Nikmatnya Ngewek Di Mobil

 | Aku harap semuanya akan lebih baik setelah aku memutuskan hubunganku dengan Reni tunanganku, namun ternyata tidak aku masih mencintainya. Hingga tidak mudah bagiku untuk melupakan sosoknya, terkadang aku berpikir kenapa aku harus menuruti kemarahanku jika akhirnya aku akan seperti ini, seperti orang yang kehilangan pegangan hidup aku sering keluar masuk tempat hiburan.

Karena aku kira dengan begitu aku dapat melupakan sosok Reni, yang telah aku putusan karena melihatnya sedang mengobrol dengan seorang cowok di cafe tempat kami biasa makan ataupun sekedar hunting disana. Tapi hari itu kami sedang tidak ada janji dan akupun pergi kesana dengan temanku saat melihatnya akupun tersulut emosi apalagi di depan temanku yang tahu kalau Reni tunanganku tapi dengan cowok lain.

| Akhirnya aku bersikap kasar padanya, aku tidak memberikan dia kesempatan untuk menjelaskan. Aku permalukan Reni di depan banyak orang aku lupa kalau wanita ini telah memberikan semuanya padaku, bahkan kami sudah pernah melakukan adegan seperti dalam cerita sex. Masih aku ingat saat pertama kali kami melakukan Reni menangis karena telah memberikan kehormatanya padaku.

Rasa cemburuku terlalu besar di saat itu juga aku memutuskannya di depan banyak orang. Aku tidak mengejarnya waktu dia menangis, aku sudah termakan egoku untuk mengalah. Hingga sekarang penyesalan yang terjadi, untuk meminta maafpun sudah tidak bisa karena Reni sudah tidak lagi tinggal di rumah orang tuanya dia memilih untuk meninggalkan kota ini.

| Bahkan ketika berulang kali aku menanyakan keberadaan Reni seluruh keluarganya sepakat untuk tutup mulut. Akupun sadar kalau aku sudah begitu kasar memperlakukannya di depan umum kala itu. Kini usiaku sudah memasuki 28 tahun sebenarnya aku sudah memutuskan untuk menikah tahun ini dengannya tapi semua musnah, masih aku ingat ketika dia memanggilku dengan lembut “Mas Bagas”.

Hari ini tepat 8 bulan kami berpisah banyak yang bilang kalau penampilanku kini berantakan dengan kumis dan jenggot yang aku biarkan tumbuh “Mas ada temen kamu di depan..” Suara adikku di pintu kamarku “Siapa dik…” Tapi dia sudah keburu pergi begitulah adikku sendiri tidak mau lagi dekat-dekat denganku, dulu dia begitu dekat degan Reni bahkan mereka terlihat seperti saudara sendiri.

 | Ternyata ada Dani temanku “Hei sob..kelihatanya kamu masih sama.. ayolah Bagas kamu harus move on” Dia mencoba memberikan penjelasan padaku tapi aku tidak mendengarkannya meskipun sudah panjang lebar dia berbicara padaku, sampai akhirnya Dani memberikan aku undangan pernikahannya semakin trenyuh hatiku melihat undangannya apalagi Dani menikah dengan temanku juga Bella.

“Gua harap lu datang sob..banyak temen-temen yang gua undang” Tapi tetap saja aku merasa ada yang sakit dalam hati, hingga akhirnya Dani pamit pulang. Pernikahannya seminggu lagi ketika aku baca dalam undangan tersebut, akupun kembali ke club malam untuk melupakan kenangan itu namun sampai detik ini aku belum pernah melakukan hubungan intim layaknya dalam cerita sex meskipun banyak gadis penghibur yang siap aku bawa di club ini.

 Aku begitu mencintai Reni dan aku benar-benar menyesal, hingga akhirnya pernikahan Danipun tiba. Aku datang dengan salah satu temanku yang juga teman Dani, Farhan namanya begitu kami sampai akupun masuk ke dalam tanpa memperhatikan yang lain. Aku tahu kalau aku menjadi pusat perhatian, dulu aku begitu gagah dan termasuk cowok cakep di antara yang lain tapi kini tubuhku kelihatan lebih kurus.

Belum lagi pesta usai saat aku hendak mengambil minum, karena pesta yang di gelar pernikahan Dani adalah garden party jadi setiap tamu yang merasa kurang sesuatu dapat mengambil sendiri. Saat itulah aku melihat sosok yang selama ini aku rindukan “Reni….” Kataku tapi diapun pergi dan aku tidak lagi membuang kesempatan aku kejar Reni hingga di tempat parkir dia masuk dalam mobilnya.

Akupun tidak menyiakan kesempatan akupun ikut masuk dalam mobilnya “Sudaah Bagas kamu keluar sana..” Teriak Reni padaku tapi aku dengan cepat langsung memeluknya “Maaf Ren.. maaaf… aaaaku… maaf..” Tidak dapat lagi aku berkata akhirnya aku hanya memeluknya dengan erat, cukup lama aku membuatnya untuk tidak marah lagi padaku sampai akhirnya diapun mengajakku pergi dari tempat itu.

Apalagi kami menjadi pusat perhatian saja, selama dalam perjalanan Reni terdiam aku yang awalnya tidak berhenti mengatakan kata maaf akhirnya ikut terdiam juga. Sampai kamipun berada di kawasan pantai “Ayo cepat jelaskan mas.. mas Bagas mau ngomong apa .. Reni mau pulang..” Katanya memecahkan kesunyian di antara kami. Tanpa pikir panjang akupun memeluknya lalu aku kecup bibirnya.

Bahkan tanganku lebih berani menggerayangi tubuhnya, mungkin karena kami sudah pernah melakukan adegan seperti dalam cerita sex “OOOoouuuggghhhh… aaaaggggghh…. sayaaaaang… aaaaaggggghhh…. aaaaggggghhh….. aaaaagggggggghhhh….” Reni sepertinya sudah mengharap lebih, dia pasrah ketika tanganku masuk dalam bajunya dan meremas bagian buah dadanya.

 Diapun menggelinjang “Ooouugggggghhhh… mas… Bagaaaas…. aaaagggghhh… aaaaggghhh… aaaagggghh… akuu kangeeeen maaassss… aaaaaggghhhh…” Rupanya Reni juga tidak dapat memendam gairahnya diapun naik ke atas tubuhku dan dengan posisi seperti menduduki aku, dengan sigap juga aku acungkan kontolku hingga diapun dengan mudahnya memasukkan kontolku dalam memeknya.

“OOoouuuggghh… aaaagggghhh… aaaaagggghhh… aaaaggghh…. maaas… aaaggghhh…” Reni bergerak turun naik meskipun tidak leluasa tapi cukup bagi kami menikmatinya, akupun memegang kedua pinggul Reni dengan membantunya brgerak diatas tubuhku, yang sedikit duduk sambil agak rebahan di atas jok mobil. Reni terus bergerak membuat akupun menikmati setiap gerakannya.

Kontolkupun tidak dapat mengontrolnya mungkin karena sudah lama tidak melakukan hubungan intim ini “OOOOuugggghh… Reeeen… aaaaakkkhhhhh…. aaaaaaku… aaaaaagggghh…. aaaggggghhhh…” Saat itu juga sperma mengalir dari dalam kontolku, sedangkan Reni masih berusaha mencapai klimaks tapi aku sudah mencapainya lebih dulu, mau sudah pasti.

Tapi aku tahu dia tidak mau menunjukan kekecewaanya padaku,dia berhenti bergerak tapi dengan lembut dia menatapku dan mengelus wajahku “Reni kangen mas Bagas…” Aku tidak menjawabnya tapi aku tatap dia dengan tajam, bahkan saking tidak percayanya kalau saat itu adalah Reni kembali aku memeluknya dengan erat. Hingga Reni teriak kalau dia tidak dapat bernafas, kamipun tertawa.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts