Kisah Sang Arini
Pasangan muda Ronggo dan Arini bersama kedua anaknya Hanis yang berusia empat tahun dan Risna enam tahun sedang dalam perjalanan mudik lebaran di dalam bis exekutif ke Sumatera Utara.
Keberangkatan mudik kali ini hampir saja gagal karena ijin cuti Ronggo terhambat penyelesaian tugas yang harus mengejar deadline T minus 3. Setelah lembur 10 hari berturut-turut barulah tugas bisa selesai dan Ronggo diijinkan cuti.
Arini pun pada awalnya pasrah akan kepastian keberangkatan mudik ini. Walaupun tiket bis telah dipesan jauh hari tapi sampai menjelang tanggal tiket, Ronggo belum juga bisa cuti. Mendadak jam 12 siang tadi Ronggo menelepon dari kantor agar siap-siap berangkat ke terminal bis rawamangun. Dengan tergopoh-gopoh, jam dua siang dengan diantar mobil kantor Ronggo sekeluarga berhasil masuk ke bis tepat pada waktunya.
Perjalanan ke Pelabuhan Penyeberangan Merak lancar-lancar saja, tetapi menjelang pelabuhan terjadi kemacetan toal akibat terjadi kecelakaan pada salah pelabuhan penyebrangan. Kendaraan harus antri panjang untuk masuk ke feri penyebrangan. Walaupun AC bis cukup baik, kemacetan berjam-jam membuat lelah dan bosan semua penumpang. Hari mulai gelap.
Hanis dan Risna sesorean tadi tampak ceria karena jadi mudik, mulai lelah dan mengantuk. Arini mengatur duduk bersama Hanis, dan Ronggo bersama Risna. Deretan bangku mereka sebaris ditengah agak kebelakang, dua deret. Saat mengatur sandaran bangku, sentuhan tubuh sang istri memancing kegairahaan Ronggo. Maklum saja lembur dua minggu terus menerus mengakibatkan kegagalan memenuhi setoran wajib. Suasana remang, supir telah mematikan lampu ruangan besar, hanya menghidupkan lampu ruang kecil dan lampu di lantai. Yang Ronggo berbisik, kepingin nich
Hushh, ngaco sahut Arini sambil mengatur posisi tidur Risna di samping Ronggo bapaknya. Ntar saya ke toilet kalau sikon mengijinkan, ta miss call desak Ronggo Ahh jangan, bahaya! Sudah, tenang saja ujar Ronggo sembari bangkit dari bangku dan berjalan kebelakang ke toilet.
Ronggo telah mempelajari, situasinya memang memungkinkan. Toilet di bis executif ini berada dibelakang dan dalam ruangan yang disekat dengan pintu khusus. Ruangan ini memang sengaja tidak diisi penumpang, karena hanya digunakan bagi para perokok, atau supir serep istirahat. Saat ini, supir dan kenek sedang sibuk berjuang mengatasi antrian masuk ke kapal.
Wah aman nich pikir Ronggo setelah masuk toilet. Ronggo langsung me misscall istrinya. Arini mengetahui HPnya memanggil, membaca sendernya,Ronggo. Waduh gimana sih mas Ronggo, kan bahaya Keluh Arini. Maklum saja Arini ini cenderung penurut dan sedikit (sedikit sekali introvert). Pekerjaannya sehari-hari hanya ibu rumah tangga, dan pergaulannya hanya sebatas ibu-ibu rt, bisa dikatakan wanita tradisional. Tapi kepatuhannya terhadap sang suami sangat tinggi.
Dia menyadari perjuangan suami dua minggu ini menyelesaikan pekerjaan agar bisa mudik, sangat berat dan melelahkan, sehingga tidak sempat berhubungan intim. Setelah memastikan kedua anaknya sudah terlelap, Arini menyapu pandangannya kepenumpang lain. Walaupun seluruh bangku terisi, tetapi jumlah penumpang yang hanya 26 orang sedang berupaya tidur. Dan yang disampingnya tampak sedang sudah terlelap sejak magrib tadi.
Arini melangkah kebelakang, membuka pintu sekat ruangan, lalu membuka pintu toilet. Akibat sempitnya ruangan Ronggo menggeserkan sedikit badannya agar pintu bisa terbuka dan Arini masuk. Arini agak kaget melihat Ronggo sudah menanggalkan celana panjangnya, hanya mengenakan celana dalam dan kaos t shirt. Ronggo segera merangkul sang Istri Yang, nyoba pengalaman baru yuk sambil berbisik ditelinga Arini, dan mengecup belakang telinganya. Daerah itu memang salah satu area peka Arini.
Walaupun demikian toilet yang sedikit bau dan kekhawatirannya membuat gairah Arini tertahan. Tetapi semangat pengabdian istri yang baik mendorongnya untuk merespon dengan baik. Arini balas mendekap sang suami. Ikut sajalah pikirnya tenang. Tangan Ronggo bergerak mengangkat baju terusan panjang sang istri, membelai belai. Mulai dari lutut, bergerak naik perlahan keatas menyentuh celana dalam. Membelai paha kearah dalam berputar-putar, meraba diantara kedua belahan paha.
Merasakan hangatnya gundukan bukit yang terhalang secarik kain berenda. Arini merenggangkan pahanya memudahkan tangan Ronggo melaksanakan
tugasnya. GAIRAHnya mulai meletik, Arini menarik wajah sang suami dan mulai melumat bibirnya. Lidahnya menari-nari dimulut Ronggo, menjelajah dengan mesra. `Hemph.. mengetahui respon yang baik dari Istrinya Ronggo mulai bersemangat meraba-raba sembari sesekali mencubit pangkal paha Arini. Sesekali jarinya menyelip ke belahan paha yang terhalang lipatan celana dalam. Telunjuknya menggosok perlahan bulu-bulu yang terasa mencuat dari lipatatan celana dalam. Arini mulai mendesah perlahan, tangannya bergerak turun membalas dendam serangan Ronggo. Dengan mudah tangan Arini masuk kedalam celana dalam dan menggenggam sang tongkat yang mulai menggeliat bangun. Arini meraba kebawah membelai pelir sang suami. Arini tahu hal ini yang sangat disukai suami, belaian pada buah pelir. Sembari membelai sembari memijat, membelai dan memijat buah pelir, sang tongkat sudah terjaga sepenuhnya. Merasakan serangan sang istri, Ronggo kembali melancarkan serangan lain, kali ini jari tengahnya mulai menelusup bergerilya kedalam lipatan paha setelah menggeser secarik kain yang menghalangi. Jari tengahnya mulai menelusup masuk sembari menggeser pada tonjolan klit yang dikenalinya. filmbokepjepang.com Jari tengahnya mulai bekerja dengan giat dibantu telapak tangannya, menekan-nekan gundukan kemaluan Arini. Ronggo menggesekkan jemarinya sembari mengulum panjang bibir Arini. Lidahnya menjalar-jalar dengan ganas, sesekali membelit lidah Arini. Hemphh . Arini terjingkat ketika Jemari Ronggo mulai menyentuh pusat komando pertahanannya. Semakin Arini terjingkat semakin senang jemari Ronggo menggosok daerah tersebut. Arini mulai tak tahan, dan segera melakukan serangan brutal.Jemarinya menggenggam keras-keras kejantanan Ronggo. Mulai menggosok-gosok dan menarik-narik. Terasa dalam genggamannya sang tongkat mulai berdenyut-denyut. Setiap jemari Ronggo menyerang, Arini setengah geram setengah mendesah mulai menggosok dengan keras bahkan terkadang membetot sang tongkat. Dalam
kondisi normal biasanya Ronggo segera menelentangkan sang istri untuk membela diri terhadap serangan tersebut, dengan berbagai cara seperti mandi kucing, atau oral sex. Tetapi kondisi toilet tak memungkinkan, mau takmau Ronggo mulai terdesak, kejantanannya dibetot-betot Arini. Arini semakin kejam membetot-betot sang tongkat. Entah berapa kali tangan kanan Arini bekerja keras, yang pasti mulai terasa lelah. Karena tangan
kanannya mulai lelah, tangan kirinya mulai membantu, tangan kiri Arini ganti membetot-betot, tangan kanan memijat-mijat buah pelir. Ronggo
semakin terdesak tak berdaya, konsentrasinya mulai lepas, serangannya mulai melemah dan terabaikan. Celana dalam Ronggo sudah melorot jatuh Yang .aduhhh.. yang.. Semakin Ronggo melenguh semakin Arini galak.
Tumben bang Ronggo agak pasrah kali ini pikir Arini. Biasanya inisiatif serangan selalu ada pada Sang suami, Arini biasanya hanya melakukan serangan balik, merespon sebaik mungkin. Tapi kali ini Arini tidak menyadari Ronggo tidak mungkin menelentangkannya. Arini tidak menyadari Ronggo tidak memiliki taktik yang memadai melancarakan serangan diruang toilet yang sempit. Arini senang sekali bisa terus berinisiatif, genggamannya diperkeras, betotannya sesekali lambat tapi
digenggam sekuat mungkin, sesekali digosok cepat tapi diperloggar.
Tangan kanan Arini menggaruk setengah mencakar daerah biji pelir sang suami, sesekali mencubit. Bila Arini merasakan jemari Ronggo menggosok klitnya, Arini langsung bersamaan meremas agak keras kantung kemih sang Suami sekaligus membetot sekeras-kerasnya yang membuatnya langsung terjengkit setengah kesakitan setengah keenakan Yang uh uh. tangan Ronggo merangkul leher Arini mencoba bertahan sekuat tenaga. Arini tersenyum bahagia, baru kali ini dirinya berhasil memegang insiatif penyerangan setelah tujuh tahun berumah tangga. Yang lepas . Ronggo terengah-engah, meminta Arini melepas celana
dalamnya. Arini melepas celana dalamnya dan meletakkannya di penggiran wastafel. Ronggo mengangkat baju terusan panjang sang istri, membantu mengangkat sebelah kaki kiri Arini, dan menumpangkannya ke closet yang tertutup. Ronggo mulai mencoba memasuki sang istri, agak sulit. Arini membantu dengan membimbing sang tongkat agar tidak salah arah memasuki liang kewanitaannya. Setelah sedikit masuk, Ronggo menekan, dan masuk.
Agak seret karena posisi kaki Arini yang terangkat sebelah. Egghbangg bisik Arini mesra. Menyadari Ronggo telah mamasuki dirinya. Posisi Arini kesulitan, terpaksa kedua belah tangannya membelit leher Ronggo memantapkan posisi, setengah mendekap setengah menggantung. Kaki kirinya terjingat dipinggirian closet, terganjal legan kanan Ronggo yang berpegang kuat didinding. Yang gimana bisa??
sembari bertanya Ronggo mulai menekan. Ayo bang..ahhh Ketika terasa ganjalan sang tongkat mendesak tubuhnya. terus bang. Arini tidak terbiasa posisi ini, tapi pasrah saja menikmati sodokan sang tongkat.
Ronggo langsung menekan tancap gas, maklum saja telah diserang habis- habisan, kejantaanannya sudah menggelegak setelah tadi dibetot-betot oleh jemari Arini yang lihai. Dorongan dan tarikannya dilakukan secara cepat dan sistematis. Arini tak berdaya didesak-desak kejantanan Ronggo, posisinya tidak memungkinkan melakukan gerakan balasan yang dikuasainya. Arini hanya bisa menahan setiap didesak Ronggo. Yang nggak tahan lagi nich Ronggo mencoba bertahan selama mungkin menyetubuhi istrinya.
Kayuhannya dicoba seteratur mungkin, tetapi kejantanannya mulai berdenyut-denyut hendak meledak. Pikirannya buntu mencoba mencari alternatif gerakan, tetapi tampaknya kondisi ruangan kurang mendukung fore play, apalagi fisiknya agak lemah setelah lembur terus-terusan.
Gempurannya mulai tidak beraturan Nggak apa-apa bangayo terus ahh. Arini memang bukan tergolong wanita jaman sekarang yang selalu mencari
kepuasan setiap berhubungan intim. Asal bisa memenuhi kewajiban melayani suami, Arini sudah bahagia. Arini sangat senang melihat Ronggo tadi tak mampu membalas betotannya. Ronggo mulai melepaskan kendalinya, gerakan tubuhnya menghujam mulai bergetar, hujamannya mulai liar, berkali-kali Ohhohhh. berahi Arini mulai membara, dihujam sekuat tenaga.
Bibirnya hanya bisa mengecup leher Ronggo dimana dirinya setengah bergantung.
Hunjaman sekuat tenaga menandai muntahan lahar panas. Yang .Ronggo mengulum kuat bibir sang Istri, agak menyesal memahami bahwa dia sampai
duluan, dan tidak berdaya untuk melanjutkan perjalanan. Tubuhnya LEMAS karena posisi hubungan initm yang agak sulit. Semenit berlalu, sang tongkat perlahan-lahan mulai melemas, dalam benaman hangat sang istri.
Akhirnya terlepas sendiri. Yang tunggu lima menit baru keluar, saya duluan Ujar Ronggo sembari memungut dan mengenakan celananya. Iya bang, mungkin agak lamaan Oh iya mungkin urusan perempuan pikir Ronggo Ronggo melangkah keluar toilet dengan tubuh LEMAS. Karena gelapnya ruang merokok tidak menyadari sang kenek tengah berbaring dan menongolkan kepalanya dari deretan bangku belakang yang menyembunyikan dipan kecil dibalik deretan bangku paling belakang.
Anton, sang kenek, ketika baru saja berbaring, dan langsung menyadari ada peperangan dibalik toilet, buset dah. Bukbukbuk getaran halusnya mau tidak mau terasa setiap kali silelaki menghujam. Lama juga kupingnya mendengar getaran ini. Benaknya berpikir keras, sialan nich.
Ganggu orang istirahat, apa nggak bisa nyari tempat ngesex ditempat lain. Sialan ntar gue bales ganggu? Wah ada ide.
Ketika Ronggo membuka pintu ruang sekat dan keluar, Anton bangkit dari dipan kecilnya yang tersembunyi dibalik balik tingginya bangku penumpang, loncat kedereratan bangku belakang dan segera mengetuk pintu toilet. Ketukannya disengaja bernada kode tuk ..dok ..dok, tuk ..dok ..dok..
Arini sedang membersihkan dirinya ketika mendengar ketukan tersebut.
Wah kenapa bang Ronggo ini, apa ada yang ketinggalan? Arini membuka slot pintu dan menggeser badannya membelakangi dan, membuka pintu.
`Kenapa bang? Anton masuk dan segera mendapati punggung seorang wanita.
Ketika berbalik terlihat dalam keremangan seorang wanita muda berusia 30-an tahun, bertubuh sedang cendrung mungil, berwajah putih halus manis keibuan, sedang memegang celana dalam. Anton segera menyadari wanita ini ibu dari dua anak yang tadi siang datang tergopoh-gopoh. Postur tubuhnya ditutupi baju terusan panjang khas wanita sumatera. Secara keseluruhan berpenampilan menarik. Oh. anu Arini kaget menyadari yang masuk bukan suaminya…….
Mohon Maaf agan , suhu semua nya…sedikit copas…
masih belum bisa mencari inspirasi…
mohon nasehat para suhu…,,,,,,,,,,,,,