Cerita Hot Kenikmatan di Pagi Harinya

Cerita Hot Terpanas – Sudah lama saya memendam birahi pada Yani. Meski sudah bersuami, Yani tetap putih mulus segar sekujur tubuhnya. Usianya 28, dan belum punya anak. Dia mengenakan baju berkerudung yang membalut tubuhnya rapat. Kecuali gaun bawahnya, dengan belahan di samping hingga setengah betis, kadang tersingkap, memperlihatkan betis mulusnya! Penis saya mengeras, dan lebih keras lagi mengacung saat melihat tumit kakinya yang kemerahan. Saya membayangkan bagaimana liuk betis kakinya bila saya gauli. Bahkan sering saya onani di depan Yani tanpa dia tahu. Penis saya ngaceng mengintip lekuk tubuhnya, bulu halus kemerahan sekujur lengannya yang putih pucat. Wajah manisnya, wow menyiratkan wanita alim tapi sudut matanya tajam penuh birahi.


Yani menunduk saat bertabrakan pandang mata dengan saya, pura-pura alim, lalu melirik celana saya. Parasnya memerah melihat gundukan di celana saya, kembang kempis. Saya balas dengan godaan sex saya ini terang-terangan pada Yani karena ia mengolok saya bujang tua.
– Hari itu saya datang pagi ke kantor jam 6.30. Kantor masuk jam 8. Jadi masih sepi. Tiba-tiba saya berpapasan dengan Yani yang baru keluar dari kamar mandi. Yani tengah merapikan kancing bajunya. Saya terpana melihat mulusnya belahan dadanya hingga lehernya yang selama ini tertutup rapat. Yani gugup menatap saya, lalu cepat merapikan kerudungnya. Pagi itu Yani pakai setelan coklat, kerudung krem, sepatu hak rendah yang memperlihatkan tumit bundarnya yang kemerahan dan lentik jari kaki yang halus. Saat berjalan pantatnya bergoyang, saya lihat lekukan cdnya membekas jelas berbentuk segitiga. Posturnya 162cm dengan berat 50kg, sangat montok.
Saat dia menaiki tangga, karena kamar kecil di bawah, dia berhenti sebentar. Sepertinya disengaja, dia berdiri di atas saya pada anak tangga yang di bawahnya ada celah-celah lebar sehingga saat saya termangu di bawahnya, saya lihat jelas paha mulus hingga betisnya seolah dipamerkan pada saya! Yani pura-pura merapikan bajunya. Penis saya demikian tegang. Di wc saya kencing sedikit, lalu saya tarik-tarik penis saya hingga kencang.
– Keluar kamar mandi saya lupa mengancing risleting. Yang saya ingat kemulusan perempuan sok alim dengan bagian tubuhnya yang selama ini rapat, tersingkap. Membuat saya ingin merogohi Yani, menelanjanginya, lalu menyetubuhinya. Biarpun bersuami, saya tak peduli. Saya bergegas ke ruangan Yani, yang berukuran 3×4 m. Saat masuk dengan terengah, Yani malah menatap saya dengan mata menggoda, senyum sinis. Yani berjalan menuju jendela, memantati saya. Sich, tu pantat!
Saya tarik lengan Yani. Tapi ia menolak saya setengah enggan. Matanya melirik saya penuh arti. Dengan sentakan kuat saya rangkul seluruh tubuh Yani. Bibirnya mendesah, dipalingkannya parasnya yang montok baby face yang memerah. Saya tekan tubuhnya ke dinding. Yani pura-pura menolak. Saya angkat agak tinggi, saya lebarkan kakinya hingga kedua pahanya saya sangga dengan paha saya. Gaun bawahnya lebar hingga ia leluasa mengangkang. Saya tekankan penis saya keras-keras ke selangkangnya, saya tepatkan pada gundukan kemaluan Yani. Seperti onani, saya tekankan penis saya yang mengeras pada selangkangnya. Saya tekankan berkali-kali penis saya pada kemaluan Yani.
– Meski masih berpakaian, saya pastikan Yani juga merasakan penis saya menegang. Saya rasakan kemaluannya berdenyut-denyut. Tak ada erangan keras, hanya desah napas terengah tertahan, malu tapi bergairah, dari mulut ‘nyonya’ Yani. Wajahnya memerah, Yani memalingkan wajah saat hendak saya cium. Sodokan, tekanan penis saya pada celah selangkangnya makin saya percepat, saya perhebat. Saya singkap kain dadanya, saya ciumi lehernya hingga dadanya. Yani mulai merangkulkan lengan ke bahu saya, memperkuat tumpuan pada kaki kirinya yang kini berjinjit mengimbangi sodokan-sodokan keras kasar dari penis saya.
Saya remas-remas susunya meski masih berpakaian. Selangkangnya melebar mencari tumpuan, kaki kanan Yani berpangku di paha kanan saya. Sepatunya hampir lepas pada kakinya. Napsu saya berkobar melihat tumitnya dan jari lentik kakinya bergelinjang menggeliat mengikuti birahi Yani merasakan tekanan sodokan keras secara tak langsung dari penis saya ke kemaluan perempuan berkerudung ini. Makin saya perhebat, makin tersentak-sentak tubuh montok Yani ke dinding. Bibirnya yang merah menganga mendesah, menahan nikmat.
Saya rasakan penis saya sampai pada ketegangan puncak. Tiba-tiba Yani melepas pelukannya. Tangan kirinya bergerak cepat. Tangan halus mulus itu nyelonong masuk celana saya yang terbuka risletingnya. Yani menarik keluar penis saya yang membesar. Yani menatap nanar. Rupanya dia kaget. Selain saya kira penis saya beda jauh dengan punya suaminya, juga karena belum disunat. Wajah Yani berpeluh, membasahi kerudungnya. Tangan Yani yang halus lembut menarik-narik batang penis saya. Nikmaaat, oh Yani… Tanpa ragu digosoknya kulup saya dengan ibu jari Yani, lalu kepala kencing saya dimainkannya dengan kelingking Yani.
– Tak tahan ingin saya cumbu mulut Yani, tapi ia berpaling. Tiba-tiba Yani merosot. Penis saya langsung dikulum. Penuh ke dalam mulut Yani. Ia mengisap penis saya, kedua tangannya memegangi pinggang saya. Saya terangsang melihat Yani tengadah pasrah dengan penis saya dikulumannya.
Dengan kasar saya angkat bawah gaun Yani. Mata saya nanar menatap paha mulus putih pucat dengan semburat merah jambu di celah cdnya. Saya gosok-gosok paha Yani, tubuhnya bergetar hebat. Saya tarik celah cdnya. Vaginanya yang mungil mengintip dengan bibirnya berdenyut. Saya remasi kelamin Yani, saya kuak bulu-bulu pirang di kelaminnya. Saya sentuh, saya usap kasar itilnya. Yani terpaku, tubuhnya tak kuat dengan siksaan nikmat sexual yang kurang ajar saya lakukan padanya, bahkan mungkin suaminya belum pernah memperlakukannya begini.
Vagina Yani penuh lendir, entah berapa kali Yani orgasme. Segera saya entot Yani. Penis saya seperti memasuki liang sempit bergerinjal yang berdenyut, memijit nikmat. Saya sodok-sodok memek Yani dengan cepat, kasar, keras. Satu menit kemudian saya rasakan paha Yani mengencang, menegang, lalu mengejang. Penis saya penuh dengan lendir memek Yani. Dia sudah orgasme, peluh berleleran di wajah Yani. Saya sodok beberapa kali lalu cuur… cuuurr… crooott… croooootttt… Yani bahkan membiarkan penis saya muncrat.

– Yani bahkan membiarkan penis saya muncrat dalam liang memeknya, menghujam-hujam kemaluannya hingga merah membengkak. Saat dia mengaduh, saya hentikan kocokan kasar penis saya dalam memek Yani. Saking horny, cd Yani saya robek. Yani menarik penis saya. Lalu dia jongkok sambil mengangkat gaunnya. Mani saya meleleh keluar dari lubang senggama Yani. Perempuan itu membersihkan sperma saya di memeknya dengan cdnya yang saya robek. Tangan kirinya masih meremas penis saya, membawa saya muncrat lagi. Bahkan sempat memercik ke kerudung Yani. Seperti memeras, Yani meremasi penis saya hingga muncratan mani saya dihisapnya, Yani mengulum dan mengisap penis saya. Aaaahhh… Yani…

– Setelah persetubuhan kami, seperti tak ada apa-apa terjadi. Yani bahkan memasukkan penis saya, lalu menutup risleting celana saya. Yani melipat cdnya yang saya robek ke dalam tas mungilnya. Saya pandangi Yani yang tengah memperbaiki riasannya. Yani mengedip genit. Saat akan keluar dia mencegat saya, mengangkat gaunnya. Saya raba kemaluannya yang bugil, menantang. Yani melenguh. Kali ini Yani membiarkan saya pagut bibirnya. Saya kulum mulut Yani, mengadu lidah hingga Yani menggelinjang hebat, apalagi kemaluan Yani saya acak adut tak karuan, hingga perempuan berkerudung ini sampai klimax entah keberapa kali.
“Eeghhh… maaaass… aku kok… keluar lagiihh… ekhh… aahhh… mmhhh… remas yang keras…”
Pagi itulah awal persetubuhan saya dengan Yani. Kerling mata genitnya, wajah imutnya, tubuh padatnya, mampu mengeraskan penis saya apalagi terangsang oleh penampilan Yani yang alim. Anehnya, meski saya gauli berkali-kali, Yani belum hamil juga. Mungkin karena dia juga melakukan coitus interuptus dengan suaminya, seperti yang selama ini dia minta kepada saya. Rupanya Yani memang menganggap bersetubuh adalah sex semata. Hanya bersenang-senang. Sama seperti saya.

,,,,,,,,,,,

Related posts