Malam Jahannam
Malam Jahannam
“Bangsat lo semua!!!” Santo beranjak dari kursinya. Ia menerjang seorang laki-laki yang baru saja mendobrak pintu. Tanpa perhitungan, ia maju sambil tangannya merogoh sesuatu di pinggangnya. Tapi kecepatan tangannya kalah dengan kecepatan sebutir timah panas yang menembus iga kirinya. Badannya tersentak, Santo tidak menyadarinya. Ia hanya mendengar letusan nyaring. Badannya tersentak lagi, dan letusan yang kedua membuat dia sadar kalau telah tertembak. Santo ambruk ke lantai. Peluru kedua menembus pangkal lehernya. Darah pun berhamburan di lantai.
Sasha yang melihat kejadian itu dengan jelas langsung histeris. Ia tak peduli dengan teriakan beberapa laki-laki untuk tetap diam. Dari kursinya, Sasha menghambur ke arah Santo. Ia menangis. Hanya bisa menangis. Tak tega melihat Santo yang nafasnya tersengal-sengal. Darah keluar deras dari lubang di balik kaos hitam dan leher Santo. Mata Santo mendelik, entah ia merasakan sakit atau apa. Tapi sepertinya Santo tahu ajalnya sudah dekat.
“Santooooo, hu hu hu hu…,” Sasha berusaha mengangkat kepala Santo ke pangkuannya. Ia tak tega melihat sahabatnya berakhir seperti itu. Mengakhiri hidup seperti itu.
“Sha, gua minta maaf sama elo. Tuhan ternyata ada. Gue dipanggil duluan, gua dah selesai…” Santo terbata-bata menyelesaikan kalimatnya dengan nafas yang masih tersisa. Sasha menangis semakin keras. Ia mengguncangkan tubuh Santo karena Santo benar-benar tidak bergerak. Mata Santo terbuka dan mulutnya menganga. Darah melumuri celana pendek dan paha Sasha. Santo benar-benar kehilangan nyawanya kali ini.
Dua laki-laki berbadan tegap berambut gondrong langsung memisahkan Sasha dari tubuh Santo. Seorang laki-laki lain yang tidak memegang senjata mengamankan dirinya, sedangkan dua orang yang memegang pistol menggeledah tubuh Santo. Sasha hanya bisa pasrah. Ia tak tahu harus berbuat apa. Untuk kesekian kalinya ia merasa perjalanan hidupnya akan menemui titik bawah lagi.
*
“Santo..” Seorang perempuan pertengahan 30-an memanggil anaknya yang sedang berenang di kolam renang pekarangan rumah. Sang anak laki-laki yang baru menginjak remaja pun menepi, menghampiri ibunya.
“Sudah berenangnya. Makan dulu, mama bikin nasi goreng nih,” ujar si Mama.
Santo pun naik dari kolam renang, menghampiri meja di pinggir kolam tempat ibunya berdiri. Ia mengeringkan badan dan menemani ibunya yang sudah duduk.
“Istirahat dulu, jangan kecapekan, kamu kan harus belajar, besok ada ulangan nggak?”
“Ah belajar mulu mah, males. Kalo ulangan nyontek aja, gampang,” ujar Santo sambil menyendok nasi goreng ke mulutnya.
Mamanya hanya tersenyum mendengar jawaban itu. Namun Santo kemudian mendapatkan nasehat-nasehat yang penuh kasih sayang. Santo bahagia dengan perhatian mamanya. Mamanya adalah satu-satunya orang yang memberikan kasihnya dengan tulus. Ia jarang mendapatkan perhatian dari papanya, karena papanya tak tentu ada di rumah.
Dari sisi materi, Santo tidak pernah kekurangan. Ayahnya yang seorang pengusaha, berlebihan untuk membiayai mereka. Apalagi Santo adalah anak satu-satunya. Santo bisa dibilang anak paling kaya.
Hanya saja keindahan dan kehangatan keluarga itu tidak bisa bertahan seterusnya. Beberapa bulan setelah sore yang indah itu, Santo menemukan rahasia lain dari papa dan mamanya. Suatu malam, papa dan mamanya bertengkar hebat. Keduanya mengumpat kata-kata kasar. Semua nama binatang terucap dari mulut mereka. Santo tahu kalau mamanya marah karena papanya selingkuh. Tak hanya itu, masa lalu keduanya pun terkuak. Sekilas Santo mengetahui kalau dia bukanlah anak yang lahir karena cinta. Dia adalah anak yang lahir karena nafsu. Pernikahan kedua orangtuanya terjadi karena mamanya telah mengandungnya lebih dulu.
Santo sedih mendengarnya. Ia yang baru menginjak remaja tidak paham seluruhnya dengan pertengkaran itu. Caci-maki kedua orangtuanya semakin hebat. Papanya bahkan tak segan-segan melayangkan tangan ke wajah mamanya. Santo tak tega melihat perlakuan itu, tapi ia juga takut melihat papanya yang sedang marah.
Ketika pertengkaran itu mereda, ia melihat mamanya sudah mengemas koper. Mamanya akan meninggalkan rumah. Santo sempat merengek menghentikan langkah mamanya. Namun hati mamanya sudah hancur berkeping. Mamanya bertahan dengan pendiriannya. Ia tetap menuju mobil yang diparkir di garasi. Santo hanya bisa merengek, melihat mobil mamanya meninggalkan gerbang rumah.
Santo menangis semakin jadi. Ia tahu bahwa ia akan menjadi laki-laki, tapi ia tak kuasa kehilangan mamanya. Ia menangis sejadi-jadinya, meringkuk di salah satu pilar rumahnya yang mirip istana. Ia tak peduli, meski papanya menyuruhnya masuk.
Ia tetap menangis. Di dalam hatinya ia marah kepada papanya. Kenapa mamanya yang harus pergi dari rumah itu? Kenapa mamanya yang ditampar, jika yang tidak diinginkan di rumah itu adalah dirinya. Ia sedih, marah, bingung, dan sebagainya. Isakan tangisnya semakin lama semakin reda, namun kesakitannya mengendap di dasar hatinya. Sampai Mang Udin, penjaga rumah, mengantarkan Santo masuk ke dalam kamarnya.
Sejak malam itu, Santo benar-benar merasa sendirian. Tidak ada lagi orang yang memberikan perhatian padanya. Papanya bahkan tidak berkomunikasi dengannya seminggu setelah itu.
Kesedihan Santo bertambah, ketika dua bulan berikutnya datang seorang perempuan yang dipanggilnya Tante Dona. Papanya bilang bahwa Tante Dona adalah calon ibunya yang baru. Santo benci kepada perempuan itu, karena perempuan itu yang membuat mamanya pergi.
Namun sebagai laki-laki remaja yang menginjak dewasa, Santo tak bisa membohongi dirinya kalau dia tertarik dengan kecantikan Tante Dona. Saat menemani papanya, Tante Dona selalu tampil anggun. Bahkan saat papanya tidak di rumah, Tante Dona selalu menjaga sikapnya dengan baik. Dona adalah sosok perempuan yang matang baik seksualitas ataupun kedewasaan.
Ketertarikan Santo terhadap Dona terus bertambah. Ia sering mengamati Dona jika sedang berenang. Jika mendapat kesempatan itu, Santo membandingkan tubuh Dona dengan adegan-adegan film biru yang sering ditontonnya.
Sampai suatu malam, saat Papanya tidak ada, Santo tahu siapa sebenarnya Dona. Santo terkejut ketika Dona masuk ke kamarnya saat dia sedang menonton bokep. Dona hanya tersenyum melihatnya sedang onani. Santo gugup Dona menghampirinya. Dia malu sekali.
“Kamu suka nonton itu ya? Coba Tante lihat punyamu?” Dona langsung menyibakkan bantal yang menutupi selangkangan Santo. “Hhhmmm, masih lemes. Tante bikin tegang ya.” Tanpa ragu-ragu Dona langsung menggenggam penis Santo.
“Tante..” Santo bingung.
“Kamu diam saja. Jangan bilang Papa ya, Tante juga gak akan bilang ke Papa,” ujar Dona menenangkan.
“Iiiyyyaaa tante…”
“Kamu sudah punya pacar?”
“Sudah tante?”
“Oooo, sudah pernah ML?”
“Belum pernah.”
“Ooo, kalo lihat perempuan telanjang?”
“Sudah tante.”
“Pacarmu?”
“Iya,” Santo menjawab lugu.
“Kok gak sekalian ML saja kalau sudah telanjang?”
“Eeee takut tante.”
“Takut apa?”
“Hamil.”
“Oooo, kalo sama tante jangan takut ya.”
“Iyaa…”
“Dah kamu gak usah lihat filmnya. Lihat tante aja. Tante bisa kok kaya di film.” Dona benar-benar menjadi mentor yang baik buat Santo malam itu.
Bagi Santo, kehadiran Dona tentu saja membuat dia bimbang. Satu sisi dia benci dengan calon ibu tirinya, sisi lain Santo benar-benar penasaran dengan yang namanya ML. Dan Dona menawarkan hal itu.
“Tante….?” Santo coba mengutarakan kebimbangannya.
“Husssh…kamu diam saja. Nikmati saja. Kamu akan jadi laki-laki dewasa,” ujar Dona.
“Tapiiii…”
“Gak ada tapi-tapian. Saya tahu kamu benci saya. Karena saya mengambil ayahmu kan? Jadi kenapa tidak sekalian saja, kamu ambil saya dari ayahmu, jadi saya tidak akan pernah jadi ibumu,” Dona berurai panjang tanpa dimengerti Santo. Sementara tangannya terus mengocok penis Santo.
“Kalau ketahuan saya bisa dibunuh Tante.”
“Gak akan ketahuan, kalau salah satu dari kita tidak memberi tahu. Saya akan tutup mulut. Kamu?”
“Saya juga akan diam.”
“Bagus kalau gitu. Nikmati ya. Tuh dah tegang,” ujar Dona yang menghentikan kocokannya. Dia kemudian melepas daster tidurnya. Dona langsung bugil karena ia tidak memakai pakaian dalam.
Santo menelan ludah secara tak sadar. Baru kali itu ia melihat tubuh perempuan dewasa yang sangat menggiurkan. Tak beda jauh dengan pemain film bokep yang sering dia tonton.
Dona kemudian mengulum penis Santo. Bibirnya secara teratur naik turun mengurut urat penis Santo. Santo kegelian sekaligus terangsang. Dona benar-benar perempuan berpengalaman, Santo yang masih bau kencur dibuatnya mabuk kepayang. Kuluman bibirnya di penis Santo membuat anak itu melupakan semua kebimbangannya. photomemek.com Dona juga meraba buah zakar yang membuat Santo tak bisa menahan kenikmatannya. Tanpa memberi aba-aba, Santo memuncratkan spermanya. Dona tersedak. Tapi dengan sigap Dona menampung semua sperma Santo di dalam mulutnya. Santo langsung terkulai lemas, sedangkan Dona menelan semua sperma Santo.
“Makasih ya,” ujar Dona.
“Iya Tante. Tapi kok Tante yang makasih, bukannya saya ya?” Santo mulai berani memulai obrolan.
“Banyak orang percaya, sperma perjaka itu obat awet muda. Makanya Tante senang kamu kasih buat Tante. Dah sekarang istirahat dulu, penis kamu layu tuh,” goda Dona.
Dona pun rebahan di samping Santo. Dona membuka obrolan soal seks. Ia membahas adegan-adegan dalam film yang masih berputar. Santo tidak canggung lagi. Ia bertanya-tanya seputar seks. Dona menjadi guru yang baik. Tak hanya menjelaskan, tapi memberi contoh langsung.
“Sekarang coba kamu cium Tante ya. Yang lembut, seakan-akan Tante ini pacarmu. Kamu tidak mau kehilangan dia,” pinta Dona. Santo pun melakukan permintaan itu. Ia mencium bibir Dona, lembut. Dona membalasnya dengan lembut. Namun seiring ciuman itu, Dona mengeluarkan jurusnya untuk memancing libido Santo. Lidah Dona menari-nari di dalam pagutannya. Tangannya meremas-remas rambut Santo.
Puas dengan bibir, Dona meminta Santo menjilati semua tubuhnya. Hanya saja sebelum itu ia meminta Santo untuk telanjang seperti dirinya. Santo melepas kaos, pakaian satu-satunya yang masih melekat.
Dona mengarahkan jilatan Santo di wajahnya. Ia ingin Santo membangunkan birahinya. Ia juga meraih tangan Santo untuk meraba payudaranya. Sebagai seorang pemula, Santo pun tidak pasif. Ia mempraktekkan pengetahuannya dari film bokep. Tak butuh waktu lama gairah Dona bangkit. “Jilat puting Tante To,” pinta Dona.
Santo sigap mengulum pentil Dona. Pentilnya yang hitam mancung membuat Santo bersemangat. Bagi Dona, jilatan Santo mungkin masih kalah dengan puluhan laki-laki yang pernah tidur bersamanya. Tapi karena Santo yang masih perjaka menghasilkan sensasi tersendiri. Jarang-jarang Dona bisa mendapatkan keperjakaan seseorang.
“Gigit-gigit kecil To,” pintanya lagi. “Aaauuu jangan keras-keras..” Dona kesakitan karena Santo terlalu bersemangat. “Iya segitu pas, uuuuhhhhh….geli enak To.”
Santo mengulanginya lagi. Tanpa disuruh ia pindah ke puting sebelahnya lagi. Kali ini ia mulai mahir mengimbangi Dona. Dona menilai Santo sudah lulus dengan nilai cukup untuk jilatan di payudara, selanjutnya ia ingin Santo menjilat vaginanya. “Ke memek Tante To. Jilat memeknya,” Dona mulai tinggi birahinya.
Lagi, Santo terkagum-kagum. Vagina perempuan yang selalu membuatnya penasaran, kini ada di depan mata. Ia memperhatikan lekuknya, bentuknya, dan baunya. Santo kembali menelan ludah, ia sangat terangsang. Vagina Dona bersih dari rambut-rambut, belahannya merekah memanjang. Di kanan-kirinya menyembul daging lebih. Dalam hati Santo pasti daging itu empuk sekali. Ketika ia mendekatkan wajahnya, tak tercium bau amis. Bahkan Santo malah merasa vagina itu berbau harum.
“Jilatin To, jangan diem aja,” Dona mulai tidak sabar. Santo tersadar dan mulai memenuhi permintaan Dona. Santo menjilat vagina Dona dengan kasar. “Uuuuhhhh, gak apa dikerasin aja To. Langsung aja ke itilnya,” Dona benar-benar tidak sabaran ingin mendapatkan perjaka Santo.
Tangan Dona pun membantu Santo membuka belahan vaginanya. Ia menunjuk klitorisnya agar di jilat Santo.
Baru kali itu Santo benar-benar mengetahui apa yang namanya klitoris. Santo bernafsu menjilatnya. Dona melenguh keenakan. “Uuuuuhhhhhh lidahmu jago. Nggak nyangka, perjaka kecil langsung jago. Udah To, sekarang masukin kontolmu,” pinta Dona.
Inilah saat yang ditunggu-tunggu Santo. Tangannya menggenggam penisnya dengan mantap. Ia mengarakan ke lubang vagina Dona. Tanpa ragu-ragu, Santo membenamkan penisnya. “Aaaahhhhhhh…..” Dona melenguh keenakan. Berdasarkan adegan bokep, Santo tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya, menusuk dan menarik penisnya berulang-ulang. Tapi sejenak ia ingin merasakan momen itu. Penisnya benar-benar tertanam di vagina perempuan. Sungguh sensasinya luar biasa. Santo seperti dalam mimpi.
“Tannteeeee….” Ujar Santo. Entah ia keenakan atau kegirangan. Hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya saat melepas perjakanya.
“Iiiyyaaa, sayang. Enak ya?” Balas Dona. Penis Santo mungkin tidak sehebat penis-penis lain yang pernah singgah di vagina Dona. Tapi sekali lagi, kali ini adalah penis perjaka.
“Nikmatin dulu sayang. Gak usah buru-buru, memek tante gak kemana-mana kok,” Dona menenangkan Santo. Dona kemudian memberi isyarat agar wajah Santo mendekat ke wajahnya. Ia ingin mengulum bibir Santo.
Santo merebahkan badannya dan langsung mencium bibir Dona. Tak ada basa-basi, Santo mengulumnya dengan keras. Dona sampai kewalahan. Tapi ia paham, darah muda selalu lebih liar dibanding penampilannya.
Dona harus melepaskan kuluman itu karena ia merasa tidak nyaman. Sebagai gantinya, dia meminta Santo untuk meraba payudaranya.
Masih dengan semangat yang sama, Santo meraba payudara Dona dengan kasar. Tapi itu malah yang diinginkan Dona. Libidonya jadi cepat naik. “Sekarang kontolmu digoyang, masuk-keluar,” pinta Dona.
Dengan sekuat tenaga, Santo mempraktekkan teori dari film bokep. Rasanya luar biasa, berbeda jauh dengan onani. Hangatnya dinding vagina ternyata membuat dia nyaman. Santo menghujamkan penisnya sedalam-dalamnya. Ia tak peduli dengan irama. Yang penting masuk, masuk, dan masuk lagi.
Dona hanya bisa memaklumi. “Nanti kalo mau keluar bilang ya. Tante mau minum spermamu lagi,” ujar Dona tak mau kehilangan sperma Santo.
“He’eh,” hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Santo. Ia fokus membenamkan penisnya ke dalam vagina. Menyodok sekeras-kerasnya.
Santo terengah-engah. Ia seperti orang yang sedang melakukan sprint, berlari kencang tanpa berhenti. Nafsunya benar-benar sudah di ubun-ubun. Dona hanya bisa memakluminya. Ia membiarkan Santo menuntaskan birahinya. Tak lama kemudian Santo merasakan spermanya ingin muncrat.
“Tttttaaaannte.. Mau keluar,” ujar Santo terengah-engah.
Tak peduli dengan Santo yang sedang menuju puncak birahi, Dona langsung mendorong tubuh Santo dengan keras. Santo terpelanting ke samping hingga penisnya terlepas. Ia sempat kaget dengan perlakuan Dona. Namun Dona segera menghampiri penis Santo dan mengulumnya kuat-kuat. Tangannya dengan terampil mengurut urat di bagian bawah penis. Membantu Santo mencapai klimaks.
Benar saja beberapa detik kemudian, sperma muncrat di dalam mulut Dona. “Aaaaaaaahhhhhh……..aahh….aaahhhh….aaahhh…aahh…aahh…aahhh….,” Santo merasakan ejakulasinya.
Mulut Dona sudah berpengalaman, meski panggul Santo menghentak-hentak, mulutnya bisa mengikuti irama dan menampung semua sperma Santo tanpa keluar setetes pun.
Mulut Dona tetap berada di ujung penis Santo, menunggu anak itu lebih tenang. Setelah itu Dona melepas mulutnya, merangkak ke wajah Santo, dan memperlihatkan sperma di dalam mulutnya kepada Santo. Dengan mimik yang sensual, ia menggoda Santo, lalu menelan sperma itu. Ia ingin memberikan kenangan indah untuk anak calon suaminya.
Dona puas sekali. Ia kembali mendapatkan sperma perjaka. Ia mengecup pipi Santo, lalu rebahan di sampingnya. “Enak sayang? Selamat ya, kamu sudah dewasa sekarang,” ujarnya kepada Santo.
Sementara Santo masih mengatur nafasnya. Ia lega sekali, semua penat, ketegangan, rasa penasaran, tiba-tiba hilang. Dunianya kini indah sekali. Sungguh pengalaman yang luar biasa.
“Nanti kalau kamu mau lagi, bilang Tante. Tapi jangan saat ada Papa ya,” Dona membelai dada Santo.
“Iya Tante.”
Malam itu benar-benar membuka wawasan baru buat Santo. Sepanjang malam, ia diajak Dona mengeksplorasi tubuh. Berbagai adegan yang ada di dalam film dipraktekkan semua.
Hubungan antara Santo dan Dona semakin cair. Santo tahu bahwa Dona sebenarnya adalah mantan pramugari yang sudah berhenti bekerja. Maka tak heran jika Dona memiliki tubuh yang sangat menggoda.
Santo sangat menyukai perlakukan Dona, tapi sebenarnya ia bingung menempatkan Dona. Ia tak bisa menyebut Dona sebagai calon ibunya, karena jika saat papanya tidak ada, dia menggantikan peran papanya. Santo juga tidak bisa menganggap Dona sebagai kekasih, karena tidak ada perasaan cinta di dalamnya. Tapi pikiran itu hanya muncul sesaat, selebihnya, Santo menempatkan Dona sebagai penyalur gejolak birahinya yang sangat tinggi.
Dengan pengalaman bersama Tante Dona, Santo memulai petualangannya. Ujian pertamanya adalah memerawani pacarnya, Shinta. Berbekal rayuan tak akan meninggalkan Shinta, Santo berhasil mendapatkan keperawanannya. Shinta hanya menangis saja saat itu. Tapi bagi Santo, ia punya perbandingan. Lebih enak ML dengan perempuan dewasa dibanding dengan pemula.
Santo kemudian memutuskan Shinta, karena selepas SMP, mereka sekolah di SMA yang berbeda. Petualangan Santo semakin jadi. Di SMA Tunas Bangsa ia bertemu dengan teman-teman yang punya kegemaran sama, Doni, Iwan, dan Reza.
Awalnya Santo berkenalan dengan Doni yang baru saja berhasil mengambil perawannya Sasha.
Dua sahabat yang memiliki kegemaran sama itu saling berbagi. Santo bahkan mendapat kesempatan untuk ML dengan Sasha, sedangkan Doni mendapat kesempatan dengan Tante Dona.
Mereka kemudian bersahabat dengan Iwan. Kuartet penjahat kelamin itu menjadi lengkap dengan kehadiran Reza. Hanya saja saat itu, Reza mengaku masih perjaka.
“Jadi Reza masih perjaka To? Kenalin sama Tante dong?” Ujar Dona yang sudah tidak tinggal bersama keluarga Santo lagi.
“Tante gak puas-puas apa sama perjaka?” Santo bingung.
“He he he, asyik kalo sama yang baru. Lagian kalo udah umur segini susah nyari perjaka To, dapetnya bajingan mulu. Tante lebih suka calon bajingan, he he he,” ujar Dona menggoda Santo.
“Tanya Doni dulu deh Tan, dia setuju gak?” Santo coba memberi pertimbangan.
“Atau gini aja, kita barengan aja semua. Sekalian ajak Sasha, kan jadi seru tuh. Di sini aja,” bujuk Dona.
“Ha ha ha. Tante nggak kehabisan ide kalau untuk urusan kaya gini,” Santo senang.
Mereka pun merencanakan sebuah pesta di apartemen Dona. Dua bulan terakhir, Dona tinggal di apartemennya sendiri. Hubungan antara dia dengan papanya Santo selesai dengan baik-baik.
“Kalau kamu bisa tidur dengan siapapun, kenapa aku tidak boleh? Apa yang kita cari sebenarnya bukan hubungan jangka panjang. Coba Mas sadari. Lebih baik Mas kembali ke istri Mas. Kalau sama saya, selama kita ada waktu, kita bisa melakukannya,” ujar Dona halus. Dan kesepakatan itulah yang terjadi. Dona lebih senang menjadi simpanan bapak dan anak itu.,,,,,,,,,,,,,,,,,