Sumi Yang
Kenalkan namaku adalah Suparno, jabatanku sekarang adalah supir…,
hehehe.. kalo supir bukan jabatan kali ya…, ya sekarang telah dua tahun
menjadi supir pribadi dari Sumi Yang, seorang penyiar berita Metro TV
yang biasa membawakan berita dalam Bahasa Mandarin. Sebenarnya waktu di
kampung dulu aku adalah seorang dukun. Tapi karena kampungku terkena
musibah banjir bandang maka aku pun mencari nafkah lain. Malam itu
selepas acara meeting Metro Xin Wen untuk keesokan harinya, aku
mengantar Sumi pulang ke apartemennya. Sumi terlihat lelah tapi tetap
tampak cantik dalam make up tipis dan balutan blazernya. Ya, Sumi memang
tampak sekali keanggunannya, apalagi di usianya yang baru 26 tahun (10
Januari 1984).
“Emmhh cape banget nih mang…!!, kita sekarang langsung pulang saja ya..
sudah ingin istirahat nih, besok pagi udah harus mulai lagi” sahut Sumi
kepadaku.
“Baik non…”, sahutku sambil melihat ke belakang lewat spion. “Cantik
sekali Non Sumi, coba dia mau jadi istriku…”, kataku dalam hati.
Memang aku sangat menyukai Sumi, karena bukan hanya cantik dan pintar,
dia juga selalu ramah dan murah senyum walau terhadap orang-orang kecil
seperti saya ini
“Emmhh, kayanya malam ini, malam yang tepat untuk menggunakan gendamku
untuk memiliki Sumi”. Kataku dalam hati lagi.
Sepanjang perjalanan aku sering melirik ke belakang memuji Sumi yang
begitu sempurna karena dikaruniai kepintaran dan kecantikan seraya
melafalkan gendamku yang akan ku pergunakan padanya. Sumi sendiri tidak
mengetahuinya, dia tampak capek dan hanya menjawab seadanya tapi tetap
ramah sambil melihat ke jalanan. Akhirnya kami memasuki apartemennya,
“Mang, nanti ke atas ya…, aku ada sedikit oleh-oleh buat abang…”.
setelah itu Sumi turun dari mobil dan langsung naik ke lantai 11 tempat
apartemennya.
Suparno
Suparno
Kemudian aku menyusul ke apartemennya, setelah dipersilahkan masuk oleh
Sumi akupun duduk di sofa.
“Ini, Mang…, aku punya baju buat Mamang, sama sedikit suvenir, ini beli
di Guangzhou waktu liputan minggu lalu”, kata Sumi sambil menyerahkan
satu kantong plastik kepadaku. Kesempatan nih dapat menjabat tangan dan
mempergunakan gendamku.
“Aduh, terima kasih banyak Non, atas pemberiannya “, sambil menjabat
tangan Sumi yang halus dan mempergunakan gendamku. “Ayo, sekarang
mintalah sesuatu kepadaku, Sumi supaya biar gendamku bekerja dengan
baik”. Kataku dalam hati.
“Mang, Mamang bisa tolong pijat aku nggak…!!, pundakku pegel-pegel
nih…”, kata Sumi, tapi dia sendiri tidak mengerti mengapa dia mau
dipijit olehku.
“Bisa, non…!!, silahkan non duduk…”, aku mulai memijitnya, di pundaknya
tercium oleh diriku wangi tubuh dari Sumi yang cantik ini, wangi parfum
mahal yang menambah naik libido diriku. “sekarang, Sumi akan menjadi
miliku”, aku pun mulai melafalkan gendamku yang terakhir untuk dapat
memiliki Sumi. Sambil terus memijit pundaknya, tangan ku mulai beraksi
di tenguknya sambil terus memijitnya.
“Emmhh, terus Mang.., enak sekali pijitannya”, kata Sumi sambil matanya
terpejam.
“Kamu cantik Sumi sayang …!!” , kataku sambil terus memijit, tanganku
mulai meremas buah dadanya.
Sumi tampak kaget tapi dia tidak dapat berbuat banyak. Membiarkan diriku
meremas-remas bongkahan dadanya yang berukuran sedang
“Tubuh kamu wangi sekali Sumi….!!!”, tanganku mulai masuk lewat sebelah
atas kemejanya, kugerayangi dan kuremas payudara yang masih tertutup cup
bra.
“Emmhh.., Mamang… Enak…”, kata Sumi yang sudah berada dalam pengaruh
gendamku.
“Sumi, sudah pernah melihat kontol?”, tanyaku sambil setengah berbisik
di telinganya. Sumi tampak kaget mendengarnya. Tapi dirinya tampak sudah
termakan hipnotis. Meski wajahnya memerah dia hanya menggelengkan kepala.
“Sumi, mau melihat kontol Mamang? kamu akan menyukainya sayang…!!”
kataku selanjutnya. Sumi tampak mengangguk dan wajahnya memerah karena
malu. “Sekarang, Sumi buka celanaku, dan kolorku…”, perintahku pada Sumi.
Sumi tampak patuh dia mulai bersimpuh di depan ku dan mepelorotkan
celana dan celana dalamku. Tiba-tiba penisku menyembul dan memang
penisku sudah mulai keras dari tadi. Sumi tampak kaget, karena penis
hitamku yang telah tegak ada di depan mukanya.
“Sekarang, raih kontolku, Sumi sayang…, kamu belai, ciumin dan jilatin
kontolku”, perintahku selanjutnya pada Sumi.
Sumi yang tampak ragu tapi sudah mulai dalam pengaruh gendam. Mulai
melaksakan perintahku. Mula-mula tangannya mengocok penisku. Bibirnya
yang tipis mendekati penisku. Dia mulai mencium ujung penis ku. Sumi
tampak belum biasa terhadap bau tak sedap penisku.
“Ayo Sumi…, jilat dan kulum kontolku…”, perintahku pada Sumi, yang di
lanjutkan dengan anggukan dari Sumi. Sumi mulai menjilati penisku. Mulai
dari ujung penis sampai ke pelirku. Sekarang Sumi sudah mulai terbiasa
dengan bau tak sedap dari penisku.
“Ah…, ya begitu Sumi sayang…, terus jilatan mu enak sekali…, sekarang
mulai masukan kontolku ke mulutmu dan jangan di gigit”, kataku sambil
memegangi rambutnya. Sumi melanjutkan mengulum penisku.
“sruupp….,ahh… enak sekali…. sruupp”, Sumi tampak menikmati oral seksnya
meski agak sedikit canggung.
“Ahh…. Bagus enak sekali Non.”, kataku sambil menjambak rambut
panjangnya. ” Ahh… kamu cepat belajar….seponganmu enak sekali… , kamu
menyukainya sayang”, tanyaku kepada penyiar berita cantik itu.
Sumi mengangguk dan sambil terus mengulum penisku…., aku menggerakan
pantatku seolah sedang melakukan penetrasi. Sumi tampak kelabakan,
karena kepalanya kutahan dan aku memaju mundurkan pantatku sampai mentok
wajahnya di selangkanganku. Tampaknya penisku sampai di rongga
kerongkongannya, ia tampak pucat. Aku menarik lagi rambutnya kKemudian
kuhentakkan kembali. Kusenggamai mulut sang penyiar.
“srrruuuuppp…. Aacchh”, Sumi yang mulai terbiasa, dan malah
menikmatinya. ia terus melakukan emutan di penisku.
“Ahh… Sumi sayang, enak sekali seponganmu…, aku sebentar lagi keluar…,
kamu harus meminum semua pejuku….” kataku kepada Sumi disertai
anggukannyaisambil terus melakukan oral terhadap penisku.
“Acckkhhh….keluar sayang…., minum pejuku…..”, Sumi hampir tersedak
ketika pejuku meluncur dengan deras dan banyak. Tapi ia tampak rakus
meminum semua pejuku. Ada sedikit yang tertumpah di kemejanya. Sumi
mulai menjilati sisa peju yang masih menempel di penisku.
“Acchh … ya begitu sayang…., kamu telah meminum pejuku…., sekarang kamu
adalah milikku…, Sumi kamu adalah budak diriku, budak nafsuku….”, memang
yang telah terkena gendam dan meminum pejuku maka wanita itu akan
menjadi budak setiaku.
“sekarang Sumi harus mulai berikrar kepadaku, untuk menjadi budakku…”
perintahku pada Sumi. Seperti seorang budak yang patuh terhadap tuannya.
Sumi mulai berikrar di depan ku.
“Saya…., Sumi Yang mulai detik ini akan menjadi budak tuan…, budak yang
patuh terhadap perintah tuan, semua lubang yang ada di tubuhku boleh
dimasuki oleh kontol tuan…”, kata Sumi dengan tatapan kosong
“Emmhh … Lubang apa aja yang di tubuhmu Sumi…..” tanyaku kepada Sumi.
“Mulut, vagina dan dubur saya tuan….”, Jawab Sumi yang sudah tampak horny.
“Mulut, memek sama bool…, begitu ngucapnya…, dan kamu bersedia jadi
lonteku…, dan melayani orang-orang yang aku suruh untuk menikmati
tubuhmu dan kamu harus bersedia di gangbang oleh banyak laki-laki yang
aku perintahkan”, kataku yang langsung masuk sebagai perintah kepada
sang penyiar cantik itu.
“Iya, mulut, memek dan boolku boleh di masuki oleh kontol tuan, dan Sumi
bersedia untuk menjadi lonte tuan, dan Sumi bersedia untuk di gangbang
tuan…., tubuh Sumi seutuhnya milik tuan”, begitulah Sumi yang sudah 100%
dalam pengaruhku.
Sumi Yang yang cantik dan anggun itu akan segera berubah menjadi wanita
binal.
“Bagus…. Sekarang kamu memohon kepada diriku, supaya aku mau ngentot
sama lonte kaya kamu…”, perintahku kepada Sumi.
“Tuan…., maukah tuan memakai tubuhku, memekku masih perawan tuan, belum
pernah di masukin sama kontol… Tuan…., Sumi ingin tuan mengambil
keperawananku…, ngentot memek Sumi yang belum pernah di jamah kontol….,
silahkan Tuan…”, pinta wanita berwajah oriental itu manja sambil
tangannya terus mengocGithan penisku yang mulai tegak lagi
“Sekarang kamu lonteku, buka semua bajumu dan celanamu… kamu telanjang….
jangan pakai apa-apa lagi”, perintahku kepada Sumi.
Sumi mulai membuka semua pakaiannya di hadapanku, blazer, kemeja, rok,
pakaian dalam, satu-persatu berjatuhan di lantai di bawahnya sehingga
yang tersisa tinggal jam tangan, kalung dan cincinnya. Payudara Sumi
terlihat montok meskipun tidak terlalu besar tapi sangat menggairahkan,
vaginanya tampak terawat dengan bulu-bulu tebal di sekitar vaginanya.
Sumi sekarang sudah bugil total di hadapanku, sopirnya.
“Mendekatlah kemari lonteku…..”, perintahku kepada Sumi.
Sumi mulai mendekatiku, ku remas-remas bongkahan payudaranya dan aku pun
mulai menyusu pada payudaranya yang bulat kencang itu.
“Emmhhh, tubuhmu wangi sayang…., kamu pantas buat dientot sama aku”,
kata-kataku meluncur sambil terus menyusu pada payudara sang penyiar berita.
Sementara tanganku mulai memasuki selangkangan Sumi dan mulai memasuki
vaginanya sambil mencari klitorisnya.
“EEmmhhh……”, Sumi tampak melenguh ketika klitorisnya mulai ketemu
olehku. Aku mulai memainkan klitoris yang sensitif itu. Semakin lama
vagina sang penyiar berita makin basah. Tubuh Sumi pun melemah, dia
mulai terjatuh di atas sofa.
“Ahhh….. enakk……. Tuan….. “, Sumi tampak menikmatinya. Aku mulai
mendekatkan bibirku di vagina sang artis. “Emmhhh…. Wangi sekali memek
kamu sayang……”, kataku sambil terus menjilat vaginanya. Lidahku bermain
liar di vaginanya. Kadang sambil aku masukan dua jariku ke dalam liang
kenikmatan tersebut.
Sumi makin menggelinjang, dan kakinya menjepit kepalaku, tangannya
menekan kepalaku ke selangkangannya seolah tidak mau berhenti untuk
terus dijilat, dan diriku pun semakin liar menjilat, dan menyedot vagina
majikanku itu.
“srruuppp….. sruuuppppp…..”, terus aku menjilati vagina Sumi.
“Acckkkhhh…… Sumi pengen pipis……, Ackkhhhh enak….. ooohhh….”, desah
Sumi, yang tidak kuhiraukan. Aku terus menyedot liang vaginanya yang
sudah sangat becek.
Dan akhirnya “acckkkkhhhhh………. Enak mang…… nikmat!”, cairan cinta Sumi
yang sudah terangsang berat keluar….dan mengenai mukaku.
“Ackkhhh Sumi…. Memek kamu enak sekali…., kamu memang lonte yang ingin
di entot…”,
Sekarang penisku sudah mendekati lubang vaginanya yang sudah kelelahan
setelah orgasme pertamanya.
“Sekarang…. Nikmatilah kontolku ini lonteku!!”, penisku kugesekkan di
bibir vagina Sumi
“emmhhh….”, Sumi tampak sayu dan sendu, sedangkan diriku sudah ingin
menggarap vaginanya
Penetrasi pertama aku meleset, penisku tidak masuk ke vagina Sumi, aku
terus berusaha…., kubuka lebar vaginanya dan kudorongkan penisku.
Setengah kepala penisku sekarang sudah masuk di dalam vaginanya….cukup
sulit memang….
“AAccckkhh….. sakit……!!!”, Sumi tampak meringis ketika setengah penisku
sudah masuk ke dalam vaginany…. “Acckkhhh……Ampun….. sakit sekali….Sudah…
sudah…ammpunn tuuaann!!!”, Air mata Sumi meleleh menahan perih dan ngilu
di vaginanya.
“Diam kamu lonte….., kamu yang minta di entot sama aku, sekarang kamu
rasakan kontolku”,
Dengan kasar aku sentakan penisku sekuat-kuatnya ke dalam vagina Sumi
dan amblas semuanya ke dalam vagina Sumi.
“Accckkkkkhhhh…….. Ammmpppuuunn”, Sumi berteriak, kepalanya terdongak ke
belakang, tangannya meremas sofa menahan ngilu bahwa vaginanya telah
dimasuki penis miliku.
Namun aku seperti orang kesetanan, aku genjot tubuh Sumi yang sedang
menahan sakit itu, sampai Sumi meringis, kepalanya membanting-banting ke
kiri dan ke kanan sambil tangannya meremas-remas sofa.
“Acckkkhhh…… perih…. Ssaakkiitt…. Oooohhh….. ammppuunnn tuann….”, Sumi
terus berteriak.
“Bukan kah , ini yang kau mau Sumi Lonteku sayang….???”, Kataku sambil
berhenti sejenak menggenjot vagina sang penyiar berita.
Dengan lembut aku mencium kening, hidung, pipi dan sambil menghembuskan
nafasku mencium telinga Sumi yang membuat gairah dalam tubuhnya kembali
berkobar dan seluruh bulu-bulu halus di tubuhku berdiri.
“Bibirmu indah Sum!” itu yang terdengar sebelum oleh Sumi sebelum diriku
melumat kedua belah bibir indahnya, Sumi tampak menikmat sekali rasanya
dicumbui
Lalu aku mulai menggerakan pantatku dan mulai mengobok-obok isi liang
vagina Sumi.
“Ohh.. Sumi.. nikmat sekali.. Kau.. kau.. begitu rapat..” kataku terus
mengocok vagina Sumi maju dan mundur dan Sumipun semakin menikmatinya,
hilang rasanya rasa pedih dan sakit tadi terobati dengan kenikmatan yang
tiada taranya. Mulut Sumi mulai meracau mengeluarkan desahan dan ocehan.
“Akhh.. Tuan.. Aduuh.. ohh..” lama aku memacu birahinya dan Sumipun
mengimbanginya dengan menggelora, sampai akhirnya tubuh Sumi mengejang
dan sambil memeluk erat tubuhku kembali menyemprotkan cairan yang
meledak dari dalam rahimnya. Sumipun orgasme untuk yang kedua. Untuk
beberapa saatku menghentikan gerakannya dan memeluk erat tubuh Sumi
sambil melumat bibirnya. Sumi benar-benar menikmati orgasme yang kedua
ini, matanya terpejam sambil melingkarkan kedua kakinya kepadaku.
Sementara rambut Sumi sudah tampak tak karuan dan tubuhnya berkeringat.
Kulepaskan penisku dari vaginanya. Tampak cairan kental keluar dari
vagina wanita oriental itu.
“Bagaimana kamu masih mau lagi sayang…???”, tanyaku kepada Sumi dan dia
yang telah diliputi oleh nafsu birahi hanya mengangguk.
Kini kuperintahkan Sumi menaiki penisku. Tidak terlalu sulit penisku
memasuki vaginanya karena sudah basah dan licin. Erangan Sumi turut
mengiringi proses penetrasi itu hingga akhirnya penisku itu tertancap
seluruhnya.
“Mmhhh…enak Sumi, memekmu legit sekali !” gumamku merasakan himpitan
dinding vagina Sumi terhadap penisku.
Tanpa menghiraukan ocehanku, Sumi mulai menggoyangkan tubuhnya
naik-turun. Sesekali ia meliukkan pinggulnya sehingga aku merasa
penisnya seperti dipelintir. Secara refleks tangannya yang saling
genggam dengan tanganku itu membimbingnya ke salah satu payudaranya
seolah meminta meremasinya.
Aku mulai memainkan payudara Sumi dan tangan satunya menelusuri tubuh
yang molek milik Sumi Yang, si penyiar berita cantik, merasakan kulitnya
yang halus dan lekuk tubuhnya yang indah. Sumi sudah semakin hanyut
dalam persetubuhan terlarang itu.
“Yah…terus Sumi, enak…terushh !” desahku itu seiring genjotan Sumi yang
semakin liar karena semakin dikuasai birahi. Dari bawah diriku juga ikut
menggerakkan pinggul, sehingga tumbukkan diriku dan Sumi saling
berlawanan arah dan menyebabkan penis itu menusuk lebih dalam. Sumi
tidak menghiraukan yang lain lagi selain birahinya yang menuntut pemuasan.
“Gimana Sumi ? Enak ga kontol mamang?” tanya diriku yang telah
berpengalaman menaklukkan beberapa wanita dengan ilmu gendamku.
“Aahh…ahhh…enak Tuaann…terus…goyang terus Tuaann!” erang Sumi.
Tidak sampai lima menit setelah itu, Sumi mulai sampai ke puncak,
otot-otot vaginanya berkontraksi dengan cepat dan makin basah. Dia
menambah kecepatan goyangannya sehingga aku juga makin mendesah.
“Oohhh !” Sumi menggelinjang dahsyat di atas tubuhku.
Selama beberapa saat tubuhnya menegang tak terkendali, dinding vaginanya
makin meremasi penisku yang masih perkasa meski Sumi sudah untuk ketiga
kalinya orgasme.
“Non Sumi masih mau kan?” tanyaku dekat telinganya, “mau kan lonte,
jawab dong!” tanyaku lagi, kali ini sambil meremas payudaranya.
“Iya…hhhsshh…mau Tuuaann mau!” karena tak kuat menahan keinginan untuk
orgasme untuk yang kesekian kalinya, Sumi menjawab terengah-engah.
Kembali kujejali vagina Sumi dengan penisku yang masih tegak dan keras.
Sambil bepegangan pada pinggang rampingnya akupun terus
menyodok-nyodokan penisku. Sentakan-sentakan kuat itu menyebabkan tubuh
Sumi ikut bergoncang-goncang, di atas sofa tempat tangan Sumi menahan
sodokanku, Desahan-desahan nikmat keluar dari mulutnya, matanya setengah
terpejam.
Tanganku merambat ke atas hingga menjambak rambutnya. Sumi semakin tak
sanggup menahan gelombang birahinya, ia semakin melenguh-lenguh dan
nafasnya semakin memburu, sebentar lagi puncak kenikmatan itu akan
dicapainya. Namun pada saat Sumi akan orgasme aku menghentikan genjotan,
aku memang sedang mempermainkan birahi sang penyiar berita cantik ini.
Sumi terpaksa menggerakkan sendiri pinggulnya agar tetap bergesekan
dengan penis diriku.
“Oohh…ayo Ttuuaann, puasin saya…saya…saya gak tahan lagi…mmhh!” Sumi
akhirnya memohon supaya diantar ke puncak kenikmatan oleh diriku. memang
Sumi sudah tak sanggup lagi menahan keinginan untuk orgasme.
Tubuh Sumi tersentak-sentak dan makin terdesak ke sofa, payudaranya yang
montok itu kini tertekan pada sofa. Desahan Sumi semakin menjadi ketika
gelombang orgasme itu kembali menerpanya, tubuhnya menggelinjang dahsyat
seakan melepaskan segala nikmat yang tadi tertunda. Akhirnya Sumi
mendesah panjang dan seluruh otot-otot tubuhnya mengejang, yang datang
kali ini adalah multiorgasme sehingga tubuhnya berkelejotan tak
terkendali, sungguh luar biasa seperti melayang ke surga saja rasanya,
dari pengalaman seks selama dua tahun dengan kekasihnya saja. Matanya
merem-melek dan pandangannya seperti berkunang-kunang selama terhempas
gelombang orgasme itu, sensasi itu berlangsung selama 2-3 menit lamanya
hingga akhirnya tubuhnya melemas seperti tak bertulang, dan tubuh Sumi
pun ambruk sofa. Saat itu aku belum mencapai klimaks, aku melanjutkan
hujaman-hujamannya terhadap liang vagina gadis itu. Lima menit kemudian
barulah penisku menumpahkan lahar panas di dalam vagina Sumi.
“Uuggghh…asyiknya…. Eemmhhh nikmat!” lenguh diriku sambil menekan
dalam-dalam penis yang menyemburkan sperma.
Penisku masih menyodok vaginanya namun kecepatannya kian menurun. Di
paha dalam Sumi nampak cairan kewanitaannya yang bercampur dengan sperma
pria itu meleleh keluar dari selangkangannya. Setelah genjotan aku
berhenti, aku mendekap tubuh gadis itu. Dipeluk tubuh Sumi dengan penis
masih menancap di vaginanya walau sudah mulai kendor karena mulai
menyusut. Aku memeluknya sambil memijat pelan payudaranya. Sumi
merasakan betapa banyak cairan orgasme yang keluar dan spermaku yang
tertumpah di dalam sana hingga sebagian meleleh keluar dan terasa basah.
Perlahan-lahan penisku mulai melembek dan akhirnya keluar dari vagina Sumi.
Aku tersenyum puas setelah selesai menyetubuhi tubuh cantik Sumi Sefira.
dan Sumi pun mulai tertidur diatas sofa. Sementara aku mengambil
sebatang rokok sambil kembali melafalkan gendamku. Karena mulai sekarang
Sumi sudah dalam pengaruhku dan akan menuruti semua keinginanku.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,