Cerita Seks Indahnya Perselingkuhan Dengan Wanita Desa Yang Aduhai

 

Cerita Seks Indahnya Perselingkuhan Dengan Wanita Desa Yang Aduhai

– Dimana waktu itu ada kendala ban mobil yang aku kendarai bocor karena tertusuk paku saat mau ke luar kota, dan saat aku mau mengganti ban serapku ternyata kunci roda yang aku bawa tidak cocok, sial banget hari itu dan aku berjalan kira 3km untuk menghampiri rumah yang ada mobil angkotnya dan semoga mempunyai kunci yang cocok dengan baut mobilku.
 
“Assalamu alaikum…!” sapaku dengan wajah yang sedikit memelas di depan pintu rumah yang sedikit reot, maklum di kampung yang jauh dari kota.
 
“Wa alaikum salam…!” terdengar jawaban seorang wanita namum belum terlihat batang hidung yang punya suara itu.
 
Mendengar suaru itu kuberanikan diri sedikit melongi kedalam rumah itu. Oopss… ternyata ada seorang wanita kira-kira berusia 25 tahunan yang sedang menyusui anaknya. Ohh my god.. lumayan juga parasnya untuk wanita di kampung ini, dan tentunya yang membuatku terkesima adalah buah dadanya yang indah tampak terbuka sedang diisep sama anaknya yang masih berusia balita.
 
“Maaf mbak, apa saya bisa pinjam kunci roda mobilnya ?” tanyaku sambil tak lepas mataku memandang sebuah keindahan, seraya mengkhayal jika aku yang menikmati buah dada yang indah itu.
 
“Oh.. sebentar ya pak saya tanyakan dulu kepada suami saya.. !” jawab wanita tadi sambil terburu-buru menutup dada indahnya yang mungkin ia sadar jika bertapa aku menikmatinya.
 
Singkat cerita kunci roda tersebut berhasil saya pinjam dan bergegas kugunakan untuk mengganti ban yang bocor dengan ban serap, Tentunya dengan alasan mengucapkan terima kasih, kami sempat berbincang dan berkenalan.
 
“Maaf pak, rencananya mau kemana ya ?” tanya wanita itu.
 
“Oh saya mau ke kota P dalam rangka tugas kantor” jawabku sekenanya.
 
“Sebenarnya saya juga mau ke kota itu untuk menemui saudara ayng katanya berdomisili di kota itu, tapi alamatnya belum begitu jelas dan kebetulan suami saya tidak bisa mengantar karena angkotnya masih rusak” kata wanita itu diamini oleh suaminya yang baru bangun tidur dan ikut menemani kami berbincang-bincang.
 
Pucuk dicinta ulam pun tiba begitulah kata pepatah, dengan tanpa melewatkan kesempatan untuk dapat berlama-lama dengan wanita itu, apalagi dia akan berangkat sendiri tanpa suami dan anaknya, dengan alasan suaminya masih harus menyelesaikan perbaikan angkota yang masih rusak itu. Apalagi aku memang hanya sendiri di kendaraanku.
 
Sepanjang jalan kami ngobrol panjang lebar tentang segalanya dan akhirnya dapat kuketahui nama wanita tersebut adalah Ayu. Sampai kami tidak di kota tujuan.
 
“Mbak Ayu rencana mau nginap dimana ? kan hari sudah mulai gelap tentunya sulit mencari alamat saudaranya pada waktu begini” tanyaku
 
“Entahlah mas soalnya saya tidak punya cukup uang jika harus menginap dipenginapan” jawab Ayu dengan sedikit kebinggungan.
 
“Bagaimana jika kita menginap dulu di penginapan tempat saya menginap, besok baru kita sama-sama cari alamat saudara mbak itu !” tawarku kepada Ayu.
 
“Tapi mas apa tidak merepotkan ?” tanyanya dengan nada ragu tapi mau
 
“Ya nggak lah.. kan mbak Ayu sudah menolong saya jadi tidak ada salahnya jika saya membalas pertolongan mbak itu.” Jawabku sembari dalam hati bersorak YESS.. !!
 
“Ya deh mas.. Saya ikut mas saja !” Jawabnya pasrah.
 
Setibanya di penginapan ternyata kamar yang tersedia tersisa 1 yang kosong yang lainnya sudah di booking calon tamu lainnya. Cuma ada 1 yang kosong, gimana nih ?” tanpa menunggu jawaban langsung ku jawab sendiri dengan sedikit memaksa.
 
“Udahlah mbak.. Mbak tidur dikamar saya saja biar saya yang tidur di sofa” kataku
 
“Tapi mas .. ” jawabnya ragu, namun akhirnya seperti kebo di cucuk hidungnya ikut dibelakangku menuju kamar sambil mengangkat tas Ayu dan tasku sendiri.
 
Setelah masuk dalam kamar dan menyelesaikan segala urusan dengan room service yan mengantar ke ruangan yang ku pesan. Kami terdiam sejenak , dan Ayu terduduk di sofa sambil memandangku binggung.
 
“Silahkan mandi dulu mbak, itu handuk bersih dan ini sabun cair dan shampoo saya yang bisa mbak pakai, saya rapikan dulu perlengkapan saya, nanti selesai mandi kita cari makan malam di luar saja, karena penginapan ini tidak menyiapkan makan malam yang sesuai dengan selera saya”.
Sambil menyodorkan perlengkapan mandiku ke Ayu untuk digunakan dan Ayu nurut saja apa yang ku sampaikan.
 
Setelah semuanya beres kami keluar dari penginapan mencari rumah makan yang biasa aku datangi jika berkunjung ke kota ini. Sambil makan kami banyak bercerita, khususnya Ayu dapat kuperoleh cerita jika ia baru 3 tahun menikah dengan suaminya yang masih kerabat dekat dan pilihan orang tuanya.
 
Namun dalam perjalanan pernikahan suaminya kurang memberikan perhatian selayaknya suami kepada istrinya selain hanya untuk melampiaskan nafsu sexnya, untuk urusan lainnya suaminya kurang mau tahu termasuk urusan mengunjungi saudaranya di kota ini.
 
Tibalah waktu kami kembali ke penginapan untuk istirahat, sesuai dengan janjiku jika aku yang tidur di sofa sedangkan Ayu di tempat tidur. Maklum deh Ayu masih menganut kebiasaan di kampung jika tidur harus menggunakan sarung dengan tidak memakai sehelai benangpun di badannya selain balutan sarung yang sudah agak kumal.
 
Nampak jelas bentuk tubuh khususnya payudara yang kutaksir berukuran 36B, menyembul di balik sarung yang dikenakannya yang terlihat di keremangan lampu tidur yang menyala dengan redup. Hal ini membuatku semakin gelisah menahan gejolak adikku yang daritadi ingin berontak terus tanpa aturan yang jelas.
 
Rupanya Ayu melihat kegelisahanku dengan menyangka aku tersiksa jika harus tidur di sofa, padahal bukan itu penyebabnya, sehingga akhirnya dia pun bersuara.
 
“Mas, nggak bisa tidur ya ? Sudah mas di sini saja, toh tempat tidur ini masih cukup luas”.
 
Tentunya ini kesempatan emas 24 karat yang tidak boleh aku sia-siakan, dengan sedikit jual mahal aku menjawab.
 
“Ya deh. Memang agak kurang nyaman nih tidur di sofa, tapi mbak tidak keberatan kan ?”.
 
“Nggak kok mas, silahkan aja” Jawabnya
 
Bergegaslah dengan langkah seorang kesatria Majapahit menuju ke tempat tidur samping Ayu.
 
Ternyata Ayu sempat melihat ada yang menyembul dengan keras di balik celama pendek yang memang tidak mengenakan celana dalam kebiasaanku jika tidur.
 
“Ihh.. mass.. apa itu yang berdiri dibalik celana mas ?” Lugu Ayu bertanya.
 
“Ahh.. Mbak kok lihat aja.. Ini kan gara-gara mbak juga”. jawabku sekenanya sambil dalam hati berkata “TUNGGU TANGGAL MAINNYA”.
 
Sejenak kita berdua terdiam dengan pikiran masing-masing. Selanjutnya aku mencoba menyentuh tangan Ayu, dan tidak ada penolakan dari Ayu yang membuatku semakin berani menarik tangannya dan memeluk dirinya dengan sikap yang sangat mesra.
 
“Mas jangan panggil aku mbak ya.. Sebut saja namaku” Tiba-tiba Ayu bersuara.
 
“Oh ya.. “. Jawabku.
 
“Maaf mas Ayu kok merasa nyaman dekat mas, tidak seperti suami Ayu yang tidak pernah memberikan kemesraan seperti yang mas berikan ini”. Kata Ayu lagi.
 
“Aku pun begitu yu…, awalnya melihatmu ingin rasanya aku memelukmu !” jawabku sedikit merayu.
 
Sambil memeluk dari belakang dan mencium belakang telinga selanjutnya leher bagian belakangnya, yang tanpa penolakan bahkan terlihat Ayu begitu menikmati. Kuberanikan untuk mengelus kening selanjutnya turun ke dada dan terus meremasinya dengan halus terutama sekitar puting yang nampaka kian mengeras.
 
Tidak ada jawaban atau kata yang keluar dari mulut Ayu selain desahan nafas yang semakin memburu tidak karuan, menandakan Ayu sudah mulai horny selanjutnya tanganku turun meraba perut dan terus menemukan rimbunan bulu-bulu tebal diantara dua lembah yang terasa mulai lembab selanjutnya mencair oleh lelehan air kenikmatan wanita yang sedang mendaki kearah puncak kenikmatan.
 
Tidak disangka Ayu membalikkan badannya melepaskan sarung kumal yang melapisi tubuh mulusnya yang baru kali inilah terlihat dengan jelas, dibalik keluguan wanita desa ternyata menyimpan suatu kekuatan yang mampu memecahkan naluri lelaki yang menggeliat dengan panasnya.
 
“Mass..!!”, sambil meremas adikku yang sudah ditelanjangi oleh tangan halus Ayu seperti meremas jagung yang akan dirontokkan pipilnya.
 
“Aku tidak pernah merasakan kenikmatan seperti ini dari suamiku.. Akhhh.. Akhhh !!”
 
Ayu semakin tidak dapat menguasai dirinya, apalagi saat ku lumat habis puting payudaranya yang kian mengeras.
 
Berangsur turun ke pusar perut dan kelubang kenikmatan.
 
“Okhh.. Okhh.. mass… Nikmat.. Akhhh..” tak kuasa Ayu menahan erangannya.
 
Kita berdua sudah semakin larut dalam hasrat birahi yang bergelora dengan tubuh yang tak satu helai benangpun yang masih melekat, diterangi cahaya lampu tidur yang temaram.
 
“Ayu aku sudah nggak tahan lagi, pengen masukkin kedalam kehangatan mu !”.
 
Keluar kata dari mulutku yang semakin kurang ajar, karena adikku sudah berada dalam kuluman mulut Ayu yang dengan ganasnya melalap habis sampai kepangkal batang bahkan biji pelirku pun tak luput dari sedotannya.
 
Ayu rupanya mengerti dengan kata-kataku, maka dengan selangkangan terbuka dengan posisi WOT (Woman On Top) menelungkup memasukkan batang kejantananku ke lubang kenikmatannya secara perlahan tapi pasti, naik  turun tidak beraturan.

 
“Oh… mas nikkkmattttttt….. !!” Ayu mulai mengoceh kesetanan menahan kenikmatannya
 
“Mas batangmu enak sekali…” tambah Ayu.
 
Akupun semakin keras memompa dan membanting tubuhnya ke kasur untuk merubah posisi dengan Doggy Style (DS) menggenjotnya dengan tetap meremas payudaranya Ayu.
 
“Mas aku cape… ” keluh Heni.
 
Kubalikkan tubuhnya dengan posisi MOT (Man On Top) sebagai posisi pamungkas karena batang kejantananku sudah mulai terasa berdenyut keras.
 
“Okhhh…. mas aku nggak tahan… Akhh… !!” Ayu mengoceh dengan lemahnya, sementara remasan lubang kenikmatannya semakin memelintir batang kejantananku.
 
“Okhh… Ayu tahan sebentar lagi saya juga mau keluar.” pintaku kepada Ayu sembari dan tiba-tiba
 
“Akhh… !!” teriak Ayu bersamaan dengan itu akupun tak dapat lagi menahan semburan sperma batang kejantananku kedalam lubang kenikmatan Ayu sambil tetap mengisap puting payudara Ayu yang kian mengeras.
 
Kita berdua tidak dapat menggambarkan apa yang terjadi tadi yang jelas aku dan Ayu sudah tidak bertenaga lagi untuk bergerak dan tetap membiarkan tubuhku tengkurap diatas tubuh Ayu dengan kejantanan yang masih tertancap di lubang milik Ayu.
 
Semenit kemudian aku berangsur tertidur di samping tubuh Ayu si wanita desa dengan ceceran air mani kenikmatan Ayu dan sperma kejantananku yang membasahi tubuh dan sprei tempat tidur yang bercampur keringat kami berdua.
 
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 03:30 aku terbangun, dan mendapatkan Ayu masih tertidur dengan ceceran sperma dan air kenikmatan yang mulai mengerin di badan kita berdua dan sprei tempat tidur, kubangunkan Ayu dan kuajak untuk bersih-bersih di kamar mandi.
 
“Mas.. maafin Ayu ya, kok Ayu malah mengajak mas bercinta..” kata Ayu menyesal namun masih menyimpan hasrat terpendam.
 
“Nggak apa kok yu.. aku juga senang dengan apa yang telah kita perbuat, habis kamu seksi sih bikin aku nafsu aja” kataku nakal menggoda, sembari menyandarkan badannya ke dadaku.
 
“Akhh.. mass ini bikin malu aja.. ” sambil mencubit perutku.
 
“Jujur deh mas Ayu baru kali ini merasakan bercinta yang betul-betul membuat Ayu serasa terbang ke awan” sambung Ayu.
 
sambil mengelus kejantananku yang mengecil tapi mulai nampak tanda-tanda akan bangun lagi.
 
“Mas.. boleh nggak Ayu minta lagi ?” tanya Ayu.
 
WHY NOT pikirku, tapi gengsi dong kalau aku langsung mengiyakan.
 
“Gimana ya.. tapi aku sudah cape nih” jawabku untuk memancing pelayanan yang lebih ekstra tentunya.
 
“Terus gimana dong mas ?” Ayu benar-benar sudah memelas.
 
“Ayu mesti tau dong apa yang ku mau !” jawabku sekali lagi.
 
Tanpa ba bi bu Ayu langsung mengulum kejantananku dengan ganasnya dan tanganku tidak melewatkan untuk mengobok-obok payudara Ayu yang mulai mengeras juga, rupanya tidak puas kejantananku diisap, ia mengigit halus puting susuku yang membuat diriku terawang-awang ke langit tujuh.
“Ayu kita pindah ke sofa aja yuk !”
 
 Sembari bangkit dari tempat tidur dan menuju sofa, gantian Ayu yang ku permainkan dari ujung kaki sampai kuduknya.
 
“Akhh.. mass terus mas…” erang Ayu.
 
Ayu benar-benar sudah tidak bisa menguasai dirinya sampai teriak-teriak sehingga harus dengan cepat kubekap mulutnya agar tidak mengganggu tamu lainnya di penginapan itu.
 
“Mass… cepat masukkan mass sudah tidak tahan nih..” suara lirih Ayu memintaku agar menusukkan kejantananku ke lubang kenikmatannya.
 
Blasss….
 
“Akhh..” lirih Ayu sekali lagi.
 
Entah aoa karena suasana malam itu yang semakin sepi atau memang setan sudah begitu dominan menguasi otak kami berdua, langsung aja dengan posisi Ayu yang nungging di sofa ku benamkan batang kejantananku ini yang juga sudah ingin mengakhiri permainan dahsyat ini, kugenjot berulang-ulang kedalam lubang kenikmatan Ayu dan terakhir tersemburlah cairan maniku yang sudah encer akibat terlalu banyak yang dikeluarkan untuk memuaskan hasrat kami berdua.
 
“Okhhh… Ayu…” lirihku
 
Bersamaan dengan orgasmenya Ayu, yang membuat lututku semakin tak kuasa menahan lemasnya dan mengantarkan kami untuk terduduk lemas sejenak di sofa.
 
Akhirnya kami bersih-bersih dikamar mandi dan tertidur sampai pagi harinya.
 
“Mas kapan kita bisa bertemu lagi ?” tanya Ayu.
 
“Aku akan menghubungimu lagi jika ada waktu yu..” jawabku.
 
Singkat cerita keesokkan harinya aku mengantarkan Ayu menemui alamat saudaranya dan sebelum mampir di toko hp untuk membelikan Ayu HP yang dapat digunakan apabila ingin menemui Ayu. Kisah ini berlanjut ditempat yang lain dan kesempatan yang lain, tentunya tanpa sepengetahuan suami Ayu.
 
Sudah 2 minggu lebaran lewat, aku mulai disibukkan dengan kerjaan kantor yang mulai memadati hari-hariku, tan pandang bulu siang atau malam, bos seakan tidak mau tau dengan apa yang kurasakan.
 
Tanpa disadari hp ku sudah berbunyi sebanyak 3 kali tanpa pernah kujawab mengingat padatnya waktu yang mengejarku. Ohh.. ternyata ada telepon dari orang yang sudah lama tidak kutemui.
 
Ayu, si wanita desa yang dulu pernah kurengguk manis madunya.
 
“Hallo..”
 
“Heii mas kemana aja tidak pernah meneleponku ?” suara Ayu menjawab diseberang sana.
 
“Oh ya maaf aku sangat sibuk, apa kabarmu yu ?” tanyaku lagi.
 
“Aku baik-baik saja mas, kapan kita bisa ketemu ? Aku kangen nih.. Banyak yang ingin kuceritakan sama mas” Ayu menjawab dengan nada memelas.
 
“Ok lah minggu depan saya ada waktu kosong, bisa nggak Ayu datang ke kota ku ?” jawabku sambil memberikan pilihan.
 
“Oh tentu.. Aku sekarang sudah bebas karena suamiku sebulan yang lalu berangkat ke arab saudi menjadi TKI.” jawab Ayu menerangkan keberadaan suaminya.
 
Waktu berlalu seminggu kemudian sesuai janji yang kusampaikan, Ayu datang ke kotaku dengan menggunakan angkutan umum yang kujemput di Terminal batas kota. Dan dengan bahagianya ku sambut kedatangan Ayu yang terlihat cukup lelah karena harus menempuh perjalanan dengan kendaraan yang kurang nyaman bagiku, karena tidak dilengkapi dengan AC.
 
Segera kuantarkan Ayu dengan perlengkapan menuju kesebuah penginapan sekelas hotel berbintang kelas 3 yang membuat takjub mata Ayu yang tidak menyangka akan menerima sambutanku.
 
Tentunya hal ini tidaklah mejadi suatu yang menyulitkan dibanding penghasilan dan fasilitas yang diberikan kepadaku sebagai salah sati tenaga fungsional di perusahaanku yang layak mendapat fasilitas yang memadai sesuai dengan kontrak kerja yang ku tanda tangani awal bekerja di situ.
 
Aku mengerti Ayu begitu lelas sehingga tidak sedikitpun aku mau menyuruhnya, biarlah Ayu membersihkan badannya dan beristirahat, sementara aku kembali ke kantor menyelesaikan sisa pekerjaanku yang harus diselesaikan.
 
Sore itu pukul 16:30 waktu setempat aku menuju ke hotel tempat Ayu ku inapkan, dengan tentunya tidak lupa sebelumnya mampir dibutik terdekat, membelikan beberapa potong gaun dan lengerie yang cocok untuk tubuh Ayu.
 
Karena kutahu apalah artinya seorang dari desa dengan penghasilan suaminya yang seadanya takkan mampu membelikan pakaian seperti yang kubelikan ini. Padahal aku ingin Ayu tampak menarik saat kubawa menikmati kehidupan kota malam ini.

“Eh mas sudah datang, maaf aku baru mandi belum sempat berpakaian rapi” Ayu menyambutku dengan balutan handuk yang nampak lekukan tubuhnya yang sangat jelas walau tertutup handuk.

Glekk… Kutahan nafasku untuk mengatur keseimbangan gerakan yang berada dalam celana dalamku melihat tubuh Ayu yang memang sudah cukup lama aku rindukan.

“Ayu sini bentar” ujarku memanggil Ayu yang akan beranjak kekamar mandi.

“Iya mas ada apa ?” Ayu bertanya sambil mendekat kearah ku.

Sehingga begitu dalam jarak capaianku kurenguh Ayu dan ku cium dengan penuh nafsu ke dua belah bibir yang merah merekah asli tanpa sapuan lipstick.

Ciumanku rupanya mandapat balasan yang tidak kalah ganasnya sambil terdengar erangan-erangan kecil saat bibirku menelusuri leher dan melumat habis dua gundukkan dengan ukuran 36B yang belum tertutupi oleh BH atau apapun sehingga aku bebas seliar-liarnya memainkan peranan ini.

“Akhh… mass… akuu… kangen… mass…” terdengar lirih suara Ayu merintih kenikmatan saat tubuhnya kutidurkan di tempat tidur hotel, sambil tetap lidahku mempermainkan pentil payudaranya secara bergantian, dan terus menjalar sampai ke pusar diperut Ayu.

“Akhh… mass… enakkkk…” lirih Ayu yang menambah semangatku untuk terus bertarung.

Menyadari tubuhnya sudah telanjang bulat tanpa sehelai benang yang melindungimya, Ayu berusaha bangkit mengambil alih posisi dengan membanting tubuhku kebawah dan melucuti baju dan celanaku hingga tidak tersisa sedikitpun secarik kain untuk menutupi tubuhku.

Dan meraih batang kejantanan yang sedari tadi sudah berdiri tegas seperti tugu monas, selanjutnya memasukkan ke dalam mulut mungilnya yang dihiasi oleh bibir yang sexy dengan terus menyedot keluar masuk tanpa memberiku kesempatan untuk mengatakan jangan.

“Ohh… nikmat sekali yu… teruss syangg…” ucapku meracau sebelum menyadari jika lubang kenikmatannya yang indah sudah di pertontonkan di mukaku, sehingga tanpa membuang kesempatan kami melakukan posisi 69.

“Ayu… aku rindu kamu…” ucapku sambil menikmati sepongan Ayu di kejantananku yang sudah mulai terasa ada kedut-kedutannya.

Aku menegakkan posisi tubuhku dari posisi 69 sementara Ayu masih melumat habis kejantananku hingga dasar batangnya, sehingga terasa gigitan bibir Ayu di biji pelirku, akupun mengimbanginya dengan meremas kedua belah payudaraya yang sudah sangat keras menjulang karena dibaluti oleh nafsu yang memuncak.

Setelah beberapa saat kami merubah posisi 69 ke posisi klasik MOT (Man On Top), Ayu dengan lembutnya membelai kejantananku untuk dibimbing ke dalam lubang kenikmatannya secara perlahan-lahan.

“Akhh…” Ayu meracau dengan lirih saat batang kejantananku mendesak ke dalam lubang kenikmatan Ayu dengan sambil membelai wajah dan kepada Ayu sedangkan kaki Ayu mengapit dan menjepit tubuhkuseakan tidak rela kejantananku yang sudah menancap dilubang kenikmatannya lepas.

Akupun tidak pernah rela melepaskan kenikmatan ini dengan memberikan efek vibra keluar masuk kejantananku secara cepat kedalam lubang kenikmatan Ayu yang berakibat tersemburlah teriakan kecil dari mulut Ayu.

“Okhh.. masss… enakk…!!” erang Ayu.

Beberapa menit kemudian dengan posisi yang tidak berubah terasa kejantananku semakin kedut-kedutan.

“Okhh.. Ayuu… Aku mau keluar…” kataku

“Tahan dikit mas Ayu mau keluar juga, kita sama-sama ya” jawab Ayu memelas.

Tentunya mendapat signal seperti itu ku perbuat getaran vibrator alamiku yang terasa mulai kedut-kedutan.

“Okhhh… Okhh…. mass… aku keluar….” jerit Ayu mengimbangi keluhan lirihku saat lahar panas telah menyembur di pipanya.

“Okhhh….”

Aku melihat jam pukul 17:15, jadi kami berhubungan intim kurang lebih 45 menit, kulihat Ayu terkulai lemas di sisiku dengan percikkan air mani yang tersembur saat gerakan kami yang tidak terkontrol.

“Yu.. mandi yuk, kita kan belum makan malam ?” ajakku ke Ayu yang terlihat enggan membuka matanya setelah melepaskan rindu birahi yang ditahannya selama ini.

“Iya mas kita barengan aja” jawab Ayu sambil menjulurkan tangannya minta dituntun ke kamar mandi akibat lututnya yang masih lemas.

Malam itu kami menghabiskan waktu di sebuah cafe dengan pemandangan mengahap kelaut, sungguh indah panorama malam itu, apalagi Ayu dengan balutan gaun malam yang kubelikan khusus untuk Ayu, hilang sudah sosok Ayu sebagai wanita desa, semuanya terpoles dengan balutan suasana kota.

Cukup panjang lebar Ayu bercerita mulai dari kisah suaminya yang mulai tidak betah dengan kehidupannya sekarang sehingga ingin mengadu nasib menjadi supir di negara Arab sana, hingga persoalan kehidupan perkawinannya yang mulai goyah akibat suaminya sudah mulai tergoda dengan gadis lain.

Menjelang tengah malam kami kembali ke hotel dimana aku dan Ayu akan menginap menghabiskan segala kerinduan birahi yang telah lama ku nanti.

Ayu beranjak menaiki tempat tidur dengan lingerie tipis sedangkan kau mengenakan kaos T-Shirt dan celana model hawai tanpa menggunakan CD.

Sesaat kemudian Ayu merapatkan tubuhnya di dekapanku dan ku cium dengan mesra kening selanjutnya di saksikan keremangan malam dengan lampu kamar yang termaram ku kecup bibirnya.

Ayu pun membalas dengan kecupan yang tidak kalah mesranya. Entah siapa yang mulai kami berdua sudah saling melepaskan balutan kain yang menempel di badan hingga nampak dikeremangan lampu redup dua tubuh yang saling menyatukan diri seakan tak di pisahkan.

Payudara Ayu semakin mengeras dengan jilatan bibirku yang kian ganas yang mengalir dari payudara hingga kebawah pusar dimana terdapat sebuah gua kenikmatan yang dirimbuni oleh padang rumput hitam yang mengeluarkan bau khas yang semakin membawaku untuk menyiraminya dengan jilatan-jilatan kenikmatan yuang hanya Ayulah bisa menerjemahkan rasa itu, sementara itu Ayu tidak mau ketinggalan dalam permainan ini, dengan meremas-remas batang kejantananku yang sedari tadi juga sudah berontak untuk tetap berdiri dengan angkuhnya.

“Mas.. puaskan aku mass…” Ayu meminta dengan lirih di telingaku.

“Tantu sayang..” akupun menjawabnya dengan terbata-bata akibat remasan dan kuluman Ayu terhadap batang kejantananku yang kian mengeras dan membesar tidak seperti biasanya.

“Akhh… Ukhh…” Ayu terus mengerang menikmati saat kejantananku secara perlahan kumasukkan kedalam liang kenikmatannya yang mulai licin oleh cairan kenikmatan yang keluar dari sumbernyaa.

Entah kami sudah menghabiskan berapa banyak waktu, karena saat itu yang ada hanyalah kenikmatan birahi yang berulang-ulang kami capai, sehingga pada akhirnya kami menghabiskan malam itu dengan tidur tanpa dibalut sehelai benangpun hingga kokok ayam jantan pagi hari yang membangunkan kami berdua.

Keesokkan paginya..

Walau ayam sudah berkokok dengan riuhnya rupanya mataku benar-benar sangat sulit untuk dibuka, hingga entah bagaimana kisah ini berulang dalam keadaan terlelap aku merasakan ada sesuatu yang meremas-remas batang kejantananku yang terasa sangat nikmat, entah lagi bermimpi atau tidak yang jelas begitu aku tersadar aku melihat Ayu dengan penuh nafsu meremas-remas batang kejantananku yang nampak mulai mengakkan keberaniannya dengan menggesek-gesekkan bibir vaginanya kepahaku yang penih ditumbuhi bulu seraya mendesis.

“Akhh…!!”

Tersadarku saat itu jika Ayu sudah ingin memulai lagi permainan ini.

“Kenapa sayang ?” tanyaku kepada Ayu pura-pura binggung.

“Oh.. mass Ayu pengen lagi..” pintanya lirih.

Tanpa menunggu jawaban dari ku Ayu langsung menjilati seluruh tubuhku khususnya di daerah sekitar perut hingga pelirku yang mulai kedut-kedutan akibat rangsangan yang dilakukan Ayu.

“Sabar sayang.. akupun tidak akan melewatkan kenikmatan ini” kataku dengan nafas yang memburu.

Aroma bau sperma dan cairan kenikmatan Ayu yang belum sempat dibersihkan hasil pertarungan tadi malam begitu membaur menambah rangsangan yang mengasikan bagi kita berdua.

Dan disaat Ayu mulai melahap habis batang kejantananku kedalam mulut munggilnya, kuraih selangkangan Ayu yang terbuka dan tentunya mulutku menjilati dengan sedikit mengigit halus kelentitnya sehingga membuat Ayu begitu menikmatinya.

“Uups upss..” suara erangan Ayu yang tertahan akibat masih mengulum batang kejantananku yang sudah kembali menunjukkan keaslian bentuknya.

“Ohh.. Ayu nikmat….” kataku lirih.

Tubuh Ayu kubalikkan ke posisi misionary dengan mengganjal bongkahan pantat Ayu dengan bantal dan ku masukkan batang kejantananku ke dalam liang kenikmatan dengan nakalnya ku goyang-goyangkan yang menimbulkan suara  ceplak.. ceplok.. ceplak.. ceplok..

“Okhh… mass.. nikmat..!!” sekali lagi Ayu menjerit nikmat ketika aku menggoyangkan batang kejantananku seakan mengebor dengan RPM yang tinggi.

Setelah berjalan beberapa puluh menit, aku membisikkan kata ke telinga Ayu.

“Say… kamu pindah ke atas…” tanpa menjawab Ayu menuruti kemauanku, dan dengan posisi tegak dengan wajah menutup mata menghadap ke langit-langit kamar, Ayu menggoyangkan pantatnya dengan sekali-kali memutar bongkahan pantat indahnya yang menyebabkan kedua payudara indah itu bergerak naik turun mengikuti langkah irama gerakan WOT (Woman On Top) Ayu yang diiringi suara erangan seperti seekor srigala yang melolong saat bulan purnama.

“Mass.. Aduhh.. Akhh.. Aaaaku mau keluar,,,!!” Ayu melolong.

“Tahan sayang… akupun terasa mau keluar juga…” jawabku memohon untuk keluar bersama-sama.

“Akhh… sayangg…. sudah nggak tahan..” Ayu menjerit dan disaat bersamaam pula aku mengeluarkan semburuan lahar panas dari sumbernya.

“Ohh.. yess..!!”

Bagai makhluk yang sudah tidak bernyawa kami berdua ambruk di tempat tidur hotel akibat kehabisan tenaga setelah pertarungan yang maha dahsyat di pagi hari.

Namun hal itu tidak berlangsung lama karena selang beberapa menit dengan saling memapah kami berdua berdiri menuju kamar mandi dan berendam di Bathtub dengan cucuran air hangat, untuk selanjutnya berkemas berpakaian dan menuju restoran hotel untuk sarapan pagi.

Hari ini merupakan sisa waktu yang akan kami habiskan sebelum Ayu kembali ke desanya setelah mendapatkan kabar bahwa sang suami akan kembali ke kampung halaman akibat ada permasalahan di tempat kerjanya di Arab sehingga ia harus kembali lebih cepat dari waktu yang direncanakan.

Tiga bulan berikutnya..

Ayu mengabarkan bahwa ia sudah telah menstruasi tentunya adalah hasil pertarungan nafsu birahi kami berdua. Untung deh suami Ayu juga sudah kembali sehingga tidak ada kecurigaan jika janin yang dikandungi Ayu adalah hasil sebuah perselingkuhanku dengan Ayu yang indah. Entah ini akan terulang kembali hanya kami berdua yang tahu.,,,,,,,,,,,,,,

Related posts