Patung Milikku
patung Milikku
Author : Nona Violet
RATE : M
Warning! : Meskipun ini me masukin di cerpan, ini cerita gak coliable banget (yg cari bahan fap2 jangan baca deh mending). Jadi ga terima kritik soal ss yg gak Hot :v..
.
.”Kau ingat ini hari apa Langit biru?” Gadis berambut panjang lurus itu menyentuh wajah sebuah patung lilin berwujud seorang pria disudut kamarnya yang gelap. Wajahnya yang ayu dan tatapannya yang lembut tampak begitu bahagia saat membelai pipi dan hidung mancung yang terpahat dengan sangat sempurna disana.
“Kenapa kau diam?” Gadis itu mengerucutkan bibirnya saat tak ada jawaban yang keluar dari bibir sang pria. Tentu saja karena dia hanyalah sebuah patung. “Baiklah akan kuingatkan,” Gadis itu kembali berbicara dan berlahan mengecup bibir patung miliknya. Kalau saja ada orang yang melihatnya pasti sudah menganggapnya gila.
Dia tersenyum sangat manis. Begitu bahagia dan seolah tak ada beban sedikitpun dimatanya yang selalu tampak sayu. “Kau ingat kan hari ini genap 8 tahun kita tinggal bersama? Hehehm…” Tawanya menyiratkan kebahagiaan. “Malam itu kau adalah laki-laki yang sangat tampan yang ada didalam pesta kelulusan itu. Semua mata gadis-gadis memandangmu dengan tatapan ingin memiliki, tentu saja termasuk aku,” Kenangnya dengan senyum getir.
Lalu tatapannya berubah. Mata yang menyiratkan kesejukan disetiap tatapannya berubah mendung penuh kesedihan. “Tapi…,” Gadis itu menundukkan kepalanya, mengehla nafas panjang dan menghembuskannya berlahan. “Semua pasti kecewa saat kau mengumumkan rencana pertunanganmu dengan gadis itu kan?” Iris berwarna gelapnya kembali menatap sesosok patung pria yang sangat mirip dengan manusia itu. “Semua tidak rela mendengar kau pindah dan menetap diluar negri, terlebih bersama gadis beruntung yang telah kau pilih,” Gadis itu masih terus menatap patung itu seakan sesosok yang dia ajak bicara sedang memperhatikannya.
“Dan kau ingat bukan saat terakhir kali kau memakan sup ayam buatanku? Sup yang membuat kita bisa dekat,” Dia kembali tersenyum hangat. Matanya seolah menghilang saat tersenyum dan hanya meninggalkan lengkungan indah diwajahnya, senyuman khas dari gadis pecinta seni rupa ini. “Maaf ya kalau sup terakhir buatanku itu tidak enak,” Ucapnya sambil mengusap lembut pipi sang patung penuh kasih sayang.
“Cih! Sial! Sial! Sial!” Umpat pemuda dengan model rambut Fauxhawk. Memukuli pohon besar yang sengaja ditanam ditaman sekolah itu. “Brengsek! Brengsek!” Kedua tinjunya yang kuat berkali-kali ia hantamkan kepohon yang tidak bersalah apa-apa sampai jari-jarinya memerah dan lecet.
“Kau baik-baik saja Kresna Prabu Nugraha?” Suara lembut dari seorang wanita itu membuat kepalanya menoleh kiri-kanan. Tapi ternyata suara itu berasal dari balik pohon yang sedang ia pukuli.
Gadis itu tersenyum. Mata berkacamata dengan bingkai hitam tebal itu seolah terpejam saat dia tersenyum. Sudah menjadi ciri khasnya sebagai kutu buku yang sedikit pemalu. “Eh…” Sang pemuda membalas dengan senyuman yang dipaksakan, sedikit heran apa yang dilakukan gadis itu dibawah pohon ditaman sekolah sendirian.
Tapi tidak perlu heran lebih lama karena dirinya melihat kotak bekal dipangkuan gadis yang duduk dirumput yang hijau dan terawat itu. “Kau sedang apa disini, Putri Binar Violentina?” Balasnya persis menirukan gadis itu saat memanggilnya meski dia tahu jawabannya.
“Eh aku-” Melihat bekal dipangkuannya sebentar lalu kembali menatap wajah pemuda yang biasa dipanggil Kresna oleh teman-temannya, “-sedang makan siang.” Jawabnya kembali tersenyum manis.
“Kau selalu membawa bekal sendiri?” Kresna mendekati gadis berponi rata itu. “Boleh duduk disini?” Lalu meminta ijin untuk duduk disamping Vio, yaah siapa tahu mengobrol dengan gadis yang hampir tidak pernah dilirik siswa lelaki ini bisa membuatnya sedikit terhibur. Dan gadis yang jika dilihat dengan seksama nampak cantik itu mengangguk, mengijinkan Kresna duduk disampingnya.
“Memangnya kenapa kau selalu membawa makanan sendiri?” Lanjut Kresna setelah duduk disamping Vio. Gadis berseragam sekolah yang sama sepertinya, baju putih berdasi merah-putih berpola kotak-kotak dengan bawahan yang senada dengan dasi berbentuk silang diujung kancingnya, seragam yang selalu rapi dan bersih tidak pernah berantakan seperti dirinya.
Gadis itu tersenyum memandang jauh kedepan, kesemak-semak hijau yang tak kalah terawat dari rumput yang didudukinya. “Kata ibu aku harus selalu menjaga kesehatan, dan kupikir makanan yang kubuat sendiri itu lebih sehat. Karena aku benar-benar tahu bagaimana keadaannya waktu masih mentah, aku tahu betul caraku mencucinya sudah bersih atau belum,” Jawabnya membuat pemuda itu ikut tersenyum.
“Emm… memangnya kau masak sesehat apa sih?” Ujar Kresna seolah benar-benar penasaran dengan masakan Vio.
“Sup sayuran dengan kaldu ayam,” Gadis itu membuka bekalnya. Sebuah kotak bento dengan tiga sekat dan menunjukkannya pada Kresna. Ada semangkuk kecil sup bertabur bawang goreng yang Vio ceritakan tadi, isinya bermacam-macam sayuran. Ada wortel, kubis, kentang, kacang polong dan suwiran daging ayam. Lalu disampingnya ada perkedel kentang dan tempe goreng, dikotak satunya berisi nasi dan sambal kecap sebagai pelengkap makan siangnya.
Kresna tampak antusias dengan bekal yang dibawa teman sekelasnya itu, “Waaahh sepertinya lezat.”
“Kau mau? Kalau kau mau ambilah,” Vio tersenyum dan menyodorkan kotak makanannya pada Kresna.
“Eeee…hehehe…bagaimana ya,” Ujar Kresna meringis. Menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Padahal kan dirinya hanya berbasa-basi karena dirinya tidak terlalu suka sayur, tapi melihat ketulusan yang terlukis diwajah Vio rasanya pemuda yang sedikit hyperaktif itu tidak tega untuk menolaknya. “Kalau kumakan bagaimana denganmu?” Kresna mencoba meyakinkan Vio, syukur-syukur kalau gadis itu tidak memaksanya.
“Tenang saja. Waktu sarapan tadi aku makan cukup banyak, jadi aku tidak lapar,” Jawabnya juga meyakinkan Kresna.
Yah. Mau bagaimana lagi Kresna-pun menerima kotak bekal makanan yang diberikan Vio dan mencium aromanya. “Hmmmm…harum sekali,” Kresna terlihat lucu saat mencium aroma makanan itu, ekspresinya mirip diiklan penyedap makanan yang sering ditonton Vio. Gadis itu-pun tersenyum malu-malu melihat tingkah Kresna yang setaunya memang selalu riang.
“Ayo cepat makan,” Ujar Vio dengan suaranya yang terkesan lembut.
“Baiklah…” Dengan senyum lebar pemuda itu menyendok sup yang diberikan Vio. Lalu memasukkan sesendok kuah sup beserta potongan ayam kedalam mulutnya dan mengunyahnya berlahan. Karena dirinya tidak suka sayur Kresna mencoba meresapi rasa makanan itu, sedangkan Vio memiringkan kepalanya berharap Kresna akan menyukai sup-nya. “Huuupmmmhh…waaaaaaaahhh…ini lezat sekali! Benar-benar lezat aku tidak bohong,” Tidak disangkanya ternyata sup buatan Vio memang benar-benar lezat. Bahkan seorang picky eater seperti Kresna mengakui masakkan sederhana buatan Vio benar-benar lezat. Apa kabar ibunya yang selalu memaksa Kresna memakan sayur mengetahui hal ini?
Vio tersenyum lega. Lalu membetulkan letak kacamatanya yang sedikit melorot, “Syukurlah. Kalau begitu habiskan.” Perintahnya.
“Tapi yakin kau tidak mau?” Kresna kembali memastikan sup itu benar-benar untuknya. Kali ini kalau gadis itu menolak lagi, dirinya akan benar-benar menghabiskan semua makanan ini. Dan sepertinya dugaannya benar, gadis itu menggeleng pelan menandakan makanan itu sudah diikhlaskan untuknya.
“Kau saja aku tidak lapar. Sungguh.”
‘Krrrruuukkk…kkrrruuukk…’ Sayangnya perut gadis penyuka warna ungu itu tidak bisa berbohong. Keduanya bertatapan lalu tertawa menertawakan suara perut gadis yang kini wajahnya sudah semerah udang rebus.
“Kalau begitu ayo makan bersama-sama,” Cengiran pemuda itu tidak mampu lagi membuat Vio menolak ajakannya. Gadis itu mengangguk pelan dan mengambil sepotong tempe goreng dan menggigitnya berlahan.
“Sendoknya Cuma satu bagaimana caranya kau makan sup-nya ya?” Wajah Kresna tampak tak enak saat menyadari sendoknya hanya satu, memang pastinya Vio tidak membawa sendok lagi karena biasanya dia hanya makan sendirian.
“Kalau begitu kau saja yang memakannya, aku makan tempe dan perkedel ini saja,” Vio berusaha membuat Kresna merasa tidak enak.
“Jangan begitu. Ini kan bekalmu,” Lalu Kresna menyendok sup itu. “Kalau begini saja bagaimana?” Kresna mendekatkan sendok bekasnya yang sudah berisi wortel. Mencoba menyuapi Vio.
“Eh tapi…” Vio membulatkan matanya sedikit kaget dan tentu saja canggung. Seumur-umur dirinya tidak pernah disuapi pria lain selain ayahnya, itu-pun saat dirinya sakit.
Seakan menyadari keraguan Vio, Kresna mencoba meyakinkan. “Mulutku bersih, kau tenang saja,” Lanjutnya dengan senyum lebar dan lagi-lagi senyuman itu tidak bisa membuat gadis berkulit seputih susu itu menolaknya.
Vio membuka mulutnya dengan ragu, menerima suapan dari pemuda yang lumayan mempunyai banyak penggemar disekolahnya ini. Entah apa kabar dirinya jika kejadian langka ini diketahui penghuni sekolah lain, mungkin akan menjadi headline berita mading didepan sana.
Pipi yang kini merona itu bergerak berlahan saat dirinya mengunyah makanan yang diberikan Kresna, entah hanya perasaannya saja atau bagaimana makanan itu rasanya lebih lezat dari sebelumnya.
“Jadi apa sebenarnya yang membuatmu kesal tadi?” Tanya Vio tiba-tiba, mencoba menetralisir perasaannya sendiri yang sedikit rumit dengan kejadian ini.
“Oh tidak, aku hanya kalah bertanding basket dengan ketua Osis,” Jawab Kresna dengan wajah sedikit kecewa.
Mengerjapkan matanya sedikit tak percaya. “Kau kalah dengan adik kelas?” Sedetik kemudian gadis itu memegang perutnya, menahan tawa mendengar pengakuan Kresna.
“Kenapa kau tertawa?” Tanya Kresna mendeathglare Vio.
“Um. Tidak-tidak.” Vio menggeleng dengan cepat takut pemuda itu benar-benar tersinggung. “Hanya saja kehebatanmu bermain basket kan sudah sangat terkenal disekolah?”
“Itu masalahnya. Kau tau kan betapa malunya kalau kau jadi aku?” Jawab Kresna memainkan sendok yang dipegangnya, menyiratkan kekesalan. “Semua menertawakanku. Teman-temanku marah karena aku membuat tim kalah,” Sesalnya. Entah kenapa itu membuat wajahnya jadi terlihat lebih lucu.
Vio tersenyum geli mendengarnya. “Sudahlah, fokus kita adalah ujian akhir kan? jangan bebankan pikiranmu dengan hal semacam itu. Kita sudah mau masuk kuliah, kurasa tidak pantas jika hanya memikirkan kepopuleran dan gengsi,” Ucap Vio panjang lebar, membuat Kresna tersenyum. Dirinya sedikit sadar, kelakuan bodoh semacam itu hanya dilakukan anak SMA bukan?
“Hehehe…baiklah. Aku mengerti, kalau begitu ayo kita habiskan supnya,” Ucap Kresna kembali bersemangat lalu menyendok makanannya lagi, dan tingkahnya itu lagi-lagi membuat Vio tertawa.
Setelah beberapa saat keduanya tampak sedikit lebih lepas. Terutama Vio yang biasanya canggung saat mengobrol dengan laki-laki yang tidak akrab dengannya itu tampak terus tertawa lepas dan sesekali menerima suapan sup dari Kresna. Sepertinya pribadi Kresna yang humoris dan cuek membuatnya lebih mudah berteman dengan Kresna daripada teman pria yang lainnya.
Sejak saat itu hubungan keduanya menjadi semakin akrab dan dekat, setiap kali bel istirahat Kresna dan Vio selalu menghabiskan waktu dibawah pohon itu. Membicarakan banyak hal, tentang sekolah dan beberapa hal pribadi. Beberapa siswi juga menyebar gosip bahwa mereka telah berpacaran, awalnya gadis yang berpenampilan sedikit ketinggalan tren itu bersusah payah menjelaskan bahwa mereka hanya teman. Namun Kresna memintanya untuk tidak menghiraukan apa perkataan orang lain. Meski didalam hati gadis pendiam itu sepertinya berharap bahwa gosipnya akan segera menjadi kenyataan.
Iya. Sang gadis pendiam dan pemalu itu jatuh cinta, jatuh cinta pada sahabatnya yang lucu dan cuek. Sahabat yang kadang bersikap konyol dan membuat pipinya bersemu merah saat bersamanya. Matanya yang selalu memancarkan semangat keceriaan, tawanya yang begitu lepas sampai saat marahnya-pun gadis itu suka. Iya dia benar-benar jatuh cinta, cinta pertamanya dan seharusnya dia berjuang untuk memilikinya. Tapi sayangnya cinta itu harus dia kubur dalam-dalam dihatinya, gadis itu tidak mau Kresna membencinya. Vio lebih memilih untuk mengubur cinta itu agar wanginya tak sempat tercium siapapun. Vio sadar siapa dirinya, meski Kresna adalah sahabatnya tapi bukan berarti pemuda itu mencintainya, bukan berarti pemuda itu juga ingin memilikinya. Dia pernah mendengar sebuah lagu, bahwa selalu dan hanya wanita yang cantik saja yang akan dipilih. Sedangkan siapalah dirinya, hanya gadis kutu buku yang ketinggalan tren. Kresna sahabatnya pasti juga akan memilih gadis yang cantik seperti remaja wanita seperti pada umumnya kan?
Seharusnya dia bersyukur bukan? Kresna mau menjadikannya teman disaat gadis-gadis lain juga ingin dekat dengan pemuda penuh semangat itu?
‘Pip’ Sebuah ponsel berkedip diatas nakas samping ranjang berukuran queen. Lalu si empunya yang masih berselimut dengan nyaman mencoba meraih ponsel itu dengan tangan kanannya. Setelah benda berukuran 4,7 inch itu ada ditangannya, dia memicingkan matanya agar lebih jelas membaca pesan yang masuk karena dirinya sedang tidak menggunakan kacamatanya.
KRESNAKRESNA
Kapan kau akan masuk kesekolah lagi?
Aku merindukanmu, kau tau?
Sen 07.00
Gadis yang wajahnya terlihat pucat itu tersenyum membaca pesan singkat dari sahabat sekaligus pria yang dicintainya. Mungkin untuk sebagian orang kata rindu kepada seorang sahabat itu wajar, beda lagi dengan seseorang yang sedang jatuh cinta seperti Vio. Setiap kata akan diartikan cinta, setiap pertanyaan akan diartikan cinta, secuil perhatian akan diartikan cinta.
KRESNAKRESNA
Kapan kau akan masuk kesekolah lagi?
Aku merindukanmu, kau tau?
Sen 07.00
VioletMungkin besok aku sudah kembali bersekolah
Tunggu saja
Sen 07.05
KRESNA
Baiklah aku akan menunggumu, jaga kesehatan
Maaf ya hari ini aku tidak bisa mengunjungimu.
Oh iya besok aku akan mengatakan sesuatu padamu
Sen 07.07
Violet
Oh baiklah, tunggu aku besok.
Sen 07.08
‘Mengatakan sesuatu?’ Vio menggulirkan bola matanya keatas, wajahnya semakin cantik tanpa kacamata yang biasa membingkainya. Dirinya berandai-andai mungkinkah kali ini Kresna akan mengungkapkan cinta padanya? Mungkinkah semua dugaannya kepada Kresna benar, bahwa pemuda tampan itu juga mencintainya? ‘Haaah…’ Vio membenamkan wajahnya dibantal bersarung bunga tulip warna ungu, sungguh membayangkannya saja membuat pipi putih itu kembali memerah. Sepertinya besok dirinya harus sedikit berdandan saat bertemu dengan Kresna.
Belum sempat Vio menoleh kebelakang kearah suara itu, pundaknya sudah dirangkul lebih dahulu oleh si empunya suara. Kresna, entah sejak kapan kebiasaannya merangkul sembarangan pundak Vio menjadi hal yang sudah tidak lagi asing bagi keduanya. Meski Vio tetap merasa canggung dan malu.
“Kau mengagetkanku,” Vio menggembungkan pipinya memprotes Kresna.
“Hehehehehe… maaf aku hanya terlalu bersemangat,” Jawabnya dengan cengiran khas Kresna. “Eh tunggu sebentar,” Kresna menghentikan langkahnya dan membuat tubuhnya menghadap Vio dan menyamakan tingginya dengan Vio yang lebih pendek darinya. Dia meneliti wajah Vio, menyadari ada yang lain diwajah sahabatnya itu.
Vio menundukkan kepalanya membuat poni depannya yang rata menutupi sebagian wajahnya, dia malu ditatap Kresna seperti itu. Jangan-jangan sahabatnya ini tau dirinya sedang memakai makeup tipis. Sedangkan Kresna yang penasaran semakin mendekatkan wajahnya sampai-sampai mirip sepasang kekasih yang mau berciuman.
Vio memejamkan matanya kuat-kuat saat hembusan nafas beraroma freshmint Kresna tercium olehnya, dirinya benar-benar takut dan dengan gerakkan tiba-tiba dia membuat jarak dirinya dan Kresna dengan kedua tangan didepan dadanya. “Hentikan! Hentikan! Hentikaaan!” Dengan gerakkan tiba-tiba pula Vio memukul-mukul dada Kresna menghentikan Kresna.
“Oe oe oe…kau ini kenapa?” Kresna mencoba menghentikan serangan Vio, dia tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Vio yang menyerangnya dengan memejamkan mata.
“Kenapa kau tertawa! Dasar! Kau mau menciumku kan?!” Teriak Vio salah tingkah tanpa berani menatap wajah Kresna.
“HAHAHAHAHAHAHA! Tidak tidak, kau jangan salah paham. Aku hanya ingin memastikan apa kau memakai makeup ,” Jawab Kresna. Dan Vio menghentikan serangannya dengan wajah semakin memerah, dirinya benar-benar malu. Lalu Kresna kembali mendekatkan wajahnya diwajah Vio, “Jadi kau benar memakai makeup ya?”
‘Blush’ Pipi Vio memerah lagi, lebih tepatnya merah padam, mungkin levelnya sudah 100%. Jarak itu terlalu dekat untuknya.
“Kau cantik, apalagi kalau tanpa ini.” Tiba-tiba Kresna membuka kacamata tebal Vio dan membawa berlari pergi. Vio gelagapan dan berusaha meraih dan merebut kacamata miliknya, tapi dirinya kalah gesit dengan Kresna.
Mereka berkejar-kejaran dikoridor sekolah, seolah tak peduli beberapa kali menabrak siswa yang lainnya. Bahkan ada yang mengumpat kesal pada Vio saat dengan tak sengaja dia menumpahkan minuman yang dibawa orang itu, dan mau tak mau harus membuat Vio meminta maaf dan itu membuat dirinya semakin jauh tertinggal Kresna. Lalu Kresna masuk kesembarang kelas sedangkan Vio masih mengejarnya dari kejauhan. Vio ingin menangis saja dibuatnya. Sejahil-jahilnya Kresna dia tidak pernah sejahil hari ini.
Vio mulai lelah mengejar Kresna yang jelas-jelas tenaganya lebih banyak dari dirinya. Tapi Vio tidak menyerah, dia terus mengikuti Kresna sampai ketaman belakang sekolah. Merasa keterlaluan memperlakukan Vio yang baru saja sembuh, Kresna sengaja berhenti dibawah pohon tempatnya dan Vio biasa makan siang dan membiarkan Vio menangkapnya.
“Hah..hah..hah…aku capek,” Kresna merebahkan tubuhnya yang berkeringat diatas rumput dengan nafas tersengal, diikuti Vio yang duduk dan mengambil kacamata milikknya.
“Kresna… kau tau kan aku baru saja sembuh,” Vio mengerucutkan bibirnya sebal tapi tetap saja tidak sesebal itu, karena yang melakukannya adalah Kresna.
“Hehehehe maaf-maaf aku hanya terlalu bersemangat,” Cengirnya menanggapi Vio.
Vio memakai kembali kacamatanya dan duduk, mencoba membuat nafasnya yang tersengal menjadi normal kembali. Keduanya saling diam tak bersuara memberi jeda beristirahat sejenak. Kresna yang juga sedang mengatur nafasnya hanya memandang biru-nya langit pagi yang tanpa awan sedikitpun.
Vio menoleh kearah sahabatnya yang berbaring disampingnya, dilihatnya nafas Kresna masih belum normal. Terlihat dari dadanya yang naik-turun tak beraturan. Lalu Vio mengikuti arah pandang Kresna. Langit biru. Kresna sedang memandang langit biru. Mata gadis itu bergantian memandang wajah Kresna yang tampan dan langit yang dilihatnya.
Vio tersenyum tipis. Langit biru tanpa awan yang tampak begitu indah, bahkan sedikit saja tidak ada. Seakan awan memang sengaja tidak mau merusak birunya langit itu. Memandang langit sama saja memandang Kresna, wajah pemuda itu begitu bahagia seakan tidak ada sedikitpun beban dihidupnya. Terlebih hari ini, Kresna tampak sangat gembira dan bersemangat, jujur saja itu juga membuatnya ikut bersemangat.
Vio masih memandang Kresna yang mulai memejamkan matanya. Bukankah pemuda itu mau mengatakan sesuatu padanya. Vio ragu untuk bertanya tentang hal apa yang ingin dibicarakan Kresna kemarin, tapi rasa penasarannya yang besar membuatnya mencoba memberanikan diri membuka obrolan. “Jadi ka-“
“Kurasa aku sedaang jatuh cinta,” Kalimat yang baru saja meluncur dari mulut Kresna membuat Vio terpaksa menghentikan kalimatnya.
“Eh?” Dia memandang wajah Kresna yang masih terpejam. Kresna tersenyum lebar saat mengatakan bahwa dia sedang jatuh cinta, diam-diam jantung Vio mulai berdebar. Bagaimana kalau Kresna jatuh cinta padanya? Apa dirinya siap?, bagaimana kalau Kresna jatuh cinta pada gadis lain? apakah dirinya juga siap?Ah lebih baik ditanyakan saja bukan. “De-dengan siapa?” Tanya Vio sedikit gugup. Dalam hati, Vio sangat berharap bahwa namanya yang akan disebut pemuda penyuka buah anggur itu.
Kresna membuka matanya berlahan, lalu menoleh kesamping yang didapatinya sahabat perempuannya itu sedang memandangnya dengan penuh tanya. Dia tersenyum pada Vio lalu bangun dan duduk disampingnya. “Selena. Aku jatuh cinta pada Selena.”
Seperti dihantam batu yang besar tepat dikepala dan tombak dijantungnya, Vio membulatkan mata indah-nya. Dia merasa dirinya akan pingsan, tapi itu tidak boleh terjadi kan? “Oo-oh Se-selena anak duabelas C?” Ucapnya terbata-bata dan Kresna mengangguk mengiyakan. Selena Gunawan, anak seorang pejabat kaya yang kaya dan pintar itu. Cantik, putih, sexy dan tentu saja modis. Dia juga seorang model yang berbakat, bahkan dirinya telah beberapa kali membintangi iklan produk kecantikan. Vio tau itu, iya sangat cocok bukan dengan sahabatnya yang juga tampan ini.
“Bagaimana menurutmu?” Tanya Kresna menatap wajah Vio yang tak disadarinya telah berubah.
Vio tersenyum dengan senyum adalannya. Meskipun itu senyuman palsu yang hanya untuk menutupi perasaannya. “Kurasa dia gadis yang cantik,” Jawabnya membuat mata Kresna berbinar.
“Benarkah???”
“Iya, kenapa tidak? Apa kau sudah mengatakannya?” Senyuman palsu itu masih terus mengembang diwajahnya yang ayu dan lembut.
Kresna menggeleng, “Belum, aku belum mengatakannya.”
“Kenapa kau tidak mengatakannya?”
“Aku malu, aku takut dia menolakku.”
“Kau ini laki-laki. Kalau aku jadi kau, aku akan mengatakannya. Masalah ditolak atau diterima itu masalah belakangan. Yang penting dia harus tau kalau kau menyukainya,” Ironis. Gadis itu berbicara seolah dirinya sama sekali tidak ada dalam posisi itu. Memang benar kan menjalani hidup itu tidak semudah berbicara dan memberi pendapat.
Kresna kembali tersenyum lepas. Senyuman tanpa beban yang membuat Vio sangat tergila-gila, tapi kali ini senyumnya bukan karena dirinya. “Baiklah kalau kau yang mengatakannya. Aku akan mengatakannya besok pada Selena kalau aku sangat menyukainya,” Ujar Kresna penuh semangat.
“Bagus itu baru namanya temanku,” Vio nyengir mengangkat ibu jarinya, benar-benar akting yang sempurna bukan untuk menutupi perasaan yang sebenarnya sedang kacau itu?
“Oh iya, hari ini aku mampir apartemenmu ya? Kau masak sup lagi kan Vio?”
“Akan kumasakkan untukkmu,”
“Wahaaaaa… kau memang sahabat terbaikku,” Ucap Kresna langsung mendekap Vio dan membuat pipinya memerah. Entah ocehan kebahagiaan apa saja yang dia ceritakan pada Vio disela pelukkannya, Vio hanya menatap langit yang biru. Iya langit biru tanpa awan itu memang sangat mirip dengan Kresna, sesuka apapun dirinya pada langit. Langit tetaplah langit. Dia begitu tinggi dan tak tercapai tangannya. Lagipula mencintai tidak harus memiliki kan? Itu kata orang, Benarkah begitu?
“Jadi kapan kau akan mengatakannya?” Gadis yang tampak sibuk mengukir kepala patung lilin itu memandang bosan pada sahabat laki-lakinya yang sedang duduk tidak bersemangat diruang seni rupa itu.
“Aku tidak berani. Kau tau kan Vio, kabarnya semua siswa laki-laki ditolaknya,” Jawabnya sama sekali tak bergairah. Memang sejak satu bulan setelah menceritakan pada Vio, Kresna belum juga mengungkapkan perasaannya pada Selena. Entahlah dirinya hanya belum yakin saja mengutarakan perasaannya pada gadis cantik dan pintar itu.
Masih sibuk dengan prakarya patung lilinnya, gadis itu diam tak menjawab Kresna. Sudah bosan dirinya berpura baik-baik saja saat pria itu menceritakan Selena, dirinya juga bosan memberikan dukungan agar dia cepat-cepat menyampaikan perasaannya pada Selena.
Sikapnya itu ternyata membuat Kresna sadar sesuatu. “Vio, Kenapa kau diam?”
“Kau tidak lihat aku sibuk,” Jawabnya tanpa melihat Kresna. Lalu Kresna mendekat karena penasaran oleh patung lilin itu dan sedikit merendahkan badannya untuk melihat detail patung yang diukir Vio.
“Waaahh mirip sekali, ini Pak kepala sekolah kan?” Kresna tampak kagum oleh karya yang dihasilkan Vio. Walau belum sempurna tapi patung itu sangat mirip dengan kepala sekolahnya yang botak. Vio masih diam dan memahatnya. “Vio. Aku juga mau dibuatkan patung lilin diriku, Hehehehe…” Kresna nyengir didepan dada Vio yang terhalang kepala patung itu.
“Bahannya mahal Kresna. Kau harus memodaliku terlebih dahulu untuk membeli bahannya,” Vio berpura-pura tidak terlalu memperhatikan ocehan Kresna dan malah asik dengan karya seni-nya, padahal dalam otaknya sedang memikirkan Kresna.
“Aaaahh kalau soal itu jangan khawatir. Nanti kalau aku sudah bekerja aku pesan patung padamu ya?” Ujarnya sambil terkekeh. Lalu tiba-tiba terdiam seperti mengingat sesuatu. “Eh, Vio sebentar lagi kita lulus kan.”
Vio menghentikan gerakkan tangannya dan memutar bola matanya keatas, iya kalau dipikir-pikir satu bulan lagi mereka akan lulus. Dan itu artinya dia akan jarang bertemu Kresna lagi. “Apa yang kau khawatirkan?” Tanyanya dengan nada lembut, dia berharap Kresna akan sedih karena mereka akan berpisah.
“Iyaaa yang pasti aku akan merindukanmu,” Kalimat yang meluncur dari mulut Kresna itu sukses membuat Vio bersorak dalam hati. Senyum tipisnya tak dapat ia tahan, harapannya terwujud kan. “Dan yang pasti aku harus mengatakanya pada Selena sebelum lulus,” Dan pernyataan susulan itu seketika merusak suasana hati Vio lagi.
SUMBER cerita ngentot perkosa selena gomez