Asikasikkan Sama Mama Di Mal

Jep! jep! jep! ajep! ajep! jep! jep! terdengar suar dentuman lagu diskotik dari speaker permainan game dansa di Taim Jon. Seorang gadis belia memakai celana ketat pendek menari dengan sangat sexy. Kakinya bergerak menginjak kotak-kotak yang menyala-nyala.

Aku memperhatikan dari belakang pinggulnya yang meliuk-liuk ke kiri ke kanan. Bayangan jorok mulai merayapi pikiranku. Aku pun mendekat dan mendorong gadis belia itu hingga pantatnya menungging ke arahku. Buru-buru kubuka gesperku agar tak kehilangan momen ini. Tiba-tiba saja… Auuh… Seseorang mencubit lenganku. Membangunkanku dari lamunan.

“Lagi liatin apa hayo, serius amat,” tanya mamaku cemberut.
“Ah enggak….aku cuma lagi nungguin mama. Sudah beli lipstiknya?” jawabku menghindar.
“Sudah,” jawabnya sambil menyelidik ke arah pandanganku sebelumnya. Insting wanita memang kuat. Saking kuatnya suka ngarang-ngarang, menuduh yang bukan-bukan, “Abis liatin anak kecil itu?”
“Ah enggak, apa sih, jangan aneh-aneh.” Tuh kan mulai deh tuduhan-tuduhan tak mendasar dilemparkan.
“Jangan-jangan kamu pedo ya?”
“Astaga maa…!” suaramu itu kedengaran orang kemana-mana. Malu aku maa..,” keluhku sambil menarik tangan mamaku keluar dari Taim Jon itu.
Mama mengikuti langkahku. Bibirnya tak kunjung balik ke semula.
“Mama kenapa sih cemberut mulu, kalau dah begitu lama banget, kayak cecurut mulutnya mancung.”
“Ah! Kamu itu! Semua pria sama aja! Gak bisa memahami wanita,” ucap mamaku menarik lengannya.

Hemm… Drama korea sepertinya akan dimulai.
Mama melipat kedua lengannya di dada. Alisnya mengernyit, tatapannya dibuang ke samping.
“Aduu.. mama kenapa sih..”
“Tahu ah bodo, pikir aja sendiri. Gak semuanya perlu di kasih tahu.”

Hemmh, dikira semua cowok itu punya kemampuan telepati. Meski hatiku dongkol, aku mencoba membujuknya

“Ma… Jangan marah gitu donk ma…”
“Tahu ah bodo!”
“Jangan kayak anak kecil ah, mama itu dah 47 tahun…”
“Biarin!”

Uh! Paling sebel deh kalau mama dah kayak gini.

“Maa.. jangan marah gitu donk, Joni minta maaf deh, kalau dah bikin mama marah.”
“Minta maaf buat apa?”
“Ya….. karena dah buat mama marah…,” jawabku.
“Tahu ah, bodo!”

Mama beranjak pergi dengan bersungut-sungut. Orang-orang yang sedang duduk di kursi-kursi kayu bersusun bujur sangkar pada mandangin.

Ah, tengsin gue.

“Ma! Ma! Tunggu!” Aku mengejarnya dan menarik tangannya. Tapi ia menepis tangannya dan terus saja melangkah dan naik eskalator.

Aku mencoba mengejarnya, tapi segerombolan orang lewat menghalangi jalanku. Sehingga kami terpisah jauh.

“Ah sial!” makiku dalam hati.

Terpaksa aku bersabar untuk naik eskalator. Aku tak bisa menerobos, karena orang-orang berdiri diam di kedua sisi. Dasar orang Indonesia. Kiri itu buat orang mau lewat. Kalau mau diam di kanan, dumelku dalam hati.

Ketika aku sampai di atas mama sudah tidak ada.

“Aduh, kemana dia?”

Aku mencari-cari ke kiri ke kanan, tapi tak tampak batang hidungnya.

” Ah dasar wanita, kalau dah ngambek, senengnya bikin cowok gundah serba salah.”

Aku tanya-tanya mbak-mbak yang berdiri berjaga di depan restoran-restoran apakah dia melihat wanita paruh baya berjilab bunga sakura, dan mengenakan celana panjang satin warna putih gading. Tapi mereka semua menggeleng.

Apakah mama ini ninja Hatori bisa menghilang?

Mau gak mau aku mencoba keluar masuk toko-toko, siapa tahu ia bersembunyi di dalam. Atau jangan-jangan dia pura-pura jadi manekin untuk mengelabuiku.

Aku sudah setengah jam mencari, tapi tak ketemu. Hemmh… Padahal ke sini mau refreshing, malah jadi stress.

Jangan-jangan dia diculik alien?

Tiba-tiba aku melihatnya ada di dalam elevator kaca. Sedang turun ke bawah. Ia melihatku sekilas, lalu membuang muka.

“Wah ngerjain ini….,” pikirku. Aku lihat ke kiri kanan. Ah ada toko camping. Aku buru-buru masuk ke dalam.

“Tali tambang mas yang panjang 20 meter, cepat!” Ucapku kepada mas penjaganya.

“Tebal berapa mas?” tanyanya.

Ah… Lama. Aku melihat tali yang kucari. Langsung ku ambil tali tambang itu. Kukeluarkan uang 500rb dan kuberikan kepada mas penjaganya.

“Ambil kembaliannya!” Teriakku terburu-buru.

Segera aku ikatkan tali itu ke pinggir tiang tembok penjaga lantai. Lalu sisanya kulempar ke bawah. Dengan bekal skill turun gunungdi klub swarnapala aku pun mengejar mama dengan meniti tali turun, melawati beberapa lantai.

Orang-orang di tiap lantai langsung berkerumun, ingin melihat ada apa. Aku cukup lincah melakukan ini. Sebentar saja aku sudah bisa mengejar posisi mama.

Mama melihatku. Ia tampak tidak senang. Sekitar di lantai 4, dia terlihat keluar lift. Aku langsung melompat masuk lagi ke lantai dan segera mengejarnya.

Mama berusaha kabur. Duh, jadi seperti orang mengejar maling. Semoga tidak memancing security untuk datang. Untung dia pakai hak tinggi jadi susah larinya. Aku yang mengenakan sneaker Adidaz dapat dengan mudah menysusulnya.

“Maaa….!” Panggilku seraya meraih pundaknya.

“Lepaskan!” tampiknya dan menepis tanganku. Ia berdiri terdiam memunggungiku dan agak menunduk. Tangan kanannya melipat di dada, sementara tangan kirinya menutupi wajahnya.

Aku mendekatinya perlahan. Takut dia kabur-kaburan lagi.

“Maa…” Panggilku pelan. Aku mendengar sedikit isak. Lalu Aku memeluknya dari belakang. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. 5 menit aku tak bergerak, takut salah lagi. Tiba-tiba ia berbalik dan memelukku.

“Mama sayang Joni,” bisiknya pelan.
“Iya, ma. Joni juga sayang mama” balasku.

Mama mengecup pipiku. Lalu ia memandangku dengan mata berkaca-kaca dengan senyum dipaksakan.

“Kamu anak mama satu-satunya…,” Katanya sambil merapikan rambutku. Kemudian ia memelukku.

Aku hanya diam kebingungan dengan perubahan sikap mama yang 180 derajat.

Ia menarik lenganku dan mengajakku ke suatu toko aksesoris untuk abg. Tanpa tembok depan. Mama mengajakku duduk di sebuah bangku tepat di depannya.

“Ngapain ma, kita di sini?” tanyaku heran.

Mama tidak menjawab. Ia hanya menaruh tasnya yang besar di pangkuanku. Lalu tangan kanannya menyusup masuk ke bawah tas dan meremas batangku dari luar celana.

“Mama mau puasin kamu, anak kesayangan mama. Disini banyak abg yang pakaiannya sexy-sexy. Kamu bisa puasin mata kamu, mama puasin bawahnya kamu.”

“Ma.. kok begini sih…”

“Mama ngerti kok, kamu gak perlu bilang. Kamu suka ama abg-abg yang masih muda-muda itu.”

“Maa…”

“Hayalin saja, mama bantu sampai keluar…”

Mama bikin aku konak saja. Tapi bukan karena banyak abg abg yang serba ketat dan mulus-mulus.

“Ma… Stop.. ma…ahh…ahhh…” Aku berusaha menahan lenguhanku. Karena banyak orang lalu lalang.

Mama tidak mengindahkanku dan terus memijit-mijit batangku.

“Maa… Plis stop…joni… Joni…”
“Kenapa?”
“Mama bikin Joni ingin gituin mama di publik…”
“Hah… Diapain gimana?”,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts