Cerita Dewasa Selingkuh Dengan Sahabatku Yang Kesepian
Saat Aku sedang menonton tv dikamar, saat itu juga Maya baru keluar dari kamar mandi dengan menggunakan pakaian baju tidur, dan dia sebelum tidur selalu menyempatkan diri untuk cuci muka.
Kamar tidur kami memang dilengkapi dengan kamar mandi dalam dan TV, sehingga kami bisa nonton sambil tiduran. saat ini Maya sedang berbaring disampingku dan dia mau memejamkan mata untuk tidur.
“Maya! Kok langsung tidur sih?”
“Mm..?”
Maya membuka matanya. Lalu ia duduk dan menatapku. Kemudian ia tersenyum manis. Woow.. burungku semakin mengeras. Maya mendekatkan wajahnya ke wajahku. Tangannya yang lembut halus membelai wajahku.
Jantungku berdetak cepat. Kurangkul tubuhnya yang mungil dan hangat. Terasa nyaman sekali. Maya mencium pipiku.
“Cupp..!”
“Tidur yang nyenyak yaa..” katanya perlahan.
Lalu ia kembali berbaring dan memejamkan matanya. Tidur! Nah lho? Sial benar. Cuma begitu saja? Aku terbengong beberapa saat.
“Maya! Maayy..!” aku mengguncang-guncang tubuhnya.
“Umm.. udah maleem.. Maya ngantuk niih..”
Kalau sudah begitu, percuma saja. Dia tidak akan bangun. Padahal aku sedang birahi tinggi dan butuh pernyaluran. Si “ujang” masih tegang dan penasaran minta jatah.
Begitulah Maya. Sebagai istri, dia hampir sempurna. Wajah dan fisiknya enak dilihat, sifatnya baik dan menarik. Perhatiannya pada kebutuhanku sehari-hari sangat cukup. Hanya saja, kalau di tempat tidur dia sangat “hemat”.
Nafsuku terbilang tinggi. Sedangkan Maya, entah kenapa (menurutku) hampir tidak punya nafsu seks. Tidak heran meskipun sudah lebih setahun kami menikah, sampai saat ini kami belum punya anak.
Untuk pelampiasan, aku terkadang selingkuh dengan wanita lain. Maya bukannya tidak tahu. Tapi tampaknya dia tidak terlalu mempermasalahkannya.
Nafsuku sulit ditahan. Rasanya ingin kupaksa saja Maya untuk melayaniku. Tapi melihat wajahnya yang sedang pulas, aku jadi tidak tega. Kucium rambutnya. Akhirnya kuputuskan untuk tidur sambil memeluk Maya. Siapa tahu dalam mimpi, Maya mau memuaskanku? Hehehe..
Esoknya saat jam istirahat kantor, aku makan siang di Citraland Mall. Tidak disangka, disana aku bertemu dengan Ayu, sahabatku dan Maya semasa kuliah dahulu. Kulihat Ayu bersama dengan seorang wanita yang mirip dengannya.
Seingatku, Ayu tidak punya adik. Ternyata setelah kami diperkenalkan, wanita itu adalah adik sepupu Ayu. Fitri namanya. Heran juga aku, kok saudara sepupu bisa semirip itu ya? Pendek kata, akhirnya kami makan satu meja.
Sambil makan, kami mengobrol. Ternyata Fitri seperti juga Ayu, tipe yang mudah akrab dengan orang baru. Terbukti dia tidak canggung mengobrol denganku.
Ketika aku menanyakan tentang Joe (suami Ayu, sahabatku semasa kuliah), Ayu bilang bahwa Joe sedang pergi ke Surabaya sekitar dua minggu yang lalu untuk suatu keperluan.
“Paling juga disana dia main cewek!” begitu komentar Ayu.
Aku hanya manggut-manggut saja. Aku kenal baik dengan Joe, dan bukan hal yang aneh kalau Joe ada main dengan wanita lain disana. Saat Fitri permisi untuk ke toilet, Ayu langsung bertanya padaku.
“Van, loe ama Maya gimana?”
“Baek. Kenapa?”
“Dari dulu loe itu kan juga terkenal suka main cewek. Kok bisa ya akur ama Maya?” Aku diam saja.
Aku dan Maya memang lumayan akur. Tapi di ranjang jelas ada masalah. Kalau dituruti nafsuku, pasti setiap hari aku minta jatah dari Maya. Tapi kalau Maya dituruti, paling hebat sebulan dijatah empat atau lima kali! Itu juga harus main paksa.
Seingatku pernah terjadi dalam sebulan aku hanya dua kali dijatah Maya. Jelas saja aku selingkuh! Mana tahan?
“Kok diem, Van?” pertanyaan Ayu membuyarkan lamunanku.
“Nggak kok..”
“Loe lagi punya masalah ya?”
“Nggaak..”
“Jujur aja deh..” Ayu mendesak.
Kulirik Ayu. Wuih, nafsuku muncul. Aku jadi teringat saat pesta di rumah Joe. Karena nafsuku sudah sampai ke ubun-ubun, maka akal sehatku pun hilang.
“Cerita doong..!” Ayu kembali mendesak.
“Ayu.., loe mau pesta “assoy” lagi nggak?” aku memulai. Ayu kelihatan kaget.
“Eh? Loe jangan macem-macem ya Van!” kecam Ayu. Aduh.., kelihatannya dia marah.
“Sorry! Sorry! Gue nggak serius.. sorry yaa..” aku sedikit panik.
Tiba-tiba Ayu tertawa kecil.
“Keliatannya loe emang punya masalah deh.. Oke, nanti sore kita ketemu lagi di sini ya? Gue juga di rumah nggak ada kerjaan.”
Saat itu Fitri kembali dari toilet. Kami melanjutkan mengobrol sebentar, setelah itu aku kembali ke kantor.
Jam 5 sore aku pulang kantor, dan langsung menuju tempat yang dijanjikan. Sekitar sepuluh menit aku menunggu sebelum akhirnya telepon genggamku berdering. Dari Ayu, menanyakan dimana aku berada.
Setelah bertemu, Ayu langsung mengajakku naik ke mobilnya. Mobilku kutinggalkan disana. Di jalan Ayu langsung menanyaiku tanpa basa-basi.
“Van, loe lagi butuh seks ya?”
Aku kaget juga ditanya seperti itu. “Maksud loe?”
“Loe nggak usah malu ama gue. Emangnya Maya kenapa?”
Aku menghela nafas. Akhirnya kuputuskan untuk mengeluarkan uneg-unegku.
“Yu.. Maya itu susah banget.. dia bener-bener pelit kalo soal begitu. Loe bayangin aja, gue selalu nafsu kalo ngeliat dia. Tapi dia hampir nggak pernah ngerespon. Kan nafsu gue numpuk? Gue butuh penyaluran dong! Untung badannya kecil, jadi kadang-kadang gue paksa dia.”
Ayu tertawa.
“Maksudnya loe perkosa dia ya? Lucu deh, masa istri sendiri diperkosa sih?”
“Dia nggak marah kok. Lagi gue perkosanya nggak kasar.”
“Mana ada perkosa nggak kasar?” Ayu tertawa lagi. “Dan kalo dia nggak marah, perkosa aja dia tiap hari.”
“Kasian juga kalo diperkosa tiap hari. Gue nggak tega kalo begitu..”
“Jadi kalo sekali-sekali tega ya?”
“Yah.. namanya juga kepepet.. Udah deh.. nggak usah ngomongin Maya lagi ya?”
“Oke.. kita juga hampir sampe nih..”
Aku heran. Ternyata Ayu menuju ke sebuah apartemen di Jakarta Barat. Dari tadi aku tidak menyadarinya.
“Yu, apartemen siapa nih?”
“Apartemennya Fitri. Pokoknya kita masuk dulu deh..”
Fitri menyambut kami berdua. Setelah itu aku menunggu di sebuah kursi, sementara Fitri dan Ayu masuk ke kamar.
Tidak lama kemudian Ayu memanggilku dari balik pintu kamar tersebut. Dan ketika aku masuk, si “ujang” langsung terbangun, sebab kulihat Ayu dan Fitri tidak memakai pakaian sama sekali.
Mataku tidak berkedip melihat pemandangan hebat itu. Dua wanita yang cantik yang wajahnya mirip sedang bertelanjang bulat di depanku. Mimpi apa aku?
“Kok bengong Van? Katanya loe lagi butuh? Ayo sini..!” panggil Ayu lembut. Aku menurut bagai dihipnotis. Fitri duduk bersimpuh di ranjang.
“Ayo berbaring disini, Mas Ivan.”
Aku berbaring di ranjang dengan berbantalkan paha Fitri. Kulihat dari sudut pandangku, kedua bagian bawah payudara Fitri yang menggantung mempesona. Ukurannya lumayan juga.
Fitri langsung melucuti pakaian atasku, sementara Ayu melucuti pakaianku bagian bawah, sampai akhirnya aku benar-benar telanjang. Batang kemaluanku mengacung keras menandakan nafsuku yang bergolak.
“Gue pijat dulu yaa..” kata Ayu.
Kemudian Ayu menjepit kemaluanku dengan kedua payudaranya yang montok itu. Ohh.., kurasakan pijatan daging lembut itu pada kemaluanku. Rasanya benar-benar nyaman.
Kulihat Ayu tersenyum kepadaku. Aku hanya mengamati bagaimana kedua payudara Ayu yang sedang digunakan untuk memijat batang penisku.
“Enak kan, Van?” Ayu bertanya, Aku mengangguk.
“Enak banget. Lembut..”
Fitri meraih dan membimbing kedua tanganku dengan tangannya untuk mengenggam payudaranya. Dia membungkuk, sehingga kedua payudaranyamenggantung bebas di depan wajahku.
“Van, perah susu gue ya?” pintanya nakal. Aku dengan senang hati melakukannya. Kuperah kedua susunya seperti memerah susu sapi, sehingga Fitri merintih-rintih.
“Ahh.. awww.. akh.. terus.. Van.. ahh.. ahh..”
Payudara Fitri terasa legit dan kenyal. Aku merasa seperti raja yangdilayani dua wanita cantik.
Akhirnya Ayu menghentikan pijatan spesialnya. Berganti tangan kanannya menggenggam pangkal si “ujang”.
“Dulu diwaktu pesta di rumah gue, kontol loe belum ngerasain lidah gue ya?” kata Ayu, dan kemudian dengan cepat lidahnya menjulur menjilat si “ujang” tepat di bagian bawah lubangnya.
Aku langsung merinding keenakan dibuatnya. Dan beberapa detik kemudian kurasakan hangat, lembut, dan basah pada batang kemaluanku.
Si “ujang” telah berada di dalam mulut Ayu, tengah disedot dan dimainkan dengan lidahnya. Tidak hanya itu, Ayu juga sesekali mengemut telur kembarku sehingga menimbulkan rasa ngilu yang nikmat.
Sedotan mulut Ayu benar-benar membuatku terbuai, apalagi ketika ia menyedot-nyedot ujung kemaluanku dengan kuat. Enaknya tidak terlukiskan. Sampai kurasakan alat kelaminku berdenyut-denyut, siap untuk memuntahkan sperma.
“Mi.. gue.. udah mau.. ke.. luar..”
Ayu semakin intens mengulum dan menyedot, sehingga akhirnya kemaluanku menyemprotkan sperma berkali-kali ke dalam mulut Ayu.
Lemas badanku dibuatnya. Tanganku yang beraksi pada payudara Fitri pun akhirnya berhenti. Ayu terus mengulum dan menyedot kemaluanku, sehingga menimbulkan rasa ngilu yang amat sangat. Aku tidak tahan dibuatnya.
“Aahh.. Ayu.. udahan dulu dong..!”
“Kok cepet banget keluar?” ledeknya.
“Uaah.., gue kelewat nafsu sih.. maklum dong, selama ini ditahan terus.” aku membela diri.
“Oke deh, kita istirahat sebentar.”
Ayu lalu menindih tubuhku. Payudaranya menekan dadaku, begitu kenyal rasanya. Nafasnya hangat menerpa wajahku. Fitri mengambil posisi diselangkanganku, menjilati kemaluanku.
Gairahku perlahan-lahan bangkit kembali. Kuraba-raba kemaluan Ayu hingga akhirnya aku menemukan daging kenikmatannya. Kucubit pelan sehingga Ayu mendesah perlahan. Kugunakan jari jempol dan telunjukku untuk memainkan daging tersebut, sementara jari manisku kugunakan untuk mengorek liang sanggamanya.
Desahan Ayu semakin terdengar jelas. Kemaluannya terasa begitu basah. Sementara itu Fitri terus saja menjilati kemaluanku. Tidak hanya itu, Fitri mengosok-gosok mulut dan leher si “ujang”, sehingga sekali lagi bulu kudukku merinding menahan nikmat.
Kali ini aku merasa lebih siap untuk tempur, sehingga langsung saja aku membalik posisi tubuhku, menindih Ayu yang sekarang jadi telentang. Dan langsung kusodok lubang sanggamanya dengan batang kemaluanku.
Ayu mendesis pendek, lalu menghela nafasnya. Seluruh batang kemaluanku terbenam ke dalam rahim Ayu. Aku mulai mengocok maju mundur.
Ayu melingkarkan tangannya memeluk tubuhku. Fitri yang menganggur melakukan matsurbasi sambil mengamati kami berdua yang sedang bersatu dalam kenikmatan bersetubuh.
Ayu mengeluarkan jeritan-jeritan kecil, sampai akhirnya berteriak saat mencapai puncak kenikmatannya, berbeda denganku yang lebih kuat setelah sebelumnya mencapai orgasme.
Kucabut batang kemaluanku dari vagina Ayu, dan langsung kuraih tubuh Fitri. Untuk mengistirahatkan si “ujang”, aku menggunakan jari-jariku untuk mengobok-obok vagina Fitri.
Kugosok-gosok klitorisnya sehingga Fitri mengerang keras. Kujilati dan kugigit lembut sekujur payudaranya, kanan dan kiri. Fitri meremas rambutku, nafasnya terengah-engah dan memburu. Setelah kurasakan cukup merangsang Fitri, aku bersedia untuk main course.
Fitri nampaknya sudah siap untuk menerima seranganku, dan langsung mengambil doggy style. Vaginanya yang dihiasi bulu-bulu keriting Nampak sudah basah kuyup. Kumasukkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya dengan pelan tapi pasti.
Fitri merintih-rintih keras saat proses penetrasi berlangsung. Setelah masuk seluruh penisku, kudiamkan beberapa saat untuk menikmati kehangatan yang diberikan oleh jepitan vagina Fitri .Hangat sekali, lebih hangat dari milik Ayu. Setelah itu kumulai menyodok Fitri maju mundur.
Fitri memang berisik sekali! Saat kami melakukan sanggama, teriakan-teriakannya terdengar kencang. Tapi aku suka juga mendengarnya. Kedua payudaranya bergelantungan bergerak liar seiring dengan gerakan kami.
Kupikir sayang kalau tidak dimanfaatkan, maka kuraih saja kedua danging kenyal tersebut dan langsung kuremas-remas sepuasnya. Nafsuku semakin memuncak, sehingga sodokanku semakin kupercepat, membuat Fitri semakin keras mengeluarkan suara.
“Aaahh.. Aaahh.. Gue keluaar.. Aaah..” teriak Fitri dengan lantang.
Fitri terkulai lemas, sementara aku terus menyetubuhinya. Beberapa saat kemudian aku merasa mulai mendekati puncak kepuasan.
“Fit.. gue mau keluar nih..”
Fitri langsung melepaskan kemaluannya dari kemaluanku, dan langsung mengulum kemaluanku sehingga akhirnya aku memuntahkan spermaku di dalam mulut Fitri, yang ditelan oleh Fitri sampai habis.
Aku berbaring, capek. Nikmat dan puas sekali rasanya. Ayu berbaring di sisiku. Payudaranya terasa lembut dan hangat menyentuh lengan kananku.Fitri masih membersihkan batang kemaluanku dengan mulutnya. javcici.com
“Gimana Van? Puas?” Ayu bertanya.
“Puas banget deh.. Otak gue ringan banget rasanya.”
“Gue mandi dulu ya?” Fitri memotong pembicaraan kami. Lalu ia menuju kamar mandi.
“Gue begini juga karena gue lagi pengen kok. Joe udah dua minggu pergi. Nggak tau baliknya kapan.” Ayu menjelaskan.
“Nggak masalah kok. Gue juga emang lagi butuh sih. Lain kali juga gue nggak keberatan.”
“Huss! Sembarangan loe. Gue selingkuh cuma sekali-sekali aja, Cuma pengen balas dendam ama Joe. Dia suka selingkuh juga sih! Beda kasusnya ama loe!”
Aku diam saja. Ayu bangkit dari ranjang dan mengingatkanku. “Udah hampir setengah delapan malem tuh. Nanti Maya bingung lho!”
Aku jadi tersadar. Cepat-cepat kukenakan pakaianku, tanpa mandi terlebih dahulu. Setelah pamit dengan Fitri, Ayu mengantarku kembali ke Citraland.
Disana kami berpisah, dan aku kembali ke rumah dengan mobilku. Di rumah, tentu saja Maya menanyakan darimana saja aku sampai malam belum pulang. Kujawab saja aku habis makan malam bersama teman.
“Yaa.. padahal Maya udah siapin makan malem.” Maya kelihatan kecewa. Sebenarnya aku belum makan malam. Aku lapar.
“Ya udah, Ivan makan lagi aja deh.. tapi Ivan mau mandi dulu.” Kataku sambil mencium dahinya.
Maya kelihatan bingung, tapi tidak berkata apa-apa.,,,,,,,,,,,,,,,,