kasus salah tembak, memperparah keadaan. Ingatanku masih menempel ketika saat itu aku terpaksa membunuh satu tentara hanya karena dia mengira aku tergigit.
Setelah itu aku ikut bergabung dengan beberapa orang yang ternyata tugasnya hanya menjarah barang-barang, namun insiden terjadi sehingga hanya tinggal aku saja yang selamat. Dan setelah itu aku hanya berjalan sendirian menyusuri permukiman-permukiman untuk bertahan hidup dari mahkluk bangsat itu.
Aku melanjutkan perjalanan, menuju timur. Aku dengar lewat radio kalau basis tentara sudah mengamankan daerah timur untuk dijadikan tempat permukiman sekaligus pertahanan. Aku harap orang tuaku selamat dan berada di permukiman itu. I hope.
Tak berapa lama aku tiba di sebuah jalan besar yang dipenuhi oleh bangkai mobil, baik yang sudah hancur maupun tidak. Aku mencoba mencari mobil yang mungkin masih bisa berfungsi.
Radio mobil masih berfungsi, bagus deh berarti mobil ini bisa dipakai. Aku membongkar bagasi mobil dan kutemukan berbagai macan barang. Sebuah tas dan jaket kulit.
“Jangan bergerak”
Suara apa itu. Aku bergegas menoleh.
“Aku bilang jangan bergerak”
“Jatuhkan senjata sekarang”
Suara wanita
Aku menuruti perkataan dia, kujatuhkan senapan ini ke aspal.
Aku berbalik, dan terlihat seorang wanita muda mengacungkan pistolnya. Dia terlihat cantik dengan hoodie hitamnya.
“Tetap disitu dan jangan bergerak” kata dia dengan suaranya yang bisa dibilang bagus. Ia mengambil tasku dan menggeledahnya, wanita itu tampak mengambil sebuah
Cokelat batangan.
“Darimana kamu mendapatkan ini?” Kata dia
“Dari dalam mobil”
“Minta satu ya” kata sang wanita
“Hmmmn okelah” kataku kecewa, susah-susah dapat makanan itu padahal. Aneh, meminta makanan dengan menodongkan pistol.
Ia mengambil cokelat itu. Senyumannya yang menggoda membuatku sedikit terpana.
“Apaan lihat-lihat?”
“Emhhhh, engga gak apa-apa”
Dia membuka bungkus cokelat itu dan mulai memakannya. Cukup lahap. Apakah dia benar-benar kelaparan.
“Emhh, mbak?”
“Iya”
“Ini makanan buat kamu, kamu pasti lapar kan?” Kataku sambil menyodorkan beberapa bungkus roti yang aku ambil di sebuah minimarket.
“Emhh makasih kak…..”
“Dino”
“Citra”
Citra. Nama yang cantik. Aku menjabat tangannya tanda perkenalan. Hmm tangannya halus banget.
Aku melanjutkan kegiatanku menghidupkan mobil. Karena tidak ada kunci, aku gunakan sebuah obeng untuk mencongkel lubang kunci, cukup susah.
“Lagi apa kak?”
“Lagi benerin mobil” kataku sambil tetap mencoba mencongkel.
“Susah banget kayaknya” kata Citra.
“Hehe iya”
Setelah beberapa lama, akhirnya mesin mobil menyala. Aku cek indikator bensin di speedometer. Tinggal sedikit tampaknya, tapi okelah mobil ini masih bisa jalan dan dalam kondisi baik.
Bruuummm
Beruntung juga mobil ini tidak terhalang puing-puing
“Citra, ikut kak Dino yuk” ajakku
“Emang mau kemana?”
“Aku tak tahu, aku cuma ingin keluar dari jalanan ini” kataku.
“Emm yaudah kak aku ikut kamu” kata Citra
“Tapi awas kalau macem-macem, nanti tak tembak kamu kak” lanjutnya.
“Hahaha gak ada niatan untuk culik kamu kok” kataku yang dibalas senyumannya, yang manis sekali menurutku.
Mobil ini akhirnya melaju, melewati puing-puing mobil dan mayat hidup tentunya, yang aku lihat mereka sedang memakan bangkai. Kuabaikan saja mereka. Mobil ini melaju pelan untuk menghemat bahan bakar yang tipis. photomemek.com Kunyalakan radio untuk meramaikan suasana.
“Small Hope Radio mengabarkan, bahwa serangan mayat hidup mulai tak terkendali di daerah Bogor. Angkatan Darat kewalahan dan mundur hingga puluhan kilometer. Kota Bogor sudah habis, hancur porak poranda. Korban diperkirakan mencapai ribuan jiwa.”
Raut muka Citra tampak masam mendengar berita itu.
“Kak”
“Iya Citra?”
“Apa cuma kita doang ya yang masih hidup sekarang?” Kata Citra.
“Gak ah, pasti masih ada yang selamat” balasku.
“Kalau kita doang yang masih hidup cerita ini bakal cepet selesai” kataku lagi.
“Cerita apa kak?”
“Emhhh, enggak-enggak hehe”
Radio mobil mengalunkan sebuah lagu, aku tak tahu apa judulnya namun lagunya cukup enak didengar
Tak terasa mobil ini sudah keluar dari jalan tol, pukul empat sore setelah melihat jam digital di mobil. Kami tetap sunyi walau radio sudah berulang kali melantukan lagu-lagu. Oh ternyata Citra tertidur, aku melihat sekilas wajahnya yang cantik saat tertidur. Sejuk liatnya.
Mobil ini akhirnya berhenti di sebuah rest area untuk mengisi bahan bakar. Aku cek sekeliling, sepi tanpa mayat hidup. Kubangunkan Citra dari tidurnya.
“Cit, bangun”
“Emmmm sampai mana kak?”
“Rest area, isi bensin dulu sambil kita cari makanan” kataku.
Kami keluar dari mobil, tak lupa aku mengecek peluru senapanku jika terjadi hal yang tak diinginkan. Kubuka pintu minimarket yang letaknya tak jauh dari mobil.
“Ambil makanan sebanyak mungkin, jangan lupa lihat kadaluarsanya” kataku ke Citra, yang dibalas dengan anggukan dia. Aku mengambil beberapa botol minuman, sedangkan Citra mengambil beberapa bungkus biskuit karena sudah pasti roti sudah kadaluarsa. Setelah beres kita keluar dari minimarket. Sialan. Ada dua mayat hidup di dekat mobil.
“Kak. Ada itu….”
“Iya aku tahu, kubereskan mereka”
Kubidik senapanku ke arah kepala mayat hidup itu. Dor! Dor! Mayat itu terjatuh. Tembakanku tepat sasaran.
“Ayo Cit. Kamu masuk mobil dulu.”
Citra bergegas masuk ke mobil, sedangkan aku mengaktifkan selang bahan bakar yang untungnya masih berfungsi. Kuisi bahan bakar sebanyak mungkin.
“GRAAAAAAHHHHH”
“OH FUCK”
Bangsat! Aku tak sadar kalau masih ada mayat hidup disini, mahkluk sialan itu nyaris saja menggigit lenganku. Mayat hidup itu memegang lenganku berusaha untuk meggigitku.
Dor! Dor! Dor!
Mayat itu rubuh seketika. Aku langsung memukul kepala mayat itu dengan senapanku. Berkali-kali hingga kepala mayat hidup itu seperti tak berbentuk lagi.
“Haaaahhhh bangsat! bangsat!”
“Kakak, kamu gak apa-apa?” Citra menghampiriku.
“Aku gak apa-apa” balasku. “Cepat, masuk mobil”
Kulihat beberapa mayat hidup berlari menuju mobil kami. Cepat-cepat kuhidupkan mesin mobil dan keluar dari rest area ini. Aku injak gas dalam-dalam.
Brummmm brummmmm
Akhirnya aku berhasil menjauhi kerumunan mahkluk sialan itu.
“Kak, beneran kamu gak digigit?” kata Citra.
“Enggak kok hehe” balasku berusaha tertawa. “Makasih banget ya tadi, kalau gak ditembak, gak tau deh nanti kayak gimana”
“Iya kak sama-sama”
“Eh Citra, ambilin tissu” kataku. Mobil ini berhenti, aku membersihkan senapanku yang berlumuran darah bekas mayat tadi. Setelah beres aku melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan aku dan Citra saling bercengkrama diselingi canda tawa. Citra bercerita bahwa dia seorang mahasiswi semester tiga dan tinggal di Jakarta sama seperti aku. Dia selamat dari serangan wabah mayat hidup saat berada di kampusnya dan bergabung dengan beberapa orang yang selamat. Sayangnya sebuah insiden membuat Citra terpisah sendiri dari orang-orang itu.
Tak terasa sudah menjelang malam, mendung pekat menyelimuti sore ini. Kulihat Citra yang kembali tertidur, uhhh raut mukanya yang manis bikin aku senyum-senyum sendiri. Akhirnya mobil ini keluar dari jalan tol. Sial! jalan keluar tertutup reruntuhan jembatan tol.
“Ah kampret”
“Ada apa kak?”
“Jalannya ketutupan, kita gak bisa lewat” kataku.
Hujan deras mengguyur malam ini, aku dan Citra sedang memakan makanan yang kita dapatkan di rest area tadi. Kulahap dua bungkus biskuit coklat sedangkan Citra memakan cokelat. Hmmmn sepertinya dia sangat suka cokelat.
“Chocolate lover ya kamu?
“Hehe iya kak” jawabnya
“Kakak mau?” Tanya Citra
“Hmmm bolehlah minta secuil”
Citra memotong setengah cokelatnya dan diberikan kepadaku.
“Thanks.”
“Kak, ehemm…”
“Ya?”
“Seberapa jauh tempat tujuan kita?”
“Cukup jauh.”
———————————–
Plok plok plok plok plok
“Kakkk kakkk mmhhhh ohhhh ohhhh”
“Kakkk lebih kenceng ohhhh”
Tubuh dia bergoyang-goyang memainkan penisku yang terbenam di dalam vaginanya yang sempit itu. Dengan posisi dia diatas tubuhku, aku mengisap puting imutnya. Dia mendesah keras.
“Kakkkkkk ughhhhhhh isep yang kenceng”
Dengan senang hati, hehe
Cukup lama kami berada di posisi ini, sepuluh menit kemudian.
“Kakkk ohhhhh keluarrrrrr”
Goyangan itu semakin keras, penisku seperti diremas dengan sangat keras, sehingga aku tak bisa menahan benih-benih hangat yang sudah aku tahan.
“Akkuuu jugaaaa ahhhh”
Crotttt croottttt crootttt. Spermaku menyembur dengan keras kedalam rahimnya. Dia langsung jatuh lemas ke dadaku. Aku menikmati orgasmeku, lemas sekali.
“Grahhhhhhhh” Tubuh dia berguncang, menampakkan wajahnya yg mengeluarkan darah.
“Anjinggggggg”
“Kak”
“Kak”
“KAK DINO”
Hah! Apa? Siapa? Dimana?
“Kakak gak apa2?”
Hhhhhh ternyata cuma mimpi.
“Nghhhh, mimpi buruk hehe” jawabku
“Sampai keringetan gitu” kata Citra. Kamu gak tahu tadi aku mimpi bersetubuh denganmu. Dia tersenyum.
Duh jadi gemes lihatnya.
“Sudah pagi ya?” Tanyaku
“Iya”
Kurenggangkan tubuhku, lalu aku buka pintu mobil. Udara dingin langsung menusuk kulit. Kulihat sekeliling, tampak aman.
“Oke Cit, kita jalan kaki” kataku.
“Iya kak”
————————–
Kulihat arlojiku, jam 12 siang. Aku dan Citra sedang berada di sebuah motel untuk beristirahat sejenak. Motel ini terlihat sangat berantakan, banyak sekali mayat-mayat di sana-sini serta mobil-mobil yang berserakan. artikelbokep.com Untung saja tidak ada mayat hidup disini.
Kulihat Citra sedang memakan roti cokelat dengan lahapnya, ini memang si cewek suka cokelat banget ya sampai tadi merengek minta roti cokelat.
“Aku belum pernah makan roti seenak ini” kata Citra.
“Padahal lumrah di minimarket” kataku.
“Hehe”
“Cepet habisin, kita jalan lagi abis ini” kataku.
“Oh iya kamu masih ada peluru?”
Citra mengambil pistolnya, dan mengeluarkan amunisi di magazinenya.
“Tinggal lima” katanya.
“Duh, dihematin pelurunya. Gunakan kalau memang benar-benar terdesak” kataku.
“Iya kak”
“Yuk kita jalan lagi” ajakku sambil dibalas dengan anggukan Citra.
Singkatnya kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, sambil memeriksa beberapa mobil yang terparkir di pinggir jalan. Sialnya hampir semuanya sudah tak bisa dihidupkan.
Matahari mulai tenggelam, sebentar lagi malam. Aku dan Citra tiba di sebuah motel kecil, berbeda dengan motel sebelumnya, ada beberapa mayat hidup yang berjalan-jalan. Tidak banyak sih cuma ada empat.
“Citra, awasi belakangku ya. Aku habisi mahkluk itu.” Kataku sambil dibalas dengan anggukannya.
Perlahan-lahan aku mendekati mayat hidup itu, kupegang pisau yang kutemukan di motel sebelumnya.
Jleb. Kutusuk leher mayat itu.
“GRAHHHHHH” mahkluk itu berteriak kesakitan, tapi dengan cepat aku tusukkan kembali pisau itu ke lehernya. Mahkluk itu mati.
Syukurlah, teriakan tadi tidak mengundang perhatian mayat hidup lainnya. Dengan cara yang sama kuhabisi mayat hidup lainnya dengan pisau.
“Kak, aku dengar suara ketokan” kata Citra.
“Dimana?” Kataku.
“Diatas”
“Yuk kita cek”
Kami perlahan berjalan menaiki tangga, ada dua mayat hidup tampaknya. Dengan cepat kutusukkan pisau itu ke leher mayat hidup. Huffft tampaknya ini yang terakhir.
“Dok dok dok”
“Hei, ada orangkah didalam?” kataku.
“Tolong, tinggalkan aku sendiri” jawab suara itu.
“Hah, kenapa? Aku ingin menolongmu” Kataku.
“Please, tinggalkan aku sendiri!”
Aku tak peduli dengan teriakannya, kutendang pintu itu berulang kali. Hingga akhirnya.
“Berhenti, tolong. Oke aku keluar.”
Pintu itu terbuka, betapa kagetnya aku melihat seorang perempuan yang terluka parah di bagian tangan kanan.
“Apa yang terjadi?”
“Kamu tidak lihat? aku tergigit.” kata si wanita.
“Ini gila, ini benar-benar gila. Pacarku dimakan oleh mayat hidup itu, sekarang aku tergigit.” tambahnya dengan suara parau.
“Aku ingin mengakhiri hidupku, aku sudah muak dengan semua ini.” dia mendekatiku.
“Kita bisa mengobati luka itu, jangan berpikiran negatif dulu.” kataku.
“Persetan, kalau sudah tergigit ya sudah jadi mahkluk itu.” bantah si wanita.
“Sudah tak ada harapan lagi.”
“Kamu, kamu punya pistol?” kata si wanita sambil menoleh ke arah Citra yang sedang memegang pistol.
“Bolehkah aku pinjam sebentar saja?” dia mendekati Citra.
“Kak, tolong”
“Sebentar saja, tolong.” kata si wanita sambil terus mendekati Citra.
“Hei, jangan sentuh dia!” teriakku.
Tangan si wanita berusaha memegang pistol yang dipegang Citra. Aku berusaha untuk memisahkan mereka namun sayangnya, pistolnya berhasil direbut oleh si wanita.
“Jangan mendekat!”
“Hei mbak, tolong pikirkan dulu keputusan ini.”
“Tidak, tidak. Ini keputusanku.”
DOR!
Bruk
Wanita itu jatuh, kepalanya mengeluarkan darah dari peluru pistol itu.
GRAHHHHHHHHHHHHH
Sialan! suara pistol pasti menarik perhatian mahkluk-mahkluk itu.
“Citra! Ayo masuk kesini.” kataku sambil menarik tangannya. Kami masuk ke kamar bekas si wanita tadi, kututup pintu dan kuseret lemari pakaian ke pintu.
“Kayaknya kita bermalam disini dulu, diluar terlalu berbahaya.”
“Iya kak, aku takut.” kata Citra.
———————————
Malam menjelang, aku sedang tiduran disamping Citra, yang sudah tertidur lelap di kasur yang bisa dibilang tidak terlalu besar, tapi karena tubuh dia yang mungil jadi enggak terlalu sempit.
Dia cantik sekali, bahkan disaat tidur.
And, credits roll…..,,,,,,,