PapaMamaku Tercinta

PapaMamaku Tercinta

Namaku Nina, lengkapnya Karenina puspita, terlahir dari kedua orang tua yang termasuk golongan masyarakat kebanyakan, maksudnya adalah golongan dimana taraf ekonomi dan pendidikannya selevel dengan sebagian besar manusia penghuni negeri ini, atau istilah gampangnya masyarakat golongan ekonomi pas-pasan.
Pekerjaan papaku karyawan swasta, dengan pendidikan terakhir SMA, sedangkan mama hanya ibu rumah tangga biasa, mama juga lulusan SMA, bahkan mama satu sekolah dengan papa waktu di SMA dulu. mereka menikah pada saat usia mereka yang masih sangat muda, dikarenakan ketika mereka lulus SMA, mamaku yang adalah pacar papa, diketahui hamil diluar nikah, tepatnya mama mengandung aku. akhirnya mereka menikah dan harus rela mengubur cita-cita mereka untuk menempuh pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
Walaupun orang tuaku dari golongan ekonomi pas-pasan, tapi kakek dan nenekku termasuk orang berada, terutama dari pihak ayah. Sedangkan dari pihak mama, walaupun tidak sekaya orang tua papa, tapi orang tua mama juga tidak bisa dikatagorikan sebagai masyarakat kebanyakan seperti kami.
Namun baik papa dan mama tidak ingin tergantung dengan kakek dan nenek, mereka lebih memilih untuk mandiri, karena semenjak mama diketahui hamil lalu mereka menikah, hubungan ayah dengan keluarga besarnya menjadi tidak harmonis, papa seperti dikucilkan, ditambah lagi dengan sikap papa yang juga menentang dan sepertinya tak sudi untuk bersilaturahmi dengan keluarga besarnya, bahkan kepada orang tua papa. Praktis semakin tertutuplah pintu persaudaraan diantara kami dan keluarga besar papa. Bahkan disaat lebaranpun, dimana orang-orang lain saling bersilaturahmi kerumah saudara dan handaitolan mereka, tetapi kami hanya berdiam diri saja dirumah tanpa ada satu saudarapun yang berkunjung, kecuali tetangga sekitar dan beberapa teman papa.

Papaku seorang pria yang tampan dan bertubuh atletis, sehingga sangat serasi dengan mama yang waktu di SMA dulu, menurut cerita papa termasuk siswi yang tercantik disekolah dan menjadi rebutan siswa-siswa. Aku rasa papa tak berlebihan, mama memang cantik, kulitnya putih bersih serta halus, berhidung mancung, matanya lebar bercahaya dihiasi alis yang indah alami tanpa modifikasi, begitupun dengan bulu matanya yang lentik, ditambah dengan bibirnya yang indah dan senyumnya yang manis. Body mama juga indah, dengan tinggi yang ideal untuk ukuran seorang model, tapi bokong dan payudaranya montok berisi.
Jadi tak heran kalau aku juga mewarisi kecantikan mamaku.

Sebagai anak tunggal, sejak kecil aku tidur bersama Papa dan Mamaku, dan selama yang aku ingat, dulu kami masih mengontrak disebuah rumah petak yang terdiri dari satu kamar tidur, selain juga ada kamar tamu,dapur, serta kamar mandi tentunya. Dan karna kami tidur bersama, aku pun selalu menyaksikan aktifitas mereka selama didalam kamar, termasuk bagaimana kedua orang tuaku saling bercinta, dalam arti kata berhubungan intim layaknya suami istri. Mungkin waktu itu aku masih kecil dan tidak perduli atau mungkin tidak tahu dengan hal-hal seperti itu, sehingga akupun kurang begitu mengingatnya. photomemek.com Peristiwa yang masih bisa aku ingat adalah ketika aku masih TK, mungkin sekitar umur 4 atau 5 tahun, dibawah usia itu, ingatanku hanya samar-samar tentang apa yang dilakukan oleh kedua orang tuaku.
Mungkin karena sudah menjadi kebiasaan semanjak aku masih kecil, sehingga ketika aku sudah TK pun mereka tetap melakukan hal yang sama, artinya saat mereka melakukan hubungan seks seolah aku ini tidak ada disitu, sehingga yang ada dibenakku waktu itu, bahwa kegiatan seperti itu adalah hal biasa dan bukan sesuatu yang tabu. Mungkin juga mereka melakukan itu karena keadaan, dimana memang tidak ada lagi tempat lain untuk menjaga privasi mereka selain didalam kamar yang cuma satu itu, dimana akupun tidur dan bermain cuma ditempat itu dan bersama mereka, karena ruang lingkupnya memang hanya disitu.
Sekali waktu aku pernah bertanya saat mereka selesai berhubungan badan
“Mama sama papa kalau seperti itu tadi namanya ngapain sih…?” tanyaku
“Itu tadi namanya ngentot…” jawab papaku, dan entah mengapa sepertinya mama tidak suka dengan jawaban papaku itu, katanya “Apa enggak ada jawaban yang lebih bagus sih… Masa’ anak kecil diajarin ngomong kaya’ gitu..” protes mama, sedang papa hanya senyum-senyum saja sambil menjawab “Ya, harus jawab gimana lagi..” itu alasan papa.
“Ngentot biar apa sih pa..?” tanyaku lagi.
“Ya biar papa sama mama semakin tambah sayang… Dan kalau papa sama mama ngentot, itu juga tandanya bahwa mama sama papa saling menyayangi..” terang papa, kali ini mama hanya tersenyum saja dengan jawaban papaku.
“Nina juga sayang papa dan mama, berarti Nina harus ngentot sama papa dan mama juga ya pa…” mendengar itu papa dan mama seperti terkejut dan bingung hendak menjawab apa.
“Rasain kamu… Kamu sok tau sih..kayak yang sudah pinter memberi jawaban yang bijak aja..” omel mama kepada papa, yang membuat aku semakin heran.
“Kalau Nina enggak boleh ngentot sama papa atau sama mama, nanti kalau Nina sudah besar, Nina bisa ngentot sama suami Nina sendiri..” terang papaku.
“Memangnya suami Nina siapa?” tanyaku.
“Kalau sekarang kita belum tau, nanti kalau Nina sudah besar baru kita semua bisa tau…” jawab papa, dan akupun akhirnya diam, walaupun sebagai seorang bocah aku tidak sepenuhnya paham dengan maksud penjelasan papa tadi.
“Pa, itu namanya apa sih..?”pernah juga aku bertanya pada papa sambil menunjuk penis papa, juga disaat mereka selesai berhubungan badan.
“Ini namanya kontol sayang..” jawab ayahku.
“Koq mama sama Nina enggak punya kontol..?” tanyaku lagi dengan lugu.
“Iya, Nina sama Mama tidak punya kontol, karena Nina perempuan, sedangkan papa laki-laki.. Tapi Nina punya memek, seperti ini..” terang papaku, diikuti dengan memegang selangkangan mama, untuk menunjukan padaku bahwa itulah yang dinamakan memek, sedangkan mama justru mencubit tangan papa, sambil berkata “Ih, papa ini..vulgar banget.. Apa enggak ada yang lebih bijak cara jelasinnya selain dengan kata-kata itu, Nanti kalau dia ngomong seperti itu, sama tetangga bagaimana..” protes mama.

Semenjak penjelasan papa itu, aku mulai peduli dan selalu ingin tau tentang kegiatan yang mereka sebut ngentot itu. Aku mulai memperhatikan bagaimana mama seolah begitu menikmati saat menjilati,menghisap dan mengulum penis papa.
Aku sempat berpikir mungkin penis papa itu rasanya enak atau manis, sehingga mama tampaknya begitu menikmatinya. Aku juga memperhatikan bagaimana dari lubang penis bisa mengeluarkan cairan kental seperti ingus yang biasa mereka sebut peju, dan mama begitu menyukainya. Karena kadang-kadang papa mengeluarkannya dimulut mama, dan mama dengan rakus menelannya, bahkan sepertinya mama masih belum puas karna masih menjilati sisa-sisa yang melekat dipenis papa. Dan aku juga memperhatikan bagaimana papa menjilati vagina mama, sehingga aku juga berpikir vagina mama itu pasti juga enak rasanya. filmbokepjepang.com Lalu juga dengan penis papa yang dimasukan kedalam vagina mama dan dikocok-kocok oleh papa, sepertinya mereka merasa enak sekali, karena mama sering berkata ” Aaaagghhhh…nikmatnya” “aduuuhhh..,enak banget…” “Iiihhh…kontol kamu enak banget sih pa..” atau papa suka berkata begini “Aduh maa…memek kamu legit banget deh…” “uugghhh…enak banget maaa..” kata-kata seperti itu membuat aku bertanya dalam hati, mungkin itu rasanya enak sekali, bahkan mungkin lebih enak dari coklat silverqueen yang biasa dibelikan papa saat habis gajian, karena saat aku makan coklat yang enak itu, akupun tidak sampai merintih-rintih keenakan seperti mama menikmati penis papa..
============
Suatu ketika kondisi ekonomi keluarga kami sedikit lebih membaik, itu dikarenakan papa mendapat pekerjaan yang lebih baik penghasilannya dibanding pekerjaan yang sebelumnya. Dan kira-kira enam bulan kemudian, kami pindah rumah disebuah komplek perumahan. Papa dan mama tampak senang sekali saat pertama kali kami menempati rumah itu. Walaupun dibeli dengan cara mengkridit, tapi setidaknya itu bakal menjadi rumah kami sepenuhnya setelah lunas nanti, dan yang pasti rumah itu jauh lebih baik dibanding kontrakan petak kami sebelumnya. Rumah tipe 36 dengan luas tanahnya 90 meter persegi, dengan dua kamar tidur. Walaupun letaknya bukan dipusat kota seperti lokasi kontrakan kami dulu, tapi tetap saja kami lebih menyukai rumah yang baru itu.
Ditempat kami yang baru itu, praktis sekolahkupun juga baru. Papa sempat mendaftarkan aku ke SD namun ditolak oleh pihak sekolah, karena peraturan disekolah itu untuk anak SD usianya harus minimal 7 tahun, sedang aku 6 tahunpun belum genap. Sebelumnya papa sempat bersikeras agar aku bisa diterima, namun tetap saja tidak bisa.
“Tapi anak saya sebelumnya sudah pernah di TK selama satu tahun, dan dia juga sudah pandai baca tulis, karena ibunya selalu mengajarkannya dirumah..sehingga saya berani jamin kalau anak saya bisa mengikuti pelajaran dan juga bisa menyesuaikan diri dengan murid-murid yang lain..” protes papaku.
“Maaf pak, tapi peraturan dari depdikbud memang sudah seperti itu, saya tidak berani melanggarnya.. Mungkin bapak bisa mencoba di sekolah swasta..” begitu jawaban dari pihak sekolah, dan akhirnya papa menyerah.
Sekolah SD swasta yang jaraknya dekat dengan komplek perumahan kami tidak ada, yang terdekat hanyalah sekolah swasta bertarap internasional yang letaknya kira-kira dua kilo meter dari rumah kami. Jarak dua kilo meter itu sebenarnya tidak terlalu jauh, dan masih bisa diantar oleh papa dengan sepeda motor, atau diantar mama dengan naik angkot, namun setelah papa mencari informasi tentang sekolah itu, menurutnya biayanya sangat mahal, dan tidak terjangkau oleh kantong papa.
“Katanya itu sekolah anak-anak pejabat dan konglomerat, biaya bulanannya aja jutaan…mana mungkin kita bisa menjangkau, sedangkan kita tiap bulannya harus mencicil rumah..” itu gerutu papa kepada mama.
Dan agar aku tidak kecewa karena harus tidak sekolah dan menunggu sampai tahun ajaran depan, maka papa mendaftarkan aku di sekolah TK disekitar komplek, namun aku ditempatkan dikelas TK besar.

Seperti juga dirumah kontrakan kami yang dulu, disitupun aku tidur satu kamar dengan mereka. Walaupun papa dan mama pernah mencoba membujuk aku untuk tidur dikamar yang satunya, tapi aku menolak dengan alasan takut, padahal mereka telah menempatkan sebuah tempat tidur dikamar itu. Akhirnya kasur yang ada ditempat tidur itu dipindahkan oleh papa kedalam kamar mereka, dan diletakkannya dilantai sudut kamar untuk aku tidur.
Dan seperti biasa dirumah yang baru itupun aku tetap selalu menyaksikan mereka melakukan aktifitas seksualnya. Kadang mereka melakukannya saat aku sedang belajar atau menggambar, ketika aku sedang bermain-main dengan bonekaku, atau saat aku sedang menonton tivi yang memang sengaja ditempatkan dikamar itu. Dan mereka melakukan kegiatannya itu tak terjadwal oleh waktu, mereka kadang melakukannya pada sore hari, malam hari sekitar jam 7 sampai jam 9, entahlah kalau diatas jam 10, karena jam 10 keatas biasanya aku telah tertidur. Bahkan terkadang pada pagi hari sebelum papa berangkat ketempat kerja. Bila hari libur kerja seperti sabtu atau minggu, mereka bisa siang hari atau kapanpun. Intinya mereka melakukannya sesuai keinginan mereka. Namun terkadang juga sampai satu minggu atau lebih mereka tidak melakukannya, terutama bila diantara mereka sedang kurang sehat, atau ada hal-hal tertentu yang aku tidak tau.

Saat itu VCD player sedang booming-boomingnya di Indonesia, dan papapun membelinya, sekaligus dengan beberapa film kartun yang aku sukai, waktu itu aku senang sekali karena bisa menonton film kapanpun tanpa harus menunggu jadwal di tivi, dan papa juga sering mengajak aku ketempat persewaan kaset VCD, sehingga aku dapat memilih film apapun yang aku suka.
Begitupun papa dan mama, mereka juga sering menonton film, baik itu film action, drama, atau komedi, biasanya mereka sering menonton film barat, namun sesekali juga film Indonesia.
Namun mereka juga sering menonton film porno, dan merekapun tak peduli kalau aku juga aku ikut menyaksikan adegan-adegan dalam film itu.
“Itukan mereka juga lagi ngentot ya, seperti mama dan papa juga..” tanyaku lugu.
“Iya, mereka juga lagi ngentot…” jawab papa tak acuh, karena perhatian mereka tertuju pada layar tivi.
“Koq cuma orang lagi ngentot aja ditonton, kan papa dan mama juga bisa..” tanya aku, karena sepanjang film itu berlangsung hanyalah adegan orang kulit putih berhubungan badan tanpa adanya alur cerita. Namun yang membedakan dalam film-film itu, mereka berhubungan seks tidak hanya seorang pria dan seorang wanita, disitu kadang satu pria dengan dua wanita, atau sebaliknya dua pria dengan satu wanita, atau ada juga yang keroyokan. Bahkan ada juga dalam beberapa adegan, dimana cara mereka beradegan seks menurutku tak lazim dan belum pernah dilakukan oleh papa dan mama.
“Ya, untuk mama dan papa ngikutin cara-cara ngentotnya, kan cara ngentot mereka bagus-bagus, banyak yang belum pernah papa dan mama lakukan..” terang papa.
Dan biasanya setelah menonton film porno, mereka lanjutkan dengan acara bercinta, yang terkadang mereka contoh dari adegan yang mereka saksikan sebelumnya dalam film. Terkadang mereka juga melakukan kegiatan seks sambil film porno itu masih berlangsung.
Biasanya saat mereka selesai nonton film porno dan berlanjut dengan bercinta, aku mengganti kaset film porno itu dengan film kartun kesukaanku, dan membiarkan mereka berasik masuk dengan kegiatannya, sementara aku tertawa sendiri menyaksikan adegan-adegan lucu dalam film kartun.
Atau disaat mereka sedang bercinta terkadang aku bermain sendiri dengan bonekaku, atau membaca, namun tak jarang juga aku menyaksikan kegiatan mereka sambil berbaring tiduran ditempatku biasa tidur, atau aku justru naik ke ranjang mereka dan berbaring disisi ranjang sambil menyaksikan secara lebih dekat.
Kadang aku ikut tertawa melihat tingkah laku mereka, umpamanya mama yang sampai terkentut-kentut saat papa menghujamkan batang penisnya didalam vagina mama dengan begitu kuat dan cepat, atau cairan putih kental dari penis papa yang menyembur ke mata mama sehingga mama tak bisa melihat karena kedua matanya tertutup cairan kental itu. Pernah juga mama sampai muntah saat papa menyodok mulut mama dengan penisnya, mungkin karena sodokan papa terlaku keras hingga menghujam ketenggorokannya. Dan aku menganggap itu sebagai suatu hal yang lucu dan tertawa melihatnya.
Begitupun pada malam itu saat mereka untuk pertama kalinya melakukan anal seks yang sepertinya mereka terobsesi dengan adegan dari film porno.
“Pelan-pelan ya pa….” ujar mama, sambil posisi menungging diatas tempat tidur. Sementara papa berada dibelakang mama dengan batang penisnya telah berdiri tegak dan siap menembus lubang dubur mama.
“Iya ma, tenang aja pasti papa pelan koq… Satu..dua..ti..ga..” papa mulai menghujam penisnya pada anus mama.
“Aduh…aduh.. Pa..sakit pa..tahan dulu… Mmm..jangan didorong dulu…” pinta mama, aku hanya tertawa-tawa saja melihat tingkah mereka, terutama ekspresi mama yang merintih kesakitan..
“Iihh, nih anak koq malah ketawa, gak tau mamanya lagi kesakitan kali ya… Cepat kamu ambilin baby-oil, itu tuh yang dirak..” ujar mama, yang segera aku ambilkan apa yang diinginkan mama.
“Coba kamu yang tuangin sayang…ya, tuangin ke kontol papa ya..” pinta papa. Seperti yang dimitanya, kubuka penutupnya lalu kutuangkan beberapa cairan pada penis papa yang baru masuk bagian ujungnya saja itu.
“Iya, bagus…kamu memang anak pinter sayang… Sana, botolnya kamu kembalikan lagi ya..” ujar papa,yang segera kuturuti.
“Siap ya ma… Papa masukin lagi nih..” lanjut papa.
“Oke deh pa… Tapi pelan aja lho..”
Papa mulai mendorong lebih masuk lagi penisnya, sementara aku menyaksikannya disamping mereka sambil duduk.
“Uuuugghhhhh…. Iya pa, terus pa… Mulai gak sakit nih pa…uuuuhhhhh…dorong sampai full pa…” ujar mama, yang segera dituruti oleh papa.
“Gimana, udah masuk semua nih… Mau digoyang gak..?” tanya papa.
“Iya pa… Mulai dikocok aja pa… Tapi pelan-pelan dulu..” terang mama, akhirnya papa mulai menggerakan pantatnya maju mundur, tapi dengan irama yang lambat.
“Uuuuuugghhhhh… Ternyata enak pa… Goyangnya agak kuat sedikit pa…aaaaahhhhh..” perintah mama, yang juga segera diikuti oleh papa.
“Zzzzzzzzzz……Uuuuuggggghhhhhhh…. Iya pa… Ternyata enak banget pa…. Wah, kayaknya aku bakalan ketagihan anal seks nih pa….aaaaaaaagghhhhh…. Ayo tambah kenceng pa….” Ujar mama, yang sepertinya mama telah menyukai berhubungan badan dengan cara itu.
“Ih, papa dan mama jorok, itukan tempat keluarnya e-ek… Masa dibuat ngentot sih…” ujarku.
“Iya, tapi ini enak lho sayang….” jawab mamaku.
“Iya, nanti kalau Nina sudah punya suami, Nina juga harus nyoba ya..” tambah papaku.
Dan semenjak itu, mereka juga sering melakukan adegan seks dengan cara lewat anus seperti itu.

==============

Kini aku sudah duduk dibangku kelas 1 SD, aku merasa senang karena sekolahku kini lebih besar, dan murid disekolahpun juga lebih banyak. Hari pertama sampai dengan kira-kira satu bulan, mama selalu mengantarku sekolah dengan berjalan kaki, karena memang letak sekolahku tidak terlalu jauh dari rumah. Namun untuk selanjutnya aku berangkat dan pulang hanya bersama teman-teman yang adalah masih tetangga rumah.
Dan hingga kelas 1 SD itupun aku masih tidur bersama papa dan mamaku. Disaat aku kelas 1 SD itu, adalah termasuk saat yang berkesan bagiku, karena saat itu adalah saat dimana untuk pertama kalinya aku mencoba menjilati dan menghisap penis papaku. Ceritanya begini, waktu itu mereka sedang menyaksikan film porno yang baru saja mereka beli, dan biasanya disaat menonton film porno mereka lebih sering bertelanjang bulat, karena setelah itu pasti berlanjut dengan acara berhubungan seks. Dan seperti biasa pula aku ikut nimbrung menyaksikan film itu bersama mereka. Dan kebetulan waktu itu aku berbaring ditengah diantara mereka. Secara iseng aku memainkan penis papa dengan cara meremas-remasnya, dan papa waktu itu hanya mendiamkannya saja sambil membelai-belai kepalaku.
“Kontol itu rasanya enak ya ma… Koq selalu dijilatin dan di isep-isep seperti yang di film itu, dan mama juga sering jilatin dan ngisepin kontol papa…” tanyaku pada mama, sambil aku meremas-remas batang penis papa.
“Ya, enggak juga sih nin… Tapi kalau orang sudah dewasa, pasti suka menghisap dan menjilati kontol orang yang disayanginya..” terang mama.
“Berarti orang-orang yang di film itu mereka saling menyayangi ya ma..?” tanyaku lagi.
“Mmmmm… Iya, mereka saling menyayangi..” jawab mama, namun sepertinya agak ragu.
“Termasuk, yang difilm kemarin, satu orang perempuan ngisepin kontol laki-laki, yang laki-lakinya banyak sekali itu.. Berarti mereka juga saling menyayangi ya ma…?” tanyaku lagi, yang kumaksud adalah film porno adegan gangbank, dimana satu orang wanita dikeroyok oleh banyak pria.
“Oooohh, iya mungkin… Mmm..iya pasti tuh, pasti mereka juga saling menyayangi…” jawab mamaku.
“Kalau begitu Nina mau menyayangi papa juga ah… ” ujarku, papa dan mama hanya tersenyum, mungkin mereka belum sepenuhnya mengerti kalau maksud dari kata-kataku sebenarnya adalah ingin menghisap penis papa.
Sehingga saat aku menunduk dan memasukan penis papa kedalam mulut mungilku, tampak papa dan mama seperti terkejut.
“Eehh… Nina.. Koq…..” hanya itu yang diucapkan papa, lalu memandang kearah mama yang tampak cemberut.
“Ih, papa ini… Itu tuh, gara-gara papa sering jelasin yang enggak-enggak sih…” omel mama.
“Lha, kan mama sendiri yang barusan yang jelasin ke Nina… Koq jadi aku yang kamu salahin..” protes papa, namun aku tak perduli, aku tetap mengemut-emut penis papa.
“Koq enggak ada rasanya sih… Nina kira rasanya enak..” ujarku setelah kulepaskan kulumanku pada penis papa. Dan merekapun hanya terdiam, sedangkan papa, hanya senyum-senyum pada mama.
“Sekarang Nina mau coba sayangin mama..” kali ini aku menundukan kepalaku dan mulai menjilati liang vagina mamaku. Berbeda dengan mama yang terlihat kurang suka saat aku mengisap penis papa, sebaliknya papa malah mentertawai mama saat aku menjilati vagina mama. Sedangkan mama hanya tersenyum saja.
“Sama, memek mama juga enggak ada rasanya..” ujarku, dan kembali aku berbaring diantara mereka, dan kembali terpaksa harus ikut menyaksikan apa yang mereka tonton.
Dan merekapun kembali asik dengan tontonan mereka, dan sesekali berkomentar mengenai film tersebut, seperti halnya “Nah, seperti itu pa…badan mama nekuk kaya begitu, terus papa ngehajar bo’ol mama dari atas, kan asik pa.. Liat tuh.. Mantep kan pa…” atau “Itu tuh ma, kayaknya asik tuh.. Mama duduk dibangku bar kayak gitu, pantatnya yang nungging gitu kan bikin gemes ma… Terus papa ngejilatin memek sama bo’ol mama dari bawah kayak gitu, pasti mantep deh…”. Atau terkadang mereka mengomentari tentang para pemainnya, yang sepertinya mereka telah hafal dengan nama-nama pemain film itu.
Kalau sudah begini, lama kelamaan akhirnya aku merasa BT dan bingung mau melakukan apa lagi, karena sebenarnya sih aku ingin menonton film barbie yang baru disewa tadi siang, tapi berhubung mereka sedang asik dengan tontonan kesukaan mereka itu, akhirnya aku hanya memainkan penis papa dengan tangan kiriku. filmbokepjepang.com Bosan memainkan itu dengan tangan, aku mulai mundurkan posisiku berbaringku, hingga posisi kepalaku sejajar dengan penis papa, dan dengan begitu aku menjadi lebih leluasa memainkan batang penis papa, bahkan aku kembali menjilati dan mengemutinya, kali ini papa dan mama hanya tersenyum melihat ulahku itu. Dan entah mengapa walaupun mengemut dan menghisapi penis sebetulnya tidak ada rasanya, aku mulai menyukainya dan betah berlama-lama untuk itu.
“Uuuuuuhhhh…. Isepan Nina Enak juga ma…he..he..he..” ujar papa kepada mama.
“Iiihhh..dasar.. papa maunya tuh…” ujar mama.
“Nin, mamamu ngiri tuh…” goda ayah.
“Mama mau memek mama Nina jilatin juga..?” tawarku kepada mama. Mama hanya tersenyum sambil mengangguk pelan, lalu melebarkan kedua pahanya saat aku bergerak menghampirinya.
“Cieee..ciee… Mama mau juga ternyata… ” goda papa.
Akhirnya aku mulai menjilati liang memek mama sebagaimana yang biasa dilakukan oleh papa, karena sedari dulu aku sering melihat, tentu mudah saja bagiku untuk melakukannya.
“Zzzzzzz……uuuuhhhhhh…. jilatan Nina enak juga ya pa… Mungkin karena lidah Nina masih lembut kali ya.. Kalau lidah papa kan sudah kasar-kasar gitu…hi..hi..hi…” celoteh mama.
“Hmmmmmm…. Buntut-buntutnya malah ngerendahin aku, tapi buktinya kalau memek mama papa jilatin, mama sampai merem-merem tuh….” ujar papa.
“Ih, papa.. segitu sewotnya…Iya deh, orang mama cuma becanda koq…. Aaaahhhh… Kamu memang pinter ya sayang…coba agak keatas sedikit sayang… Iya, yang jendol-jendol itu, itu namanya itil.. Kamu jilatin yang itu sayang…uuuuuuuuggghhhhhh….sedaaaaaapppp…” gumam mama, sambil kedua tangannya meremas-remas lembut kepalaku.
“Aduuuhhh… Papa jadi ngiri nih, jadi kepingin diisepin lagi sama Nina…” celetuk papa, sambil mengurut-urut batang penisnya yang sudah berdiri tegak.
“Mama sudah dulu ya ma.. Nina mau ngisepin kontol papa lagi…” ujarku kepada mama.
“Uuuuhhh.. Gak boleh orang seneng aja nih..” gerutu mama.
“Yeee.. Gantian dong…” jawab papa.
“Ayo sini sayang…. Eeeeyy, anak papa semakin tambah pintar aja nih…” puji papa kepadaku, yang membuat aku semakin senang.
Ah, aku merasa bangga sekali, seolah aku begitu berarti bagi mereka, sehingga mereka saling memperebutkan aku untuk mengoral alat kelamin mereka.
“Uuuuughhhhh… Benar seperti yang mama bilang, Nina memang pinter banget, dan isepan mulut Nina memang enak dan lebih lembut… Gak kayak kayak mulut mama yang udah kasar…” oceh papa, yang disambut oleh cibiran mama.
“Ah, ikut-ikutan aja…” cibir mama.
“Sssyyyrruuuffff…slluuupphh..slluupphh..clopp…clloopp..mmmhhhhh… Enak ya pa…?” tanyaku, disela-sela aksiku mengulum batang penis papa yang hanya mampu kutelan saparuh dari panjang keseluruhan, karena memang mulutku masih kecil, tidak seperti mama yang mampu melenan penis papa hingga sampai pangkalnya, sehingga hanya menyisakan buah pelirnya saja yang tinggal diluar.
“Zzzzzzzzzzz…..mmmmhhhhhh…. Enak sekali anak papa yang pintaaaarrr… Papa sampai terlena begini sayaaang….uuuuhhhh…” Ah, semakin semangat saja aku, dan hatikupun semakin berbunga.
“Papa diangkat dong kakinya, supaya Nina bisa jilatin bo’ol papa…” pintaku pada papa, karena aku juga sering melihat mereka saling jilat lubang anus.
“Ooowww… Nina kepingin jilatin lubang bo’ol papa juga… Iya deh, nih sayang…” ujar papa, diikuti dengan mengangkat kedua kakinya dan juga mengangkat sedikit pantatnya, sehingga liang anusnya menghadap kedepan, atau tepat kearahku, yang segera aku jilati dengan agresif.
“Iiihh, Nina jahat ya…. Koq bo’ol mama gak dijilatin juga sih… Mama jadi ngiri nih…” protes mama.
“Iya deh ma, nanti setelah ini, bo’ol mama juga akan Nina jilatin.. Nina kan juga sayang sama mama..” jawabku, lalu kembali kulanjutkan aksiku mengoral liang anus papa yang tampak mulai kelojotan menahan nikmat yang kuberikan.
“Ternyata lubang bo’ol itu bau e-ek ya pa..” celetukku disela-sela kegiatanku itu.
“Nina gak suka ya..?” tanya papa.
“Enggak koq pa…. Nina suka juga koq..” jawabku, memang terus terang aku sama sekali tak merasa terganggu dengan aroma itu. Karna kalau hanya sekedar mendekat dan mengendusnya, memang akan tercium bau itu, namun ketika kita sudah mulai menjilatinya, seolah bau itu sudah tak ada lagi.
“Uuuuhhhh.. Kamu memang anak pintar…Papa bangga deh punya anak seperti kamu.. Sudah cantik, pinter pula…” puji papa.
Setelah beberapa menit aku mengoral liang anus papa, aku menghentikan aksiku dengan maksud untuk memenuhi janjiku pada mama untuk menjilati liang anusnya juga.
“Udah dulu ya pa… Mama nanti sedih…” ujarku.
“Ah, kamu memang anak pintar dan sungguh pengertian…. Sini sayang, papa cium kamu sebentar…” dan papapun menciumku, namun yang membuatku senang, papa tidak sekedar hanya mencium pipiku seperti biasanya, tapi kali ini papa mencium bibirku, bahkan mengemut-ngemut lidahku, dan akupun jadi ikut-ikutan mengemuti lidah papa.
“Duh, mesranya papa sama putrinya…. Cepetan dong, mama udah gak sabar nih…” celetuk mama, sambil menggosok-gosok vaginanya sendiri dengan tangan kanan.
Begitu aku menuju ke mama, tiba-tiba mama merubah posisinya dengan menungging.
“Nina jilatin bo’ol mama dari belakang aja ya, biar lebih gampang…” ujar mama.
Kini aku duduk bersimpuh dibelakang mama, kupegang pantat mama degan kedua tanganku, lalu mulailah lidahku beraksi menjilati liang dubur mama.
Dan kembali mama begitu menikmati jilatanku, itu dapat aku lihat dari ekspresi dan desahan-desahannya, bahkan sesekali mama memujiku.
“Uuuuuuuuggghhhhhh….. Nikmaaaatttt…. Iyaa terus sayang….kamu pinter banget siiiihhh… Uuuhh…kamu memang luar biasa sayang..” erang mama, dengan bagian samping kiri kepalanya direbahkan pada bantal, sedang matanya separuh terpejam.
“Aduuuhhh….papa jadi nafsu banget nih…jadi kepingin langsung ngentot..” celetuk papa, sambil mengocok-ngocok penisnya.
“Papa mau ngentot mama ya..?” tanyaku, setelah sekitar 4 menit aku menjilati dubur mama.
“Iya sayang… Kamu minggir dulu ya, papa mau masukin kontol papa ke memek mama.. Papa sudah kepingin banget nih, abis tadi isepan kamu enak banget sih…” terang papa, dan akupun segera beringsut kesamping mama, memberikan posisi pada papa, yang kini membelakangi mama.
Batang penis papa yang telah berdiri tegak telah siap berada di depan mulut vagina mama, namun saat ingin mendorong masuk, papa menatapku sejenak.
“Tolong kamu isepin dulu ya sayang… Sebentaaar aja..” pinta papa, sambil menyodorkan penisnya padaku yang duduk disamping mama.
“Iya papa…” setujuku, yang segera kukulum batang penis papa yang berdiri tegak itu, sehingga mulut mungilku sampai harus membuka lebar karenanya.
“Iya, terima kasih anak maniiisss..” ucap papa, setelah papa menarik penisnyadan mulai memasukannya kedalam vagina mama dengan posisi menungging dan langsung papa menghujamkan penisnya itu maju mundur dengan kuat, sehingga menimbulkan irama plok..plok..plok.. dari tumbukan paha papa dan pantat mama.
“Enak ya pa…?” tanyaku
“Hhmmmm… Enak sekali sayang, apalagi tadi sudah diisepin sama mulut kamu, jadi tambah enak deh..” terang papa, itulah yang aku suka sari papa, yang selalu memujiku dalam setiap kata-katanya, sehingga aku sangat menyayangi papa, dan tentu aku juga sayang mama.
Tiba-tiba aku berdiri, dan tubuhku yang masih berumur 7 tahun itu, tentu hampir sejajar dengan tinggi papa yang dengan posisi berlutut seperti itu.
“Kalau kita ciuman boleh enggak pa…?” pintaku pada papa yang sedang asik membombardir vagina mama.
“Tentu saja sayang… Papa malah suka sekali..” ucap papa, seraya memagut mulutku dengan ganas hingga aku gelagapan dubuatnya, mungkin nafsu papa yang telah tinggi hingga papa melakukan itu, tapi aku menyukainya, dan selama kami berciuman tangan kananku berpegangan pasa punggung papa.
“Mmmmhhhh….sllluuurrrffff…ssrrruuuppphh…cllleeppookk…” begitu kira-kira suara yang keluar darj mulut papa. Sepertinya lidah papa menggelitik sekujur rongga mukutku, dan juga juga menghisap-hisap isi mukutku, sehingga kurasakan ludah-ludahku seperti ditelan papa.
“Pelan-pelan lho pa…nyiumin mulut Ninanya… Nanti Nina sariawan lagi… Aku dengar suaranya koq sampai kayak gitu…” ujar mama, disela-sela menikmati hujaman penis papa.
“Iya ma…tadi papa gemes banget sih, maklum papa udah nafsu berat… Maaf ya nin, kamu enggak apa-apa kan..?” ujar papa.
“Nina enggak apa-apa koq…Nina suka malah..” jawabku, dan dengan agresifnya, kini aku yang justru menyosor mulut papa, kutirukan apa yang tadi dilakukan papa padaku, kuhisap-hisap lidah dan bibir papa, kugelitik seluruh dinding-dinding rongga mulut papa, bahkan hingga gigi-giginya tak luout dari sapuan lidahku, beberapa kali aku telan juga air liur papa. Dan setelah merasa letih atau mungkin juga bosan, aku kembali duduk disamping mama.
“Mama mau dong… Diciumin juga sama anak mama yang cantik…” celetuk mama.
“Oke deh maaa…” jawabku, yang segera kulakukan apa tadi yang kulakukan pada papa, kali ini kepada mama, namun pada mama aku tidak perlu berdiri, karena mama yang menungging seperti itu, membuat posisi kepalanya sudah sejajar dengan kepalaku saat aku hanya duduk.
Sambil menikmati hantaman penis papa, mama berciuman denganku, tidak sekasar dan buas seperti papa tadi, mama jauh lebih lembut, kadang kami hanya saling beradu lidah, atau saling bergantian mengulum lidah kami, namun sesekali juga kami saling berpagutan.
Hingga beberapa saat kemudian, aku kembali hanya duduk disamping mereka, menyaksikan papa dan mama sedang berdogy-style. Menyaksikan secara close-up bagaimana batang penis papa keluar masuk liang vagina mama.
“Pindah kamar ya ma…” ujar papa, yang di iyakan oleh mama.
Papa menghentikan gerakan memompanya, diikuti dengan mencabut penisnya dari liang vagina mama. Rupanya yang mereka maksud dengan “pindah kamar” adalah dari yang sebelumnya penis papa dimasukan kedalam vagina mama, kini berganti akan dimasukan kedalam lubang dubur mama.
“Eh, sayang… Kamu isepin kontol papa dulu ya…. Soalnya bo’ol mama kamu mau papa entot, jadi kontol papa perlu diisep dulu biar lancar masuknya…. Ayo sayang…” pinta papa, sambil menyodorkan penisnya yang baru saja dicabutnya dari vagina mama kearah mulutku, dan dengan senang hati kuikuti perintah papa untuk mengulum penisnya yang kini agak berlendir oleh cairan vagina mama.
Setelah beberapa saat kukulum, kini penis papa telah diarahkan didepan lubang dubur mama, dan bless.. Sekali dorong batang penis papa telah amblas kedalam lubang tempat keluarnya kotoran itu.
Kini papa mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur. Dari jarak yang hanya beberapa senti aku menyaksikan bagaimana penis papa bergerak maju mundur dalam jepitan liang anus mama.
Sekitar beberapa menit papa menggenjot liang anus mama, tiba-tiba papa mencabut keluar batang penisnya, dan menyodorkannya kearahku.
“Kamu isep dulu kontol papa sayang, biar enggak terlalu seret waktu ngentotin bo’ol mamanya..” pinta papa, yang segera aku hisap batang penis papa yang baru saja dikeluarkan dari lubang subur mama itu.
“Rasanya beda ya sayang, kan abis dimasukin dari lobang bo’ol mama kamu…” tanya papa.
“Iya pa… Agak sepet-sepet dikit sih..” jawabku, setelah kulepaskan sejenak kulumanku pada penis papa.
“He..he..he.. Kamu bisa aja sayang…” ujar papa..
Dan hanya beberapa saat kemudian papa kembali lagi menusukannya kedalam dubur mama.

“Pa, bo’ol papa Nina jilatin ya pa….” pintaku pada papa, setelah bosan hanya melihat saja.
“He-em… Iya sayang jilatin aja bo’ol papa…pasti tambah asik tuh.. Ayo sayang… Tapi papa tetap sambil goyang ya…” ujar papa.
Akhirnya lidahku mulai menjilati lubang dubur papa. Namun karena pantat papa yang bergerak maju mundur, kadang itu membuatku kerepotan, sampai-sampai wajahku harus terpental-pental oleh dorongan bokong papa, namun lama-kelamaan aku bisa menyesuaikan diri.
“Aaaaawwwww…sedapnyaaaa… kontolku menikmati lubang bo’ol istriku, sementara lubang bo’olku dijatin oleh anakku…. Uuuuuhhhhhh….sensasionaaaallll….” oceh papa.
Beberapa saat kemudian papa tampak mengejang, dan goyangannya semakin kuat dan bertenaga, sehingga aku tak lagi mampu untuk tetap menjilati lian anus papa, karana kepalaku sering terbentur-bentur bokong papa, hingga akhirnya aku jauhkan wajahku dari bokong papa, dan kembali aku duduk disamping mereka.
“Aaaaaaaaaahhhhhhhh…Aku keluar ma…aaaaggghhhhhhh…” pekik papa, diikuti dengan gerakannya yang patah-patah, dan akhirnya diam tanoa gerakan, kecuali nafas ayah yang tampak tersengal-sengal, serta keringat yang membasahi tubuhnya.
Akhirnya papa mencabut batang penisnya, diikuti dengan merebahkan tubuhnya disamping mama yang masih menungging.
Kulihat dari lubang anus mama mengalir cairan kental berwarna bening keputihan yang aku yakin itu adalah cairan yang keluar dari penis papa saat papa telah mencapai puncak kenikmatannya.
Aku teringat bahwa mama sangat menyukai cairan itu, sehingga terbersit dipikiranku untuk mengambil itu dan kuberikan pada mama. Karena sebelumnya akupun pernah menonton film yang diputar papa dan mama dimana ada suatu adegan seorang pria mengeluarkan air maninya didalam anus seorang wanita, lalu air mani yang tertampung didalam dubur itu ditumpahkan kedalam mulut wanita yang lain, kemudian dimakan. Namun aku berniat tidak akan memakannya, tapi nanti akan aku tampung dulu dimulutku, baru kemudian kuberikan pada mama.
“Ma, peju papa ditumpahin aja kemulut Nina, nanti kalau sudah banyak Nina kasih untuk mama, kan mama suka sekali peju papa…” usulku, mama hanya tersenyum mendengarnya.
“Wah, kamu memang anak yang berbakti pada mamamu… Iya, mama pasti akan suka itu..” ujar papa.
Lalu papa menyuruhku untuk berbaring dengan posisi wajah berada dibawah kolong selangkangan mama yang sedang menungging.
“Buka mulutnya yang lebar ya sayang…aaaakkk.” perintah papa. Yang segera aku turuti dengan membuka mulutku selebar mungkin.
“Ayo, mama sekarang jongkok, pelan-pelan…iyaaa..” kini mama mulai berjongkok, dengan lubang anus mama tepat berada diatas mulutku.
“Ayo, sekarang dikeluarin pejunya ma… Agak ngeden sedikit kali…” terang papa.
Kulihat lubang anus mama bergerak-gerak mengempot, lalu proolll… Tumpahlah cairan kental kedalam mulutku, yang sengaja kutampung. Hmm..kurasakan mulutku telah penuh terisi, sehingga kuberikan kode agar mama segera beringsut.
Mengerti apa yang akan aku lakukan, mama kini berbarin telentang sambil membuka mulutnya, dan sambil duduk disamping mama, aku mulai menumpahkan sperma papa kedalam mulut mama, yang kangsung oleh mama ditelannya.
“Eeeeemmmmm…. Kamu memang anak mama yang paling baik sayang, mama jadi terharu oleh perhatian kamu yang sampai segitunya sama mama..” ucap mama, seraya memeluk dan menciumku.
“Aduuuuhhhh…. Tapi ngomong-ngomong mama belum klimaks nih, nanggung banget deh… Tapi papamu sudah loyo tuh, sudah keluar duluan sih… Gimana kalau Nina jilatin memek mama sampai mama keluar ya sayang…” pinta mama.
“Oke deh ma… Nina akan jilatin memek mama sampai mama puas…” ucapku dengan penuh semangat.
Dan mamapun kini berbaring mengangkang, sedang aku mulai menjilatk liang vaginanya.
“Aaaahhhhh…kamu memang pinter banget sayang…..uuuuuhhhhhh…” erang mama, sambil membelai-belai rambutku.
Dan tak beberapa lama tubuh mama mengejang, diikuti dengan keluarnya cairan bening hangat dari liang vaginanya.
“Ah, mama benar-benar puas sayang…. Untung ada kamu…” puji mama, yang kembali memeluk dan menciumi bibirku.
Dan papapun juga menciumku, serta memuji atas apa yang sudah aku lakukan. Ah, betapa senangnya aku saat itu, karena telah membuat mereka bahagia.,,,,,,,,,,,,,

Related posts