Istriku Ternyata Eksibisionis Copas..tp Seru

Istriku Ternyata Eksibisionis Part 1: Obsesi Yola

Prolog:
cerita di bawah ini merupakan 80% kisah nyata yang direvisi oleh saya Naryo selaku suami, bersama sahabat cyber saya bernama Raka (perlu diingat bahwa Raka akan muncul di part 3 dari kisah berkelanjutan ini). Nama yang akan di tampilkan dalam sepanjang cerita “Istriku ternyata Eksibisionis” ini adalah 100% nama pendek dan nama panggilan dari nama asli kami.

Saya (Naryo) 32 tahun dan Istri (Yola) 29 tahun, kami sudah menikah selama 7 tahun lamanya (Sejak Tahun 2005). Saat ini sudah tahun 2012, Agustus. Sedikit bercerita tentang istri saya selaku tokoh utama dari kisah nyata ini, ia memiliki penampilan cukup sederhana dan menarik, angat periang, dan memiliki banyak teman. Menurut Raka, istri saya cukup cantik dan menarik jika diberi angka 1-10 ia memilih angka wajah (7.5) dan badan (7). Dan ia seperti memiliki darah keturunan chinese hanya sekitar 20% saja (tidak terlalu kelihatan).

Tokoh-tokoh dalam kisah Istriku ternyata Eksibisionis Part 1 (Obsesi Yola):
– Naryo (penulis, saya, suami dari Yola)
– Yola (tokoh utama dalam cerita ini, istri dari Naryo)
– Raka (teman cyber online saya)
– Doni (pelajar SMU 1, anak dari tetangga di desa kami)
– Rizal (teman doni, lebih pendiam)
– Pak Yono (sang benalu desa, orang yang kurang ajar, tidak tahu malu, gendut, tidak menarik, pengangguran)
– Pak Risman (pekerja keras, sangat hormat kepada semua orang terutama saya dan istri saya)
– Pak Soni (tetangga sekaligus sahabat keluarga kami)

Kisah ini akan saya ceritakan dari awal mulanya mengapa saya menyatakan istri saya seperti kebanyakan orang berkata tentang istilah eksibisionis, yakni suatu tindakan yang menyukai jika orang lain melihat dirinya tanpa busana atau hanya mempertontonkan bagian-bagian aurat tertentu kepada public.

==================================================
Pada Cerita Part 1 ini merupakan kisah 5 tahun lalu (Tahun 2005) Ketika saya dan istri saya masih belum semapan dan memiliki uang seperti sekarang ini (Tahun 2012).

Saya, Naryo, dan Yola, istri saya, tinggal di sebuah permukiman tidak kumuh atau bisa dikatakan desa yang sudah cukup modern karena sudah ada listrik dan telekomunikasi. Rumah ini diberikan oleh ayah saya karena dia sudah tidak menggunakannya lagi. Ayah saya merupakan orang yang cukup terkenal di desa ini. Jadi kami rasa tinggal di sini sangatlah menyenangkan mengetahui bahwa banyak dihormati oleh tetangga dan orang sekitar. Rumah kami ini tanahnya sangat besar, akan tetapi bangunannya sudah cukup tua karena merupakan salah satu warisan dari kakek buyut saya.

Sekiranya setelah kami menikah kami tinggal di rumah ini, kami selalu bersikap ramah kepada semua orang desa ini. Dan selalu bersedia menyediakan rumah ini untuk acara-acara desa ini berhubung rumah kami sangat luas halamannya. Mungkin sedikit dari kalian yang mengetahui bahwa kehidupan di pemukiman atau pedesaan adalah saling berbagi baik makanan gula minuman buah-buahan sayuran serta rumah tinggal ataupun halamannya. Jika sekali saja kami bertindak yang menentang dapat dikucilkan oleh seluruh orang di desa ini. Karena
kebaikan kami kepada orang desa serta istri saya yang berperawakan menarik dan periang kepada semua orang. Istri saya, Yola, sangat dikenal oleh semua orang di desa ini bahkan bisa dibilang ia merupakan wanita paling menarik di desa ini. Banyak sekali tetangga saya yang melirik istri saya seperti ingin menelanjanginya. Istri saya maupun saya menyadari mereka berpikiran seperti itu akan tetapi kami terus berusaha ramah seperti menyapa tertawa seperti layaknya tetangga biasa. Satu tahun telah berlalu, kami belum juga di karuniai anak. Istri saya mulai jadi bahan perbincangan orang-orang desa. Ada yang berpikiran saya tidak dapat memuaskan istri saya padahal cantik begitu. Ada juga yang berpikiran istri saya tidak dapat melakukan Dengan saya. Akan tetapi, kami berusaha menanggapi itu semua dengan baik saja tanpa rasa amarah. Oleh karena itu, kami sangat menyukai anak-anak jika ada anak-anak yang sedang berkunjung kami sering kali memberikan
makanan ataupun uang jajan untuk mereka. Dan mereka cukup akrab kepada kami hampir seperti teman bermain. Istri saya yang periang itu selalu mengajak mereka bermain ataupun memberikan makanan. Anak-anak itu senang sekali bercanda dengan istri saya, seperti kejar-kejaran karena mereka pura-pura mengambil sendal istri saya ataupun ketika istri saya menjemur pakaian mereka iseng sekali untuk menyolong pakaian kami yang sedang kami jemur (hanya untuk bercanda).

Dua tahun telah berlalu, saya bekerja sebagai pemilik persawahan di desa ini dan istri saya sesekali bekerja membantu neneknya menjaga toko di kota. Kehidupan keuangan kami sangatlah cukup untuk ukuran orang desa. Suatu ketika istri saya pulang cukup larut sekitar jam 20 malam pada hari jumat. Kemudian, setelah berberes-beres istri saya bersiap-siap untuk mandi, waktu menunjukkan pukul 21.00 malam. Lalu istri saya ke halaman belakang rumah saya untuk bersiap mandi. Istri saya melepaskan pakaian nya dan menggantungkan handuk serta pakaiannya di samping kamar mandi karena kamar mandi kami kecil dan sempit tidak dapat dibuatkan gantungan di sana. Sepertinya saya belum sempat bercerita bahwa rumah desa seperti ini biasanya memiliki WC / Kamar Mandi di halaman tidak di dalam rumah seperti di kota-kota besar. Karena kami memiliki tembok yang cukup tinggi. Maka kakek saya membangun WC tersebut agak terbuka. Kamar mandi tersebut tetap memiliki atap dan pintu, hanya saja pintu tersebut terbuat dari papan tipis dan sebagian terbuka di bagian kaki serta sebagian terbuka di bagian kepala serta tidak menggunakan kunci melainkan hanya cantelan. Atapnya pun terbuat dari seng plastik dan beberapa kayu. Hanya untuk melindungi panas. Letak kamar mandi tersebut kebetulan berseberangan dengan jendela kamar tidur kami. Sehingga jika istri saya mandi saya dapat melihatnya dengan jelas kaki dan kepala istri saya dari dalam kamar serta suara air bak yang di gayung oleh istri sayapun terdengar dengan jelas.

Saat itu, saya sedang berada di kamar sambil mempersiapkan uang untuk pembelian pupuk sawah kami. Sesekali saya melihat istri saya yang sedang mandi. Sekiranya beberapa menit setelah itu saya seperti mendengar ada suara cekikikan anak kecil tertawa. Sepertinya itu adalah suara Doni dan Rizal (anak dari salah satu tetangga kami). Mereka ini bersekolah tingkat SMU 1. Lalu saya berusaha mencari asal suara tersebut ternyata mereka memanjat tembok belakang rumah kami dan mengintip istri saya yang sedang mandi. Saya melihat dari posisi itu ia
tidak dapat melihat tubuh istri saya seluruhnya. Karena tertutup dengan atap serta pintu kamar mandi kami akan tetapi jika istri saya bergerak ke pojok kamar mandi mungkin dapat terlihat sebatas dada hingga ke kepala. Saya ingin menegurnya lalu saya berpikir “ah sepertinya hanya anak-anak saja, ngerti apa sih, paling bercanda saja.” Serta saya juga merasakan darah saya berdesir entah mengapa antara rasa suka, bangga, senang, dan horny. Sekiranya 20 menit kemudian istri saya sudah bersiap untuk keluar dari kamar mandi, lalu saya melihat kedua anak tersebut menundukkan kepalanya tetapi mereka tetap masih berada di sana. Ketika istri saya keluar untuk mengambil handuk, saya yakin mereka melihat tubuh istri saya seluruhnya telanjang tanpa sehelai pakaianpun. Mereka cekikikan sambil turun dari sana. Lalu istri saya kembali ke dalam, dan saya tidak mengatakan apapun tentang itu.

Dengan perasaan libido saya yang sudah meningkat tadi langsung saja istri saya yang baru kembali ke dalam rumah saya ajak bermain di ranjang cinta kami. “Mah, papa ingin nih…”, kata saya. Istri saya berkata “Ihh papa, masa baru mandi uda mau di kotorin lagi…”. Tanpa menunggu persetujuan, saya langsung menyambar handuk istri saya. Dan saya melihat dua buah payudara berukuran 34 C menggantung bebas. Saya langsung menghisap buah dadanya dan menyelipkan jari saya ke dalam liang kewanitaannya. Setelah itu saya sudah tidak tahan lagi untuk memasukkan senjata saya ke dalam liang tersebut. Karena kami ini hanyalah orang desa biasa, permainan kami belumlah seperti
orang-orang pada umumnya. Asalkan kami puas kami senang. Saya menggoyangkannya berkali-kali istri sayapun mengikuti irama saya. Saya tidak tahan lagi tanpa berlama-lama sayapun mencapai puncaknya. Dan keluarnya semuanya didalam rahim istri saya. Saya terkulai lemas karena kepuasan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Sedangkan, istri saya nampak belum merasakan apapun. Ia hanya menggerutu, “papa bikin mamah pusing aja.” Saya tidak mampu menjawab apa-apa.

Keesokan harinya Doni dan Rizal serta beberapa anak lainnya seperti biasa bermain-main ke rumah kami. Doni dan Rizal bersikap biasa saja hanya saja sesekali mereka hanya tertawa-tawa saja melihat istriku dari kejauhan dan saya mengerti betul mengapa mereka tertawa. Semenjak itu Doni dan Rizal menjadi anak-anak yang lebih sering ke rumah kami. Dan saya pun karena menyukai anak-anak sering mengajaknya bermain catur atau kartu bersama tetangga-tetangga lain di rumah kami maupun menonton televisi. Beberapa hari setelah itu kejadian yang serupa terjadi lagi. Ketika istriku sedang mandi Doni dan Rizal berusaha mengintip istriku kembali dari balik diding. Sayapun senantiasa memantau mereka dari dalam kamar. Ketika istriku keluar dari kamar mandi, istriku sepertinya menyadari kehadiran Doni dan Rizal karena saya lihat istriku mengadah ke atas untuk melihat ke arah dinding tersebut. Saya melihat Doni dan Rizal panik berusaha menundukkan kepalanya. Tetapi saya yakin istri saya masih dapat melihat rambut mereka yang masih sedikit menonjol. Namun, yang saya kagetkan adalah, istri saya tidak mengatakan apapun kepada mereka malah istri saya bersikap biasa saja seperti tidak mengetahui kehadiran mereka. Saya sendiri bingung apakan istri saya mengetahui kehadiran mereka atau tidak. Namun dari gelagat istriku, sepertinya saya yakin betul istriku menyadari kehadiran mereka. Istriku bersikap cuek saja dan handukan lalu masuk ke dalam rumah. Saat ini, aku mengalami libido yang jauh lebih tinggi lagi dari kejadian pertama, karena yang ada di dalam pikiranku saat ini adalah istriku “dengan sengaja” memamerkan tubuh telanjangnya kepada anak-anak SMU itu. Walaupun aku sendiri tidak pernah tahu kebenarannya. Lalu, ketika istriku masuk ke dalam kamar, aku sangat-sangat ingin menyetubuhi istriku kembali. Dengan sangat cepat aku mencium dan meraba seluruh tubuh istriku. Dan yang aku herankan istriku tidak menolak apapun, ia hanya berkata “masss… hmpphhh”. Aku meraba dadanya, meremasnya memilinnya, menghisapnya, menciumnya. Ia hanya melenguh, “uhhhmm…” Ketika aku menggapai selangkangannya… Aku sangat kaget, ternyata istriku sudah basah!!! Aku tidak tahu apakah ini pengaruh dari rangsanganku ataukah karena Doni dan Rizal tadi. Apapun itu, aku, aku berpikir tidak karuan tidak sampai 5 menit aku sudah mencapai ejakulasiku lagi!!! Aku sangat menyesalinya!!! Istriku, Yola, wanita periang ini pun berseru kepadaku, “papah jangan dongg mama masih mau… ayo dong pahh!” Lalu aku benar-benar menyesal dan menjawab, “maaf ya mamah, abis mama cantik banget malam ini.” Istriku menggerutu lagi, “ah papa mah!!” Dan, akupun tertidur. Aku tidak tahu lagi apa yang dilakukan istriku setelah itu. Yang aku tahu keesokan paginya, aku tidak menemukan istriku disebelah ku. Melainkan ia tertidur di depan televisi tanpa mengenakan pakaian sehelaipun. Lalu aku membangunkan istriku untuk menyuruhnya mandi. Sekaligus aku bertanya, “loh mamah kok tidur di sini? gak pake baju lagi” Istriku kebingungan sambil menjawab, “iyah pah abis kemarin kita main seru, mamah keluar sebentar ambil minum eh ketiduran deh.” Sayapun tidak bertanya lagi lebih lanjut apa yang terjadi setelah saya tertidur, saya hanya berpikir sendiri “apakah ia bermasturbasi sendirian? ataukah ada yang menontonnya? ataukah ia selingkuh dengan pria lain?” Tetapi saya tidak mencium adanya bau-bau
pria lain ataupun kecurigaan yang bersangkutan dengan itu.

Beberapa hari kemudian, hari itu adalah hari sabtu pukul 10 pagi, Doni dan Rizal bermain ke rumah untuk menonton televisi. Istriku sedang berberes-beres rumah dengan hanya mengenakan daster tipis putih bercorak kembang saja. Sedangkan aku sedang berbenah di dalam kamar. Namun, sudah saatnya istriku untuk mandi. Istriku masuk ke kamar dengan melewati untuk mengambil daster baru. Lalu, saya melihat dari kamar bahwa istriku melepaskan daster lamanya dan menggantungnya seperti biasa di samping kamar mandi, dan berjalan ke dalam kamar mandi. Ketika air bak mandi istriku terdengar. Saya mendengar Doni dan Rizal seperti ribut sendiri dan berlarian ke belakang rumah kami. Lalu saya mulai mengintai keberadaan Doni dan Rizal, dan benar saja mereka sedang mengintip istriku lagi. Akan tetapi, dari posisi itu ia tidak akan melihat tubuh istriku, karena terutup oleh pintu kamar mandi. Paling yang terlihat hanya kaki dan kepalanya saja. Akupun mengintip istriku dari dalam kamar. Lalu aku menyadari, sepertinya di dalam gantungan baju di sebelah kamar mandi tersebut kok istriku tidak membawa handuk yah? Aku melihat istriku sudah selesai dari mandinya dan beranjak keluar dari kamar mandi. Sedangkan Doni dan Rizal masih di pintu belakang mengintip istriku. Saya yakin ketika istriku keluar dari kamar mandi Doni dan Rizal dapat melihat dengan SANGAT jelas ketelanjangan istriku di depan mereka. Sekali lagi alat kejantananku terbangun melihat keadaan ini. Istriku terlihat sangat menawan dengan keadaannya yang basah seperti itu. Namun entah berpura-pura atau ia memang terlupa untuk membawa handuk, akhirnya ia hanya mengenakan daster lamanya untuk mengelap badannya yang basah. Lalu mengenakan daster basah tersebut untuk tubuhnya sambil berjalan ke dalam rumah. Saya melihat Doni dan Rizal berlari menuju ruang tengah untuk berpura-pura nonton televisi. Namun istriku yang berdaster tipis basah dan saya melihat dadanya serta bulu-bulu kemaluannya dapat terlihat jelas di balik daster basahnya itu. Berjalan melewati Doni dan Rizal menuju kamarku. Akan tetapi, Doni dengan isengnya berkata, “bibi, doni boleh minta susu ga?” Istriku menengok ke arah Doni, dan berkata, “oh.. bentar ya bibi ambilkan.” Lalu, saya mendengar Doni dan Rizal tertawa cekikikan berdua. Dengan masih berpakaian seperti itu, istriku ke dapur untuk mengambil susu sapi di dalam kulkas kami. Entah istriku sengaja atau memang pura-pura tidak tahu bahwa mereka sedang menggodanya. Istrikupun mengantarkan “susu” tersebut ke meja di sebelah Doni. Menurut saya “susu” yang diantarkan bukanlah susu sapi tersebut melainkan dada istriku yang tercetak jelas di balik daster basahnya. Setelah itu istrikupun beranjak untuk masuk ke dalam kamar. Kali ini aku tidak berani menyambar istriku walaupun aku sudah sangat tegang sekali melihat keadaan ini. Aku tetap berusaha menggapai kesadaranku bahwa di luar sana ada tamu. Akan tetapi, ternyata keadaan berbalik, kali ini istriku yang menyambar diriku!!!
Ternyata istriku sangat terangsang dengan keadaan itu!! Gila! Ia menjadi seperti wanita yang kehausan beriahi. Ia dengan terburu-buru menelanjangiku. Dan mengatakan satu kalimat kepadaku, “mas puaskan aku.” Aku ingin berkata di depan kan ada Doni dan Rizal, tetapi ia langsung saja menyambar bibirku melumatnya. Dan menuntun senjataku yang sudah sangat keras ke dalam liang kewanitaannya. Dengan terus menggoyangkan pinggulnya menari-nari di atas kejantananku ia mulai meracau, “sshhh… ohhh… hmphh…” Sambil meremas-remas dadanya sendiri. Seperti sedang melakukan nya seorang diri tanpa menyadari kehadiranku. Akupun melihat dan mendengar keadaan sekitar di manakah Rizal dan Doni berada. Tetapi percuma saja dengan keadaanku dan suara istriku yang sedang meracau aku sangat sulit untuk mendengar mereka di depan sana. Saya cukup yakin bahwa Doni dan Rizal dapat mendengar racauan istriku yang sudah terangsang berat ini. Aku tidak begitu konsentrasi dengan persetubuhan ini melainkan aku berusaha mencari keberadaan Doni dan Rizal tetapi tidak menemukannya juga. Sekiranya, 10 menit telah berlalu. Aku mulai kembali untuk “menikmati” istriku. Aku sudah mulai berada dipuncak kenikmatan sedangkan Istriku pun sudah mulai mencapai puncaknya. Istriku memejamkan mata menegadah ke atas sambil meracau, “ohhh masss…. akuu keluarrrrr ssshhhhh…” Sambil terus meremas dadanya dan menarik pentilnya sekuat-kuatnya ke depan. “ohhhhh…….hhhhh….” lenguhan panjang tanda ia keluar. Akupun keluar bersamaan dengan istriku. Berulah setelah istriku berhenti bersuara aku mendengar suara di halaman belakang dari jendela tempat aku melihat kamar mandi belakang. Suara langkah kaki yang menginjak dedaunan di sana. Berarti? Apakah dari tadi Doni dan Rizal mengintip kami dari sana? Jika ia mereka mengintip kami dari sana, hanya istriku yang dapat melihat mereka karena posisi
istriku menghadap jendela itu secara langsung. Jendela itu berada di atas kepala ku sehingga aku tidak dapat melihatnya. Sekali lagi timbul banyak pertanyaan dengan istriku ini. Seselesainya kami berbenah kami keluar dari kamar untuk bergabung dengan Doni dan Rizal. Akan tetapi, kami tidak menemukan mereka. Beberapa menit setelah itu kami mendengar mereka berjalan dari arah halaman belakang ke ruang tengah. Istriku hanya diam saja melihat mereka sedangkan aku penuh dengan segala pertanyaan. Akupun bertanya kepada mereka, “habis dari mana kalian?” Doni menjawab sambil gugup, “eh, anu pak dari kamar kecil.” Lalu, aku berpikir sendiri “kok ke kamar kecil berdua?”

Kemudian kami menonton televisi dengan sangat diam dan terasa aneh. Biasanya mereka suka bercanda dengan kami akan tetapi, kali ini mereka memilih untuk diam. Sekiranya, 30 menit kami berada dalam kesunyian. Akupun mulai merasa tidak betah. Maka, aku memutuskan untuk pergi ke halaman belakang dengan maksud memeriksa posisi mereka mengintip kami tadi. Setibanya disana aku benar-benar tecegang atas apa yang kulihat. Ada dua bercak sperma di atas tanah berada tepat di depan jendela kamar kami. Dengan sangat jijik aku mengambil air untuk menyiramnya. Sekembalinya aku ke dalam aku mekihat mereka mulai tertawa bersama istriku, doni dan rizal sudah kembali normal. Entah apa yang terjadi selama aku pergi ke halaman belakang yang pasti keadaan sudah menjadi nyaman.

Setelah hari itu, pikiranku selalu dibayang-bayangi atas kejadian doni dan rizal mengintip aksi kami di ranjang membuat ejakulasiku menjadi cepat sekali. Kebanyakan dari persetubuhanku dan istriku adalah kepuasanku semata. Aku hampir tidak mampu lagi memuaskan libido istriku yang semakin liar dalam tiap permainannya. Sedangkan aku terus dibayang-bayangi oleh kejadian itu, membuatku semakin horny membayangkan saat itu istriku “dengan sengaja” memamerkan aksi liarnya di depan anak-anak kampung itu. Sekiranya sebulan telah berlalu dari kejadian itu, aku sangat menyesali selama itu aku tidak mampu memuaskan istriku karena ejakulasiku menjadi sangat dini. Hari itu adalah hari jumat malam, istriku pulang larut lagi seperti biasa pukul 20.00, ia berbenah lalu bersiap mandi. Akan tetapi kali ini aku berpura-pura tidur dan sudah meredupkan lampu kamar kami. Karena saya yakin, seperti terdahulu jika istriku mandi malam hari pastilah Doni dan Rizal mencoba mengintip istriku. Aku kembali diposisi jendela kamarku untuk melihat keadaan istriku. Dan sepertinya Doni dan Rizal juga sudah mulai diposisinya mengintip. Ketika itu istriku nampak sesekali melihat ke arah jendelaku mengintip entah mengapa sayapun tidak tahu. Dan saya bersembunyi beruntung kamarku saat itu sudah gelap sehingga ia tidak dapat melihat keberadaanku dengan mudah. Tiba-tiba belum ada 10 menit istriku mandi ia keluar dari kamar mandi menuju halaman depan rumah kami dengan berjalan mengendap-endap sambil bertelanjang bulat. Untung saja jika sudah malam jarang ada orang desa ini yang berkeliaran. Akupun berpindah ke ruang tengah untuk mencari keberadaan istriku. Dengan badan yang sexy mengkilat karena air berjalan ke arah pagar rumah kami mengintip ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada orang. Lalu, ia membuka pagar itu secara perlahan. Gila! Ia berdiri di depan rumah kami dengan bertelanjang bulat saya
sangat berharap tidak ada orang yang melihatnya, karena ini bisa menjadi skandal bagi keluarga kami. Sekitar 3-5 menit ia berada di luar pagar. Namun, ia seperti terburu-buru kembali lagi ke dalam rumah melewati pintu depan. Akupun berlari sambil berjinjit untuk kembali ke kamar. Aku mendengar istriku memasuki ruang tengah. Dan berjalan ke arah kamar kami. Akupun langsung berpura-pura tidur sambil memeluk guling. Setelah memastikan keberadaanku yang masih tertidur. Istriku berjalan kembali ke arah kamar mandi. Saya melihat keberadaan Doni dan Rizal hilang dari tempat mereka. Apakah mereka mengikuti istri saya yang berada di depan pagar tadi? Sayapun tidak begitu mengetahuinya. Sekembalinya istriku ke kamar mandi ia membawa sesuatu di genggaman tangannya. Ternyata itu adalah Timun kecil. Saya bertanya-tanya untuk apa ia membawa buah timun ke kamar mandi? Istriku melanjutkan mandinya hanya dengan beberapa siraman saja. Saat itu waktu menunjukkan pukul 22.00, ia malah keluar lagi dari kamar mandi dan mengambil kursi kecil yang biasa ia pergunakan untuk duduk ketika mencuci pakaian. Ia pergunakan kursi tersebut untuk duduk di depan kamar mandi menghadap ke arah Doni dan Rizal mengintip
sehingga aku hanya dapat menonton dari samping. Aku tidak tahu apakah itu sengaja atau kebetulan saja. Jika kalian pernah mengetahui kursi
cucian ini, ia berbentuk sangat pendek sekitar 30 cm dari permukaan tanah terbuat kayu. Jika anda duduk di kursi ini maka posisi anda akan
seperti berjongkok mengangkang. Jadi secara “live” istriku mengangkang ke arah Doni dan Rizal. Lalu ia mengambil timun tersebut dan memasukkannya ke arah liang kewanitaannya. Perlahan tapi pasti timun itu masuk ke dalam selangkangannya. Saya melihat Doni dan Rizal
sepertinya sedang melakukan sesuatu yang saya sendiri sedang lakukan sekarang. Walau aku tidak tahu pasti apakah mereka sedang beronani atau tidak tapi guncangan kepala mereka sepertinya menuju ke arah itu. Aku melhat istriku semakin asyik dengan aksinya, ia mengigit bibir bawahnya dan mengangkang kebih lebar lagi dan merebahkan badannya kebelakang dengan hanya menggunakan satu tangan bertumpu di tanah merah dan kotor untuk menopang tubuh telanjangnya itu, sedangkan tangan satu lagi mempertahankan timun itu tetap keluar masuk di selangkangannya. Ia melenguh untuk yang pertama kalinya mungkin tidak dapat dipertahankan lagi, “hmphhhhh ohhh…..” Setelah lenguhan pertama itu ia melirik ke arah jendelaku lagi memastikan aku tidak bangun. Setelah ia merasa aman, ia melenguh lagi, “ohhhh…. sssshhh yaaahhhh….” Semakin nyaring terdengar olehku. Ia melirik lagi ke jendelaku. Dan semakin menjadi-jadi rupanya nafsu istriku yola, sang periang, kembang desa ini, istri terhormat, sedang berusaha meraih kepuasannya dari sebatang sayuran. Sambil membiarkan dua orang anak ABG mengintipnya. Istrikupun semakin gila racauannya, “ohhh…. ohhh…. sshhhmmmm….” Semakin keras suara racauannya. Ia sepertinya sudah tidak perduli lagi apakah aku akan bangun mendengar racauan itu. Ia menjadi semakin lepas kendali, ia semakin merebahkan badannya kebelakang hingga tertidur di tanah kotor itu. Dengan pantat nya yang besar itu tetap bertumpu di bangku kecil,

kini ia mengangkangkan kakinya lebih lebar lagi. Tangan yang sebelumnya ia pergunakan untuk menopang tubuhnya kini sudah bebas karena tidak lagi menopang melainkan tidur di tanah. Tangan itupun beraksi ke arah putingnya dengan penuh tanah merah dan kotor ia peeperkan saja kotoran itu ke perutnya dan melanjutkan untuk memilin puting kirinya. Hingga sebagian kiri dari tubuhnya kotor karena tanah. Dengan badan mengkilat karena air mandi, kotor karena tanah merah, selangkangan disumbat oleh timun, istriku melenguh lebih kencang “ohhhh
yaaahhhhh……..!!!” Akupun tak kuasa melihat ini dan berejakulasi di dalam tissue yang sudah kusediakan. Sambil membersihkan senjataku aku
terus memperhatikan istriku yang semakin gila, ia mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan semakin melebarkan vaginanya yang merekah itu dengan masih ditutupi oleh bulu yang lebat, ia mencapai klimaksnya, “ohhh ssshhh ngeeeeehhhh ngeehhhh….” begitu sekiranya racauannya seperti kambing saja. Sambil terengah-engah ia melepaskan tangannya dan tetap membiarkan timun itu menempel di selangkangannya. Dengan masih berposisi terlentang di tanah, istriku menggeser kursi pendek itu karena sepertinya cukup sakit untuk berada di atas itu lama-lama. Iapun rebahan ditanah kotor itu sekitar 3 menit. Lalu ia bangkit berdiri. Dan timun itupun menggelincir terlepas dari selangkangannya. Istriku meneruskan mandinya tanpa menutup pintu kamar mandinya sama sekali. Seselesainya ia mandi, istriku membereskan kursi tersebut dan membuang timun itu ke jalanan. Aku tidak akan menyalahkan istriku atas masturbasi yang ia lakukan ini. Karena jujur saja sudah selama 1 bulan istriku tidak mendapatkan kepuasan seperti ini dariku karena ejakulasiku semakin dini atas fantasi-fantasi istriku. Selain itu juga aku sangat mencintai istriku yola. Terlebih lagi aksi-aksi istriku ini memberikan kepuasan tersendiri kepadaku.

Antara bangga, senang, horny, cemburu, marah, bekecamuk dipikiran saya atas apa yang diperlakukan oleh Doni dan Rizal terhadap Yola istri saya. Sayapun tidak menyadari bahwa hal ini dapat menjadi lebih parah dari yang saya kira di part selanjutnya akan saya ceritakan lebih lanjut mengapa saya sebut aksi eksibisionis ini menjadi lebih liar..,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts