Cerita Sex Sukma Sang Pemuas Nafsu
Perpisahan yang sungguh berat bagiku, mungkin bagi tante Umi,hal itu sudah biasa karena hubungan sex buat dia hanya merupakan suatu kebutuhan biologis semata, tanpa melibatkan perasaan. Namun lain halnyadenganku, aku sempat merasa kesepian dan rindu yang amat sangat terhadapnya,karena sejak pertama kali aku tidur dengannya, hatiku sudah terpaut danmencintainya.
Hampir setiap hari aku menginap di rumah tante Hani, dengan tante Han iboleh dikata setiap hari aku melakukan hubungan sex tidak mengenal waktu, dan tempat. Pagi, siang sore atau malam, di kamar, di ruang tamu, di dapur bahkanpernah di teras belakang rumahnya.
Terkadang kami main bertiga, yakni aku, tante Hani dan tante Anna. Di rumah tante Hani benar-benar diperas tenagaku. Sesekaliwaktu aku harus melayani temen tante Hani yang datang ke sana untuk menghisaptenaga mudaku. Aku sudah nggak peduli lagi rupanya aku dijadikan gigolo oleh tante Hani. Pokoknya asal aku suka mereka, maka langsung kulayani mereka.
Rupanya Dian benar-benar ketagihan denganku. Tak malu-malu diamencariku, dan bila bertemu langsung memintaku untuk menggaulinya. Tapi aneh,Dian tak pernah menga-jakku bahkan melarang aku datang ke rumahnya. Kami biasamelakukan di motel atau hotel melati di kotaku, beberapa kali aku mengajak Dianke rumah tante Hani. Kuperkenal-kan tante Hani sebagai familiku, dan tentunyaaku tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk bercumbu dengannya di kamar yangsering aku dan tante Hani gunakan bercumbu.
Suatu hari, entah kenapa tiba-tiba Dian memintaku untuk main kerumahnya, katanya dia berulang tahun. Dengan membawa seikat bunga dan sebuahkado aku ke rumahnya. Aku pencet bel pintu dan Dian yang membukakan pintudepan. Aku dipersilahkan duduk di ruang tamu. Segera Dian bergegas masuk danmemanggil mamanya untuk diperkenalkan padaku. Aku terkejut dan tergugu melihatmamanya; sebab perempuan itu.. ya.. mamanya Dian sudah beberapa kali tidurdenganku di rumah tante Hani.
Mama Dian nam-pak pias wajahnya namun segera mamaDian bisa cepat mengatasi keadaan. Mama Dian berlagak seolah-olah takmengenalku, padahal seluruh bagian badannya sudah pernah kujelajahi. Beberapasaat mama Dian menemani kami ngobrol. Dengan sikap tenangnya akupun menjaditenang pula dan mampu mengatasi keadaan. Kami ngobrol sambil bercanda, dannampak terlihat bahwa mama Dian benar-benar seorang Ibu yang sayang pada putritunggalnya itu.
Keesokan harinya, mama Dian menemuiku. Di ruang tamu rumah tante Hanimama Dian menginterogasiku, ingin tahu sudah sejauh mana hubunganku denganDian. Aku tak mau segera menjawab, tanganku segera menarik tangannya danmenggelandang tubuhnya ke kamar. Dia berusaha melepaskan peganganku, namun sia-siatanganku kuat mencekal, sehingga tak kuasa dia melepaskan tangannya dari genggamanku. Kukunci pintu kamar dan segera aku angkat dan rebahkan tubuhnya diatas kasur. Segera kulucuti pakaianku hingga aku telanjang bulat, dan segerakutindih tubuhnya. Dia meronta dan memintaku untuk tak menidurinya; namunpermintaanya tak kuindahkan.
Aku terus mencumbunya dan satu persatu pakaiannyaaku lucuti, dan akhirnya aku berhasil memasukkan kontolku di vaginanya. Begitupenisku melesak masuk, maka mama Dian bereaksi, mulai memba-las dan mengimbangigerakanku. Akhirnya kami berpacu mengumbar nafsu, sampai akhirnya mama Diansampai pada puncak kepuasan.
Peluhku bercucuran menjatuhi tubuh mama Dian, kuteruskan hunjamankontolku di memeknya.. Mama Dian mengerang-erang keenakkan, sampai akhirnyaorgasme kedua dicapainya. Aku terus genjot penisku, aku bener-bener kesal danmarah padanya, karena aku tahu dengan kejadian itu maka bakalan usai hubungankudengan Dian, pada-hal cinta mulai bersemi dihatiku.
Sambil terus kugenjot kontolku di memeknya, kukatakan padanya bahwaDian juga sudah sering aku tiduri, namun aku sangat mencintai, menyayangibahkan ingin menika-hinya. Aku katakan semua itu dengan tulus, sambil takterasa air mataku menetes.
Akhirnya dengan hentakan yang keras aku mengejankuat, menumpahkan segala rasa yang aku pendam, menumpahkan seluruh air manikuke dalam memeknya. Badanku tera-sa lemas, kupeluk tubuh mama Dian sambilsesenggukan menangis di dadanya. Air mata-ku mengalir deras, mama Dian membelaikepalaku dengan penuh rasa sayang; kemudian dikecup dan dilumatnya bibirku.
Tubuhku berguling telentang di samping kanan tubuhnya, mama Dianmerangkul tubuh-ku menyilangkan kaki kiri dan meletakkan kepalanya didadaku.Terasa memeknya hangat dan berlendir menempel diperutku, tangan kirinyamngusap-usap wajahku. Tak henti-hentinya mulutnya menciumku.
Setelah babak terakhir kami selesaikan, mama Dian bangkit danmenggandengku menuju kamar mandi, kami mandi berendam bersama di kamar mandisambil bercumbu. Sambil berendam kami bersenggama lagi. Setelah puas kamimenumpahkan hasrat kami, kami keringkan tubuh kami dan segera berpakaian.Nampak sinar puas membias di wajah mama Dian.
Dengan bergandeng tangan kami keluar kamar, kupeluk pinggangnya dankuajak menuju ke ruang tamu. Kami duduk berdua, kemudian berbincang mengenaikelanjutan hubunganku dengan Dian. Mama Dian ingin agar hubunganku dengan Dian diakhiri saja, walaupun kami sudah begitu jauh berhubungan, sekalipun Diansudah hamil karenaku.
Dia memberikan pandangan tentang bagaimana mungkin akumenikahi Dian, sedangkan aku dan mama Dian pernah berhubungan layaknya suamiistri, sebab bagaimanapun kami akan tinggal serumah. Bagaimana mungkin kamimelupakan begitu sqaja affair kami; rasanya tak mungkin.
Aku bisa mengerti dan menerima alasan mama Dian, namun aku bingungbagaimana cara menjelaskan kepada Dian. Aku tak sanggup kalau harus memutuskanDian. Akhirnya aku ideku pada mama Dian. Selanjutnya selama beberapa hari akutak mene-muidan sengaja menghindari Dian. Mamanya memberitahu kalau Dian saatini dalam keadaan hamil 2 bulan akibat hubungannya denganku.
Pada suatu hari, aku di telepon mama Dian. Dia memberitahu kalau Diansedang menuju ke rumah tante Hani untuk menca-ri aku. Aku sudah tahu apa yangharus aku lakukan, saat itu tante Hani sedang menyiram tanaman kesayangannya dikebun belakang. Segera kuhampiri dia dan aku ajak ia ke kamar yang biasa akudan Dian pakai untuk berkencan.
Kulucuti seluruh pakaian tante Hani dan juga pakaianku sendiri,selanjutnya kami bersenggama seperti biasanya. Tak berapa lama Dian datang danlangsung menuju ke kamarku. Terdengar pekik tertahan dari mulut-nya saatmelihat adegan di atas ranjang; dimana aku dan tante Hani sedang asyik bersenggama. Terdengar pintu kamar dibanting, Dian pulang ke rumah dengan hatiyang amat terluka. Tante Hani merasa tak tega dengan kejadian itu, tante Hani memintaku untuk segera menyusul Dian; namun tak kuhiraukan; bahkan aku semakinkeras dan cepat menghentakan penisku di memeknya.
Tante Hani mengerang-erang keenakan, mengimbangi dengan gerakan yang membuat penisku semakin cepatberdenyut. Kami mencapai orgasme hampir bersama, aku berguling danmenghempaskan badanku ke samping tante Hani. Mataku menerawang jauh menataplangit-langit kamar, air mataku bergulir membasahi pipiku. Inilah akhirhubunganku dengan Dian, akhir yang amat menyakitkan. Dian pergi dariku denganmembawa benih anaku di rahimnya.
Musnah sudah impian dan harapanku untuk membina rumah tanggadengannya. Tante Hani menghiburku; Dia mengingatkan aku bahwa aku sudah membuatkeputusan yang benar. Jadi tak perlu disesali. Didekapnya tubuhku, akumenyusupkan mukaku ke dada tante Hani; ada suatu kedamaian disana; kedamaianyang memabukkan; yang membangkitkan hasrat kelelakianku lagi.
Sesaat kemudiankami berpacu lagi dengan hebat, hingga beberapa kali tante Hani mencapai puncakkepuasan. Aku memang termasuk tipe pria hypersex dan mampu mengatur timingorgasmeku, sehingga setiap wanita yang tidur denganku pasti merasa puas danketagihan untuk mengulangi lagi denganku.
Beberapa hari kemudian aku terima telepon Dian, sambil terisak Dianpamit padaku karena dia dan mamanya akan pindah ke Surabaya. artikelbokep.com Aku mintaalamatnya, tapi Dian keberatan. Dari nada suaranya nampak Dian sudah tidakmarah lagi padaku; maka aku memohon padanya untuk terakhir kali agar dapat akumenemuinya. Dian mengijinkan aku menemuinya di rumahnya, segera aku meluncur kerumahnya untuk Inilah saat terakhir akku berjumpa dengan kekasihku.
Kupencet bel pintu, mama Dian membuka pintu dan menyilahkan aku masuk.Nampak wajahnya masih berbalut duka dan kesedihan, dia amat merasa bersalahkarena menjadi penyebab hancurnya hubunganku dengan Dian. Mama Dianmenggandengku menuju ruang keluarga, nampak Dian kekasihku duduk menungguku.
Melihat aku Dian bangkit dan menghampiri aku, tak kusangka pipikuditamparnya dengan keras. Kubiarkan saja agar rasa kesal dan tertekan dihatinyaterlampiaskan. Dian berdiri bengong setelah menamparku, dilihat tangan danpipiku bergantian seolah tak percaya akan apa yang dia lakukan. Tiba-tibaditubruk dan dipeluknya badanku, dibenamkan mukanya ke dadaku sambilsesenggukan menumpahkan tangisnya. Aku peluk tubuhnya dan kuelus rambut-nya.
Agak lama kami demikian; kami menyadari bahwa saat inilah saatterakhir bagi kami untuk bertemu. Mama Dian mendekat dan merangkul kami berdua,dan membimbing kami untuk duduk di kursi panjang. Kami bertiga duduk sambilberpelukan, mama Dian ditengah; kedua tangannya memeluk kami berdua.
Akhirnya kesunyian diantara kami terpecahkan dengan ucapan mama Dian.Mama Dian mengatakan memberi kesempatan pada kami untuk memutuskan, apakah akankami lanjutkan hubungan kami atau kami putuskan sampai disini saja.
Berat sekali rasanya, jika kami teruskan hubungan kami maka berartiaku memisahkan jalinan kasih ibu dan anak tunggalnya ini. Aku menyerahkankeputusan akhir pada Dian. Sambil terisak Dian akhirnya memutuskan untukmengakhiri hubungan kami, saat kuingatkan bahwa dirahimnya ada benih anakku,Dian menjawab biarlah.., ini sebagai tanda cinta kasih kami berdua.., Dian kantetap memelihara kandungannya dan akan membesarkan anak itu dengan kasihsayangnya.
Beberapa saat kemudian aku berpamitan, dengan berat Dian melepaskanpelukanku, namun sebelum kami berpisah sekali lagi Dian memintaku untukmenemaninya. Ditariknya aku ke kamarnya dan dengan penuh kasih sayang,dibukanya pakaianku dan pakaian yang melekat di tubuhnya. Kami berdiriberpelukan dnegan tanpa sehelai benang menempel pada tubuh kami.
Kucumbui Dian kekasihku untuk terakhir kalinya, aku genjot penisku dimemeknya dengan lembut dan penuh perasaan, aku khawatir kalau-kalau genjotankuakan menyakit-kan anakku yang ada dirahimnya. Semalam kami bercengkerama, padapagi keesokan harinya aku berpamitan. Dengan perasaan yang amat berat dilepaskepergianku, aku berpamitan pula pada mama Dian, aku cium punggung tangannyasebagai tanda kasih anak ke ibunya, ditengadahkan mukaku dan dikecupnyakeningku dengan penuh rasa sayang. Aku menitipkan anakku pada Dian dan mohonpadanya agar memberi kabar saat kelahirannya nanti. Sampai disitulah akhirhubunganku dengan Dian dan mamanya.
Beberapa hari setelah perpisahanku dengan Dian, aku merasa sepi dansedih. tante Hani yang senantiasa menghiburku, dengan gurauan, kemolekan,kehangatan tubuhnya, dan dengan kasih sayangnya Terkadang di dalamkesendirianku, aku terngat tante Umi, dengan segala kehangatan tubuhnya. Akuteringat moment-moment yang pernah kami jalani di salah satu kamar di rumah tanteHani.
Di salah satu kamar di rumah tante Hani itulah kami biasa mengumbarnafsu kami, saling menumpahkan rasa rindu kami, sudah tak terhitung lagi barapabanyak aku menyengga-mainya menumpahkan segenap rasa dan nafsuku, dan sebanyakitu kami berhubungan tak pernah sekalipun kami menggunakan alat kontrasepsi,baik itu kondom, spriral, tablet atau sebangsanya. Jadi kami melakukannyasecara alami saja, dan tentunya dapat dibayangkan akibatnya. Yach.. tante Umipergi dengan membawa banyak kenangan indahku, membawa cintaku dan membawa pulajanin dari benih yang kutanam di rahimnya..
Awal semester pertama sudah berjalan 2 bulan lebih 5 hari, jadi takterasa aku sudah menempati rumah petak kontrakanku selama itu. Setiap hari akuberjalan kaki ke tempat kuliah, yang memang tak jauh dari rumah kontrakanku.
Setiap kali aku berangkat atau pulang kuliah, aku selalu melewatisebuah rumah yang dihuni satu keluarga dengan dua anak perempuannya, sebenarnya3 orang anaknya dan perempuan semuannya. Dua sudah berkeluarga, yaitu Kak Ranidan Kak Rina, sedangkan si bungsu Sukma masih SMA kelas 1 (baru masuk).
Kak Rani dan Kak Rina anak kembar, hanya saja nasib Kak Rani lebihbaik ketimbang Kak Rina. Kak Rani bersuamikan pegawai Bank dan sudah memilikirumah serta dua anak perempuan, sedangkan Kak Rina bersuamikan seorangpengemudi box kanvas suatu perusahaan dan belum dikarunia anak, serta masihtinggal bersama ibunya. Bu Maman seorang janda yang baik hati dan sayang benarsama cucunya, yaitu anak Kak Rani.
Pada mulanya aku berkenalan dengan Sukma, Sukma termasuk gadis yangagresif dan aku juga sudah mendengar cukup banyak tentang petualangan cintanyasejak dia duduk di bangku SMP, jadi masalah sex buat Sukma bukan hal yang barulagi.
Perkenalanku terjadi saat aku pulang kuliah sore hari, dimana hujanturun cukup lebat. Pada saat aku berjalan hendak memasuki mulut gang,berhentilah sebuah angkot dan ternyata yang turun Sukma dengan seragam SMAnya.
Aku menawarinya berpayung bersama dan ternyata dia mau. Kuantar Sukmasampai rumahnya, setiba di rumahnya dipersilahkannya aku masuk dan duduk diruang tamu, sementara dia masuk berganti pakaian. Saat aku menunggu Sukma, KakRina keluar dengan membawa secangkir teh hangat dan kue. Mulutku secara taksadar ternganga melihat kecantikan Kak Rina.
Mata nakalku tak henti melirik danmencuri pandang padanya. Padahal Kak Rina hanya berpakaian sederhana, hanyamengenakan daster motif bunga sederhana, namun kecantikannya tetap nampak.Kulitnya yang putih kekuningan dan badannya yang segar dengan buah dada yangmenonjol, semakin menambah kecan-tikan penampilannya sore itu.
Melihatku dia tersenyum, nampak sebaris gigi putih yang bersihberjajar. Aku tergagap dan segera kuulurkan tangan untuk berkenalan dengannya.Hangat tengannya dalam genggamanku, dan sambil menunggu Sukma selesai bergantipakaian dia menemaniku ngobrol. Dalam obrolan ku dengan Kak Rina sore itu, barukutahu kalau Kak Rina sering melihatku saat aku berjalan berangkat dan pulangkuliah. Itulah hari pertamaku berke-nalan dengan keluarga Sukma.
Sore hari aku baru pulang kuliah, langit mendung tebal sepertinya mauhujan. Saat kubuka pintu rumah, kulihat Sukma dan teman kostku sedang ngobroldi ruang tamu., rupanya dia sengaja datang untukku. Tak lama kemudian temenkostku pamit mau kuliah sore sampai jam 19.00 WIB. Setelah aku berganti pakaiankutemui Sukma dan kami ngobrol berdua.
Tiba-tiba aku teringat bahwa Sukma belumkusuguhi minum, cepat-cepat aku permisi ke dapur untuk membuat minuman buatnya.Saat aku beranjak ke dapur Sukma mengikutiku dari belakang, dan di dapur kamilanjutkan obrolan kami sambil kuteruskan membuat minuman.
Sukma berdiri bersandar meja dapur, aku mendekatinya dan isengkupegang tangannya. Agaknya Sukma memang mengharap suasana demikian, diatanggapi pegangan tanganku dengan mendekatkan tubuhnya ke tubuhku, sehinggamuka kami berjarak cuman beberapa senti saja. Hembusan nafasnya terasa menerpawajahku. Kesempatan itu tak kubiarkan lewat begitu saja, segera aku sambarpinggangnya dan kucium lumat mulutnya.
Kami berciuman agak panjang, lidah kami saling beradu dan memilin,sementara sigap tanganku menggerayangi dan meremas pantat Sukma. Tanganku tidakberhenti, terus bergerak menyingkap bagian depan roknya, dan segera tangankumengelus-elus memek Sukma yang masih tertutup celana tipis, sementara itumulutku menjalar dan menciumi lehernya. Sukma merintih lembut, dan semakinmempererat pelukannya.
Tangan kananku yang sudah terlatih segera melepas kancing depanbajunya, selanjutnya meremas-remas buah dadanya, kulepas tali Bhnya dan segerakujelajahi dua bukit kembarnya yang sudah mengeras. Kuhisap lembut putingsusunya, Sukma semakin menekan kepalaku ke dadanya.
Aku sudah tahu apa yang dikehendakinya, segera kutarik dia ke kamarku,dan segera kubuka resleting roknya, kulepas bajunya kemudian BHnya. Nampaktubuh Sukma polos tak tertutup kain, hanya CD tipisnya saja yang tinggalmelekat di badannya. Segera kuhujani Sukma dengan ciuman, kujilati sekujurtubuhnya, kuhisap puting susunya, dan terus mulutku bergerak ke bawah, sambilpelan-pelan tanganku melepas CD-nya.
Begitu CD-nya lepas segera kuserbu memeknya, lidahku menjilatimemeknya, sementara kedua tanganku meremas-remas pantatnya yang bulat penuh. Sukmamerintih dan mengerang, dan sesaat kemudian ditariknya bahuku ke atas, sehinggakami berdiri berhadapan. Segera dilepas kancing bajuku, dan dilepasnya semuapakaianku. Sambil membungkukan badan dihisap kontolku, dijilati dan dikocoknyapelan.. Ohh.. sungguh nikmat tak terbayang.
Segera kudorong tubuhnya terlentang di atas dipan dan lidahku terusbergerilya di memeknya, juga ke dua jari tanganku ikut pula menjelajahimemeknya, ke dua pahanya mengangkang lebar dan nampak lobang memeknya sepertinyasiap melahap kontolku bulat-bulat. Sukma mengerang-ngerang dan memintaku segeramemasukkan kontol ke dalam memeknya. Mas.. ayo.. masukkan.. ayo maas..
Hujan di luar turun dengan deras, suara hujan mengalahkan erangan danteriakan Sukma, sehingga aku tak khawatir orang akan mendengar suaranya.Kubiarkan Sukma dalam keadaan begitu, sambil lidahku terus menjilati memeknya. Sukmamerintih dan mengerang.. sambil menghiba untuk segera memulai permainan kami.Bau memeknya, semakin membangkitkan gairahku, dan akhirnya akupun tak tahan..
Segera kutindih tubuhnya dan kebenamkan kontolku dimemeknya dengansatu sentakan yang sedikit agak keras. Segera kukocok memeknya dengan cepat dankeras. Sukma mengerang, merintih dan mengimbangi gerakan keluar masuk kontolkudengan pas.., sehingga kadang terasa kontolku bagai dihisap dan diremas didalam memeknya.
Terasa kontolku berdenyut-denyut, sepertinya hendak keluar air maniku;segear kuhentikan gerakan kontolku dan segara kucabut. Kugeser tubuhku dankumasukan penisku ke dalam mulutnya. Segera dihisap dan dikulumnya penisku,tanpa rasa jijik. Setelah agak berkurang denyutan penisku, segera kubenamkanlagi dalam memek Sukma.
Bukan main, remasan dan sedotan memek Sukma. Aku jadi mengertisekarang beda antara memek seorang wanita yang masih gadis dan belum pernahmelahirkan dengan wanita yang sudah melahirkan seperti tante Umi. Kubalik tubuhSukma dan kuangkat pantatnya agak tinggi, sehingga Sukma dalam posisi nungging.Segera kutancapkan penisku ke memeknya dari belakang.
Lagi-lagi Yanrti mengerang-erang kadang menjerit kecil Tiba-tiba diangkat dan diputar badannyake belakang, serta di raihnya kepalaku serta diciumnya mulutku, sementarapenisku tetap bekerja keluar masuk memeknya.
Berapa saat kemudian kuganti posisi, aku berbaring terlentang dan Sukmamenindih tubuhku. Dipegang dan dibimbingnya penisku masuk ke vaginanya, dansegera digoyang badanya naik turun di atas tubuhku. Kuremas payu daranya dankuhentakan pantatku ke atas, saat badan Sukma bergerak ke bawah menekan masukpenisku ke dalam memeknya.
Tak lama kemudian gerakan Sukma makin menggila danmakin cepat. Dari mulutnya terdengar erangan yang semakin keras dan akhirnyabadanya menegang sambil dari mulutnya terdengar lenguhan Ughh.. Aaah.. Aaah..,kemudian tubuhnya menubruk dan memeluk tubuhku erat-erat, mass.. aku sudah..,keluar..ooh.. Enak..
Pelan kubalik badanya, dan kutindih serta kugenjot memeknya cepat dankeras.., terlihat mata Sukma mendelik, membalik ke atas.., mulutnya merintihdan mengerang..
Kupercepat gerakanku dan kugenjot penisku sepenuh tenaga.., 15 menitkemudian terasa penisku berdenyut-denyut. Kepala Sukma bergoyang ke kanan danke kiri dan ke kanan, kedua kakinya mengepit pantatku sehingga tak ada kemungkinanaku mencabut kontolku saat air maniku keluar nanti, dan akhirnya dengan suatusentakan yang keras kubanjiri liang memeknya dengan cairan maniku..
Kumarahi Sukma, karena dia tak memberiku kesempatan membuang airmaniku di luar liang kemaluannya. Aku khawatir hal ini akan berakibat fatal,yaitu Sukma hamil..
Dia cuma ketawa kecil dan memelukku erat, sambil berbisik di telingakubahwa dia sudah KB suntik. Aku terheran-heran mendengarnya, karena sudahsedemikian jauhnya pengetahuan dia tentang berhubungan sex dan menjaga diridari kehamilan. Mendengar itu aku lega dan segera kucium dan kulumat mulutnya.Kami bercumbu, berciuman dan bergumul di atas dipan, kebetulan dipankuukurannya lebar, sehingga kami leluasa bercumbu di atasnya.
20 menit berlalu, terasa penisku mulai menegang dan mengeras.Segera kumasukan lagi kontolku ke memek Sukma. Kembali kami berdua mengumbarnafsu sepuas hati, kali ini aku tetap menjaga posisi di atas, karena aku tahubahwa pada ronde kedua dan ketiga aku lebih bisa mengatur dan menahan klimakslebih lama. Sukma mengerang dan merintih, dan akhirnya pada puncak kepuasanyang kedua kusemburkan lagi benih-benih manusia ke dalam rahim Sukma.
Keringat kami telah bercampur dan membasahi tubuh kami, seprei tempattidur sudah berantakan nggak karuan, kami berbaring berpelukan, kepalanya didadaku, tangan Sukma memainkan penisku, dan sesekali kami saling berciuman.
15 menit kemudian kami ulangi lagi hal yang sama, hingga klimaks kamidapatkan lagi, Kembali kuguyur memeknya dengan caiaran maniku, sambil kamiberciuman panjang sekali.., seolah tak akan henti..
Setelah cukup beristirahat, segera kami berkemas dan berpakaian, dantidak lupa berjanji untuk mengulangi lagi apa yang kami lakukan sore ini.Menjelang maghrib kuantar Sukma pulang ke rumah, dan sebelum aku pamit pulang,sekali lagi kupeluk pinggangnya dan kucium bibirnya dengan mesra. Sejak hariitu resmilah Sukma menjadi pacar tetapku, alias pemuas nafsuku.,,,,,,,,,,,,,,,,