Cerita Sex Dewasa – Ganasnya Para Suster

Cerita Sex Dewasa – Suatu siang Di jalan Dharma Wangsa ke arah kampus Universitas Airlangga sedang terjadi keributan, nggga jelas siapa lawan siapa. Saat aku melintas dengan BMW M50 ku dan sedang asyik dengerin radio Suara Surabaya, aku cuek saja saat melintasi perkelahian itu sambil sedikit menoleh kearah perkelahian tersebut.

Ada seorang laki-laki yang sedang dikeroyok empat orang lawannya, dia dikejar habis-habisan dan mencoba menerobos kerumunan orang untuk mencari selamat. Terbelalak mataku begitu sadar siapa lelaki yang sedang dikejar tersebut, ternyata dia kakak temanku, namanya Anton.

Yang nggak jelaskenapa dia ada disana dan dikeroyok orang segala, tapi aku sudah tidak sempat berpikir lebih jauh lagi segera saja aku pinggirkan kendaraan ku untuk membantunya.

Aku tarik dua orang yang sedang memukulnya, karena Anton sudah jatuh terduduk dan masih dihajar mereka berempat. Sekarang Anton mengurus dua orang dan aku mengurus dua yang lainnya meskipun keadaan nasih tidak seimbang, dalam perkelahianku aku berhasil menangkap satudiantaranya dan aku jepit kepalanya dengan lengan kiriku sedang lenganku yang lain aku gunakan untuk menghajarnya.

Sementara itu kakiku kugunakan untuk melawan yang lainnya, aku tak sempat lihat apa yang dilakukan Anton, waktu seakan sudah tidak dapat dihitung lagi sedemikian cepatnya hal terakhir yang kuingat adalah aku merasakan perih dipinggang kanan belakangku dan saat kutengok ternyata aku telah ditusuk dengan sebilah belatidari belakang entah oleh siapa.

Sambil menahan sakit aku merenggangkan jepitanku pada korbanku dan berusaha melakukan tendangan memutardengan sasaranku adalah lawan yada didepanku.

Namun pada saat melakukan tendangan memytar tersebut tiba-tiba aku melihat ayunan stick soft ball kearah kakiku yang terjulur, nggak ampun lagi aku jatuh terjerembab dan gagal melancarkan tendangan mautku dan aku terjatuh dengan agak tertelungkup dan saat sadar aku sudah berada di rumah sakit.

Aku tidak jelas berada di rumah sakit mana yang pasti berisi sekali dan ruangannya panas, pada saat aku berusaha melihat bagian bawahku yang terluka, aku masih merasakan nyeri pada bagian perut dan kaki kananku dan sedikit mati rasa.

Aku coba untuk menggeser kakiku ternyata berat sekali dan kaku, aku paksakan untuk tidur. Sore itu aku dijenguk oleh Dian adik Anton ( Dian adalah teman kuliahku) duia datang bersama dengan Mita adiknya yang masih di SMA, katanya mereka habis menjenguk Anton yang ada diruang sebelah.

“Makasih ya, Joss kalau nggak ada kamu mungkin Anton sudah…”katanya sambil menitikkan air mata.

“Sudahlah semua ini sudah berlalu tapi kalau boleh tahu kenapa Anton sampai dikeroyok begitu?” tanyaku penasaran. Biasa gara-gara cewek, mereka menngoda cewek Airlangga dan cowoknya marah makanya dikeroyok.

Emang sich bukan semua yang ngeroyok itu anak Airlangga sebagian lagi kebetulan musuh Anton dari SMA, sialnya Anton ketemu lagi dan suasananya kaya gitu jadi dech Anton dihajar rame-rame, jawab Mita.
“Kak Jossy yang luka apanya saja?” tanya Mita.

“Tahu nih rasanya nggak keruan “, jawabku. Lihat saja sendiri soalnya aku nggak bisa banyak bergerak, kamu angkat selimutnya sekalian aku juga mau tahu lanjutku pada Mita.
“Permisi ya Kak” kata Mita sambil membuka selimutku (hanya diangkat saja).

Sesaat dia pandangi luka-lukaku dan mungkin karena banyaknya luka dia sampai bengong begitu dan pas aku lihat pinggangku dibalut sampai pinggul dan masih tembus oleh darah. filmbokepjepang.com Dibawahnya lagi aku melihat, meriamku tidak terbungkus apa-apadan yang seremnya kepalanya yang gede kelihatan menariksekali seperti perkedel.

Sesaat kemudian aku masih sempat melihat kaki kananku digips ( mungkin patah kena stick soft ball). Mita menutup kembali selimut tadi dan Dian tidak sempat melihat lukaku karena dia sibuk menangis.

“Mita sini aku mau bilangin kamu” kataku, Mitapun menunduk mendekatkan telinganya ke mulutku. “Jangan bilang sama Dian soal apa yang kamu lihat barusan, kamu suka nggak?” kataku berbisik. “Serem” bisiknya membalas.

“Dian kamu jangan lihat lukaku nati kamu makin nggak kuat lagi nahan tangismu” kataku. “Tapi paling tidak aku mau tahu, boleh aku raba” tanyanya.
“Silakan, pelan-pelan ya masih belum kering lukanya.” jawabku.

Dianpun memasukkan tangannya kebalik selimutku dan mulai meraba mulai dari dada ke perut disitu dia merasakan ada balutandigesernya kekanan kekiri terus kebawah sedikit. “Kok, perbannya sampai beginilukanya kayak apa?”
“Wah aku sendiri belum jelas” jawabku.

Turun lagi tangannya ke pinggul kanan terus ke tengah kena meriamku, dia raba setengah menggenggam untuk meyakinkan apa yang tersentuh tangannya, tersentak dan dia menarik tangannya sambil melepas pegangannya pada meriamku.

“Sorry , nggak tahu.”
“Nggak apa-apa kok malah enak kalau dipijitinsoalnya badanu sakit semua.” kataku nakal.
“Nah, Kak Dian pegang anunya Kak Joss ya?”goda Mita.

Wajah Dian memerah ditembak begitu. Dian terus saja meraba sampai pada kai kananku dan dia menemukan gips,”Lho kok digips?” tanyanya.

“Iya patah tulang kali” jawabku untuk menenangkan pikirannya. Dian selesai merabaiku tapi tampak sekali dia masih kepikiran soal sentuhannya pada meriamku dan sesekali matanya masih melirik kesekitar meriamku, sedangkan aku juga sedang menikmati dan membayangkan ulang kejadian tersebut.

Tanpa sadar tiba-tiba meriamku meradang dan mulai bangun sehingga tampak pada selimut tipis kalau ada sesuatu perkembangan disana.
“Kak Joss… anunya bangun” bisik Dian padaku sambil dia ambil selimut lain untuk menutupnya, tapi tangannya berhentidan diam diatasnya.

“Supaya Mita nggak melihat” bisiknya lagi. Aku cuma bisa menggangguk, sadar ujung penisku masih bisa menggapai telapaknya maka kucoba kejang-kejangkan penisku dan Dian merasa dicolek- colek tangannya.

“Mit, kamu pamit sama mas Anton bahwa kita bentar lagi pulang dan biar mereka istirahat.” kata Dian dan Mita pun melangkah keluar ruangan, “Kak Joss… nakal sekali anunya ya” bisik Dian, aku balas dengan ciuman dipipinya.

“Dian tolongin dong, diurut-urut itunya biar lupa sakitnya” pintaku.
“Iya dech” jawab Dian langsung mengurut meriamku dari luar selimut biar nggak nyolok dengan pasien lain, walupun antar ranjang ada penyekatnya.

“Dian dari dalam saja langsung, biar cepetan” pintaku karena merasa tanggung dan waktunya mepet sekali soalnya dia mau pulang.

Dian menuruti permintaanku dengan memeriksa sekitar lebih dulu lalu tangannya dimasukkan dalam selimutku dan langsung meremas meriamku dielus batangku dan sesekali bijinya dikocoknya dengan lembut sekali, wah gila rasanya lama juga Dian memainkan meriamku sampai aku nggak tahan lagi dan crroottt…crot…crroott beberapa kali.

Tiba-tiba Mita datang da buru-buru Dian mengeluarkantangannya dari balik selimut, telapak tangannya terkena spermaku sedikit dan dia goreskan pada sisi ranjang untuk mengelapnya.

“Sudah Kak Joss aku sama Mita mau pulang.” pamit Dian “Sudah keluar khan” bisiknya pada telingaku dan cup pipiku diciumnya.
“Cepat sembuh ya besok aku tengok lagi.” dia sengaja menciumku untuk menyamarkan bisikannya yang terakhir.

“Eh kalau bisa bilangin suster aku minta pindah kelas satu, disini gerah.” pintaku pada mereka. Merekapun keluar kamar dan melambaikan tangan selang satu ja kemudian aku dipindahkan ketempat yang lebih baik, ada ACnya dan ranjangnya ada dua. Tapi yang sebelah kosong, posisi kamarku agak jauh dari pos jaga suster perawat, hal tersebut kuketahui saat aku didorong dengan ranjang beroda.

“Habis ini mandi ya” kata seorang perawat setelah mendorongku, tak lama kemudian dia sudah balik dengan ember dan lap handuk serta ditaruhnya ember itu di meja kecil disamping ranjangku dan mulai menyingkap selimutku serta melipat kakiku. Terbuka sudah seluruh tubuhku, waktu dia lihat sekitar meriamku dia terkejut.

Ada dua hal yang mengejutkannya yang pertama adlah ukurannya serta bentuk kepalanya yang diluar normal (besar sekali) dan yang kedua ada hasil kerjaan Dian yaitu spermaku yang masih berantakan tanpa sempat dibersihkan walaupun sebagian menempel di selimut tapi bekasnya mengering menempel dibadanku masih terlihat dengan jelas.

“Kok kayaknya habis orgasme ya?” tanyanya. Lalu tanpa menunggu aku menjawab dia ambil wash lap dan sabun. }
“Sus, jangan pakai wash lap… geli… saya nggak biasa”, kataku.

Suster itu mulai dengan tanganku… dibasuh dan disabunnya…usapannya lembut sekali…. sambil dimandiin aku pandangi wajahnya, dadanya…cukup gede aku lihat… orangnya agak putih… tangannya lembut.

Selesai dengan yang kiri sekarang ganti yang kanan dan seterusnya keleher dan dadaku…terus diusapnya… sapuan telapak tangan lembutnya aku rasakan dan akupun memejamkan mataku agar dapat lebih menikmati sentuhannya.

Sampai juga pada meriamku…dipegangnya dengan lembut….ditambah sabun…digosok batangnya…bijinya…kembali batangnya…dan aku nggak kuat untuk menahannya supaya tetap lemas…akhirnya berdiri juga…pertama-tama setengah tiang lama-lama akhirnya penuh….keras…

Dia bersihkan juga sekitar kepala meriamku sambil berkata lirih, “Ini kepalanya besar sekali baru kali ini saya lihat yang kayak gini besarnya”.
“Sus, enak dimandiin gini”, kataku memancing.

Dia diam saja tapi yang jelas dia mulai mengocok dan memainkan batangku…kayaknya dia suka dengan ukurannya yang menakjubkan. “Enak Mas kalu diginikan?” tanyanya dengan lirikan nakal.

“Sssh, iya terusin ya sus sampai keluar.” kataku sambil menahan rasa nikmat yang nggak ketulungan…tangan kirinya mengambil air dan membilas meriamku…kemudian disekanya dengan tangan kanannya…kenapa kok diseka pikirku…tapi aku diam saja…mengikuti apa yang akan dia lakukan…pokoknya jangan berhenti sampai disini saja…bisa pusing nanti.

Dia dekatkan kepalanya dan ddijulurkan lidahnya ke kepala meriamku, dijilatnya perlahan dan lidahnya mengitari kepala meriamku…sejuta rasanya…wow…enak sekali…lalu dikulumnya meriamku…aku lihat mulutnya sampai penuh rasanya dan belum sepenuhnya tenggelam dalam mulutnya yang mungil…bibirnya yang tipis terayun keluar masuk saat menghisap maju mundur.

Lama juga aku diisep suster jaga ini… sampe akhirnya aku ngga’ tahan lagi dan crooott…. crooott… nikmat sekali. Spermaku tumpah dalam rongga mulutnya dan ditelannya habis… sisa pada ujung meriamku pun dijilat serta dihisapnya habis…

“Sudah sekarang dilanjutkan mandinya ya… ” kata suster itu dan dia melanjutkan memandikan kaki kiriku setelah sebelumnya mencuci bersih meriamku… badanku dibaliknya… dan dimandikan pula sisi belakang badanku.

Selesai acara mandi “Nanti malam saya ke sini lagi nanti saya temenin… ” katanya sambil membereskan barang-barangnya. Terakhir sebelum keluar kamar dia sempat menciumku… pas di bibir… hangat sekali… ” Nanti malam saya kasih yang lebih hebat ” begitu katanya.

Akupun berusaha untuk tidur… nikmat sekali sore ini dua kali keluar… dibantu dua cewek yang berbeda… ini mungkin ganjaran dari menolong teman… gitu hiburku dalam hati… sambil memikirkan apa yang akan kudapat malam nanti akupun tertidur lelap sekali.

Tiba-tiba aku dibangunkan oleh suster yang tadi lagi… tapi aku belum sempat menanyakan namanya… baru setelah dia mo keluar kamar selesai meletakkan makananku dan membangunkanku… namanya Anna.

Cara dia membangunkanku cukup aneh… rasanya suster di manapun tidak akan melakukan dengan cara ini… dia remas-remas meriamku… sambil digosoknya lembut sampe aku bangun dari tidurku.

Langsung aku selesaikan makanku dengan susah payah, akhirnya selesai juga… lalu aku tekan bel… dan tak lama kemudian datang suster yang lain… aku minta dia nyalakan TV di atas dan mengakat makananku. Aku nonton acara-acara TV yang membosankan dan juga semua berita yang ditayangkan… tanpa konsentrasi sedikitpun.

Sekitar jam 9 malam suster Wiwik datang untuk mengobati lukaku dan mengganti perban… pada saat dia melihat meriamku pun dia takjub… “Ngga’ salah apa yang diomongkan temen-temen di ruang jaga” demikian komentarnya.

“Kenapa Sus ? ” tanyaku ngga’ jelas.
“Oo… itu tadi teman-teman bilang kalo pasien yang dirawat di kamar 26 itu kepalanya besar sekali. ” jawabnya.

Setelah selesai dengan mengobati lukaku dan dia akan tinggalkan ruangan… sebelum membetulkan selimutku dia sempatkan mengelus kepala meriamku… ” Hmmm… gimana ya rasanya ? ” gumamnya tanya meminta jawaban. Dan akupun hanya senyum saja.

Wah suster di sini gila semua ya pikirku… soalnya aku baru kenal dua orang dan dua-duanya suka sama meriamku… minimal tertarik… dan lagian ada promosi gratis di ruang jaga suster kalo ada pasien dengan kepala meriam super besar… promosi yang menguntungkan… semoga ada yang terjerat ingin mencoba… selama aku masih dirawat di sini.

Jam 10an kira-kira aku mulai tertidur… aku mimpi indah sekali dalam tidurku… karena sebelum tidur tadi otakku sempat berpikir jorok. photomemek.com Aku merasakan hangat sekali pada bagian selangkanganku… tepatnya pada bagian meriamku… sampe aku terbangun ternyata… suster Anna sedang menghisap meriamku… kali ini entah jam berapa ?

Dengan bermalas-malasan aku nikmat terus hisapannya… dan aku mulai ikut aktif dengan meraba dadanya… suatu lokasi yang aku anggap paling dekat dengan jangkauanku.

Aku buka kancing atasnya dua kancing… aku rogoh dadanya di balik BH putihnya… aku dapati segumpal daging hangat yang kenyal… kuselusuri… sambil meremas-remas kecil.. sampe juga pada putingnya… aku pilin putingnya… dan Sus Annapun mendesah… enath berapa lama aku dihisap dan aku merabai Sus Anna… sampe dia minta ” Mas… masih sakit ngga’ badannya ? ”

“Kenapa Sus?” tanyaku bingung. “Enggak kok… sudah lumayan enakan… ” dan tanpa menjawab diapun meloloskan CDnya… dimasukkan dalam saku baju dinasnya.

Lalu dia permisi padaku dan mulai mengangkangkan kakinya di atas meriamku… dan bless… dia masukkan batangku pada lobangnya yang hangat dan sudah basah sekali… diapun mulai menggoyang perlahan… pertama dengan gerakan naik turun…lalu disusul dengan gerakan memutar… wah… suster ini rupanya sudah prof banget… lobangnya aku rasakan masih sangat sempit… makanya dia juga hanya berani gerak perlahan… mungkin juga karena aku masih sakit… dan punya banyak luka baru.

Lama sekali permainan itu dan memang dia ngga’ ganti posisi… karena posisi yang memungkinkan hanya satu posisi… aku tidur di bawah dan dia di atasku. Sampe saat itu belum ada tanda-tanda aku akan keluar… tapi kalo tidak salah dia sempat mengejang sekali tadi dipertengahan dan lemas sebentar lalu mulai menggoyang lagi…

Sampe tiba-tiba pintu kamarku dibuka dari luar… dan seorang suster masuk dengan tiba-tiba… kaget sekali kami berdua… karena tidak ada alasan lain… jelas sekali kita sedang main… mana posisinya… mana baju dinas Suster Anna terbuka sampe perutnya dan BHnya juga sudah kelepas dan tergeletak di lantai.

Ternyata yang masuk suster Wiwik… dia langsung menghampiri dan bilang ” Teruskan saja An… aku cuman mau ikutan… mumpung sepi ” Suster Wiwikpun mengelus dadaku… dia ciumin aku dengan lembut… aku membalasnya dengan meremas dadanya… dia diam saja… aku buka kancingnya… terus langsung aku loloskan pakaian dinasnya…

Aku buka sekalian BHnya yang berenda… tipis dan merangsang… membal sekali tampak pada saat BH itu lepas dari badannya… dada itu berguncang dikit… kelihatan kalo masih sangat kencang… tinggal CD minim yang digunakannya.

Suster Anna masih saja dengan aksinya naik turun dan kadang berputar… aku lhat saja dadanya yang terguncang akibat gerakannya yang mulai liar… lidah suster Wiwik mulai memasuki rongga mulutku dan kuhisap ujung lidahnya yang menjulur itu… tangan kiriku mulai merabai sekitar selangkangan suster Wiwik dari luar… basah sudah CDnya… pelan aku kuak ke samping… dan kudapat permukaan bulu halus menyelimuti liang kenikmatannya…

Kuelus perlahan… baru kemudian sedikit kutekan… ketemu sudah aku pada clitsnya… agak ke belakang aku rasakan makin menghangat. Tersentuh olehku kemudian liang nikmat tersebut… kuelus dua tiga kali sebelum akhirnya aku masukkan jariku ke dalamnya.

Kucoba memasukkan sedalam mungkin jari telunjukku… kemudian disusul oleh jari tengahku… aku putar jari-jariku di dalamnya… baru kukocok keluar masuk… sambil jempolku memainkan clitsnya. Dia mendesar ringan… sementara suster Anna rebahan karena lelah di dadaku dengan pinggulnya tiada hentinya menggoyang kanan dan kiri…

Suster Wiwik menyibak rambut panjang suster Anna dan mulai menciumi punggung terbuka itu… suster Anna makin mengerang… mengerang…. dan mengerang…. sampai pada erangan panjang yang menandakan dia akan orgasme… dan makin keras goyangan pinggulnya… sementara aku mencoba mengimbangi dengan gerakan yang lebih keras dari sebelumnya… karena dari tadi aku tidak dapat terlalu bergoyang… takut lukaku sakit.

Suster Anna mengerang…. panjang sekali seperti orang sedang kesakitan… tapi juga mirip orang kepedasan… mendesis di antara erangannya… dia sudah sampe… rupanya… dan… dia tahan dulu sementara… baru dicabutnya perlahan… sekarang giliran suster Wiwik… dilapnya dulu… meriamku dikeringkan… baru dia mulai menaikiku…

Kurang ajar suster-suster ini aku digilirnya… dan nanti aku juga mesti masih membayar biaya rawat… gila… enak di dia… tapi….. enak juga dia aku kok… demikian pikiranku… ach… masa bodo…. POKOKNYA PUAS !!! Demikian kata iklan.

Ketika suster Wiwik telah menempati posisinya… kulihat suster Anna mengelap liang kenikmatannya dengan tissue yang diambilnya dari meja kecil di sampingku. Suster Wiwik seakan menunggang kuda… dia goyang maju mundur… perlahan tapi penuh kepastian… makin lama makin cepat iramanya…

Sementara tanganku keduanya asyik meremas-remas dadanya yang mengembung indah… kenyal sekali rasanya… cukup besar ukurannya dan lebih besar dari suster Anna punya… yang ini ngga’ kurang dari 36… kemungkinan cup C… karena mantap dan tanganku seakan ngga’ cukup menggenggamnya.

Sesekali kumainkan putingnya yang mulai mengeras… dia mendesis… hanya itu jawaban yang keluar dari mulutnya… desisan itu sungguh manja kurasakan… sementara suster Anna telah selesai dengan membersihkan liang hangatnya… kemudian dia mulai lagi mengelus-elus badan telanjang suster Wiwik dan tuga memainkan rambutku… mengusapnya…

Kemudian karena sudah cukup pemanasannya… dia mulai menaiki ranjang lagi… dikangkangkannya kakinya yang jenjang di atas kepalaku… setengah berjongkok gayanya saat itu dengan menghadap tembok di atas kepalaku… dan kedua tangannya berpegangan pada bagian kepala ranjangku.

Mulai disorongkannya liangnya yang telah kering ke mulutku… dengan cepat aku julurkan lidahku…. aku colek sekali dulu dan aku tarik nafas…. hhhmmmm…… harus khas liang senggama…. kujilat liangnya dengan lidahku yang memang terkenal panjang… kumainkan lidahku… mereka berdua mengerang berbarengan kadang bersahutan…

Aku ingin tau sekarang ini jam berapa ? Jangan sampe erangan mereka mengganggu pasien lain… karena aku mendengarnya cukup keras… aku tengok ke dinding… kosong ngga’ ada jam dinding… aku lihat keluar… kearah pintu… mataku terbelalak… terkejut… shock… benar-benar kaget aku… lamat-lamat aku perhatikan…

Di antara pintu aku melihat seberkas sinar mengkilap… sambil terus menggoyang suster Wiwik… meninggalkan jilatan pada suster Anna… aku konsentrasi sejenak pada apa yang ada di belakang pintu… ternyata… pintupun terbuka… makin gila aku makin kaget… dan deg… jantungku tersentak sesaat… lalu lega… tapi… yang dateng ini dua temen suster yang sedang kupuaskan ini…

Kaya’nya kalo marah sich ngga’ bakalan.. mereka sepertinya telah cukup lama melihat adegan kami bertiga… jadi maksud kedatangannya hanya dua kemungkinan… mo nonton dari dekat atau ikutan.

” Wah… wah… wah… rajin sekali kalian bekerja… sampe malem gini masih sibuk ngurus pasien… ” demikian kata salah seorang dari mereka… ” Mari kami bantu ” demikian sahut yang lainnya yang berbadan kecil kurus dan berdada super… Jelas ini jawabannya adalah pilihan kedua.

Merekapun langsung melepas pakaian dinas masing-masing… satu mengambil posisi di kanan ranjang dan satu ngambil posisi di kiri ranjang… secara hampir bersamaan mereka menciumi dada… leher… telinga dan semua daerah rangsanganku… akupun mulai lagi konsentrasi pada liang suster Anna…

Sementara kedua tanganku ambil bagian masing-masing… sekarang semua bagian tubuhku yang menonjol panjang telah habis digunakan untuk memuaskann 4 suster gatel…… malam ini… tidak ada sisa rupanya…. terus bagaimana kalo sampe ada satu lagi yang ikutan ?

Jari-jariku baik dari tangan kanan maupun kiri telah amblas dalam liang hangat suster-suster gatel tersebut… untuk menggaruknya kali… aku kocok-kocokkan keluar masuk ya lidahku… ya jariku… ya meriamku… rusak sudah konsentrasiku… yang pasti… ini pengalaman gila kedua sejak peristiwa serupa dengan Donna adik Sammy Zara…

Ini permainan Four Whell Drive ( 4 WD )atau bisa juga disebut Four Wheel Steering ( 4 WS )… empat-empatnya jalan semua… kaya’nya kau makin piawai dalam permainan 4DW / 4 WS ini karena ini kali dua aku mencoba mempraktekkannya.

Lama sekali permainannya… sampe tiba-tiba suster Wiwik mengerang…. kesar dan panjang serta mengejang.

Setelah suster Wiwik selesai… dan mencabut meriamku… suster Anna berbalik posisi dengan posisi 69… kami saling menghisap dan permainan berlanjut… sekali aku minta rotasi… yang di kananku untuk naik… yang di atas ( suster Anna ) aku minta ke kiri dan suster yang di kiri aku minta pindah posisi kanan.

Tawaran ini tidak disia-siakan oleh suster yang berkulit agak gelap dari semua temannya… dia langsung menancapkan meriamku dengan gerakan yang menakjubkan… tanpa dipegang…. diambilnya meriamku yang masih tegang dengan liangnya dan langsung dimasukkan… amblas sudah meriamku dari pandangan.

Diapun langsung menggoyang keras… rupanya sudah ngga’ tahan… Benar juga sekitar 5 menit dia bergoyang sudah mengejang keras dan mengerang…. mengerang…. panjang serta … lemas.

Sementara tingal dua korban yang belum selesai… aku minta bantuan suster yang masih ada di sana untuk membantu aku balik badan… tengkurap… kemudian aku suruh suster yang pendek dan berdada besar tadi untuk masuk ke bawah tubuhku…. sedangkan suster Anna aku suruh duduk di samping bantal yang digunakan suster kecil tadi.

Perlahan aku mulai memasukkan meriam raksasaku pada liang suster yang bertubuh kecil ini… sulit sekali… dan diapun membantu dengan bimbingan test…. Setelah tertancap… tapi sayangnya tidak dapat habis terbenam… rasanya mentok sekali… dengan bibir rahimnya… akupun mulai menggoyang suster kecil dan menjilati suster Anna.

Mereka berdua kembali mendesah…. mengerang…. mendesah dan kadang mendesis… kaya’ ular.

Aku sulit sekali sebenarnya untuk mengayun pinggulku maju mundur…. jadi yang bisa aku lakukan cuman tetap menancapkan meriamku pada liang kenikmatan suster mungil ini sambil memutar pinggulku seakan meng-obok-obok liangnya… sedangkan dadanya yang aku bilang super itu terasa sekali mengganjal dadaku yang bidang…

Kenikmatan tiada tara sedang dinikmati si mungil di bawahku ini… dia mendesis tak keruan… sedang lidahku tetap menghajar liang kenikmatan suster Anna… sesekali aku jilatkan pada clitsnya… dia menggelinjang setiap kali lidahku menyentuh clitsnya… mendengar desisan mereka berdua aku jadi ngga’ tahan… maka dengan nekat aku keraskan goyangan pinggulku dan hisapanku pada suster Anna.

Dia mulai mengejang… mengerang dan kemudian disusul dengan suster yang sedang kutindih…. suster Anna sudah lemas… dan beranjak turun dari posisinya. photomemek.com Aku tekan lebih keras suster mungil ini, sambil dadanya yang menggairahkan ini aku remas-remas semauku… aku sudah merasakan hampir sampe juga… sedang suster mungil masih mengerang…. terus dan terus…

Kaya’nya dia dapat multi orgasme dan panjang sekali orgasme yang didapatnya…. aku coba mengjar orgasmenya… dan…. dan…. berhasil juga aku akhirnya aku sodok dan benamkan meriamku sekuat-kuatnya sampe dia melotot aku didekapnya erat sekali… dan ” Adu…..uh enak sekali… ” demikian salah satu katanya yang dapat aku dengar.

Akupun ambruk diatas dada besar yang menggemaskan itu… lunglai sudah tubuh ini rasanya… menghabisi 4 suster sekaligus… suatu rekord yang gila… permainan Four Wheel Drive kedua dalam hidupku… pada saat mencabutnyapun aku terpaksa diantu suster yang lain… “Kasihan pasien ini nanti sembuhnya jadi lama… soalnya ngga’ sempet istirahat ” kata suster yang hitam. ” Iya dan kaya’nya kita akan setiap malam rajin minta giliran kaya’ malem ini ” sahut suster Wiwik.

” Kalo itu dibuat sistem arisan saja ” kata suster Anna sadis sekali kedengarannya. Emangnya aku meriam bergilir apa ? Malam itu aku tidur lelaap sekali dan aku sempat minta untuk suster mungil menemaniku tidur, aku berjanji tiap malam mereka dapat giliran menemaniku tidur… tapi setelah mendapat jatah batin tentunya.

Suster mungil ini bernama Ratih dan malam itu kami tidur berdekapan mesra sekali seperti pengantin baru dan sama-sama polos… sampe jam 4 pagi… dia minta jatah tambahan… dan kamipun bermain one on one ( satu lawan satu, ngga’ keroyokan kaya’ semalem ).

Hot sekali dia pagi itu… karena kami lebih bebas… tapi yang kacau adalah udahannya… aku merasa sakit karena lukaku berdarah lagi… jadi terpaksa ketahuan dech sama yang lain kalo ada sesi tambahan… dan merekapun rame-rame mengobati lukaku…. sambil masih pengen lihat meriam dasyat yang meluluh lantakkan tubuh mereka semaleman.

Abis gitu sekitar jam 5 aku kembali tidur sampe pagi jam 7.20 aku dibangunkan untuk mandi pagi. Mandi pagi dibantu oleh suster Dewi dan sempat diisep sampe keluar dalam mulutnya… nah suster Dewi ini yang kulitnya hitaman semalam. Nama mereka sering aku dapat setelah tubuh mereka aku dapat.

Hari kedua
Pagi jam 10 aku dibesuk oleh Dian dan Mita… mereka membawakan buah jeruk dan apel… aslinya sich aku ngga demen makan buah… setengah jam kami ngobrol bertiga.

Sampe suatu saat aku bilang pada Dian “Aku mo minta tolong Dian… kepalaku pusing… soalnya aku dari semaleman ngga’ dapet keluar… dan aku ngga’ bisa self service ” demikian kataku membuka acara dan akupun bercerita sedikit kebiasaanku pada Dian dengan bumbu tentunya.

Aku cerita kalo biasa setiap kali mandi pagi aku suka onani kalo semalemnya ngga’ dapet cewec buat nemenin tidur… dan sorenya juga suka main lagi… Dian bisa maklum karena aku dulu sempat samen leven dengan Nana temannya yang hyper sex selama 8 bulan lebih… dia juga tahu kehidupanku tidak pernah sepi cewek.

Dengan dalih dia mo bantu aku karena hal ini dianggap sebagai bales jasa menyelamatkan jiwa kakaknya… yang aku selamatkan dari keroyokan kemarin… sampe akhirnya aku sendiri masuk rumah sakit. Dia minta Mita adiknya keluar dulu karena malu, tapi Mita tau apa yang akan dilakukan Dian padaku… karena pembicaraan tadi di depan Mita.

Sekeluarnya Mita dari kamar, Dian langsung memasukkan tangannya dalam selimutku dan mulailah dia meremas dan mengelus meriamku yang sedang tidur… sampe bangun dan keras sekali… setelah dikocoknya dengan segala macam cara masih belum keluar juga sedang waktu sudah menunjukkan pukul 10.45 berarti jam besuk tinggal 15 menit lagi maka aku minta Dian menghisap meriamku.

Mulanya dia malu tapi dikerjakannya juga, demi bales jasa kaya’ya atau dia mulai suka ? Akhirnya keluar juga spermaku dan kali ini tidak diselimut lagi tapi dalam mulut Dian dan ini pertama kali Dian meneguk spermaku juga pertama kali teman kuliahku ini ngisep punyaku, kaya’nya dia juga belum mahir betul hal itu ketahuan dari beberapa kali aku meringis kesakitan karena kena giginya.

Spermaku ditelannya habis… sesuai permintaanku dan aku bilang kalo sperma itu steril dan baik buat kulit… benernya sich aku ngga’ tau jelas… asal ngomong aja dan dia percaya… setelah menelan spermaku dia ambil air di gelas dan meminumnya… belum biasa kali.

Aku tengok ke jendela luar saat Dian ambil minum tadi… ternyata aku melihat jendela depan yang menghadap taman tidak tertutup rapat dan aku sempat lihat kalo Mita tadi ngintip kakaknya ngisep aku. Jam 11.05 mereka berdua pamit pulang… selanjutnya aku aku makan siang dan tidur sampe bangun sekitar jam 3 siang.

Dan aku minta suster jaga untuk memindahkanku ke kursi roda… sebelum dipindahkan aku diobati dulu dan diberi pakeaian seperti rok panjang terusan agak gombor dengan kancing banyak sekali di belakangnya.

Pada saat mengenakan pakaian tersebut dikerjakan oleh dua suster shift pagi… suster Atty dan suster Fatima, pada saat mereka berdua sempat melihat meriamku, mereka saling berpandangan dan tersenyum terus melirik nakal padaku… aku cuek saja…

Pada saat aku mo dipindahkan ke kurasi roda aku diminta untuk memeluk suster Fatima… orangnya masih muda sekitar 23 tahunan kira-kira… rambutnya pendek…

Tubuhnya sekitar 159 Cm, dadanya sekitar 34 B pada saat memeluk aku sedikit kencangkan sambil pura-pura ngga’ kuat berdiri… aku dekap dia dari pinggang ke pundak ( seperti merengkuh ) dengan demikian aku telah menguncinya sehingga dia tidak dapat mengambil jarak lagi dan dadanya pas sekali dipundakku… greeng… meriamku setengah bangun dapat sentuhan tersebut.

” Agak tegak berdirinya Mas… berat soalnya badan Masnya ” kata suster Fatima. Akupun mengikut perintahnya dengan memindahkan tangan kananku seakan merangkulnya dengan demikian aku makin mendekatkan wajahnya ke leherku dan aku dorong sekalian kepalaku sehingga dia secara ngga’ sadar bibirnya kena di leherku…

Sementara suster Atty membetulkan letak kursi roda… aku lihat pinggulnya dari berlakang… wah… bagus juga ya… Suster Fatima bantu aku duduk di kursi roda dan suster Atty pegang kursi roda dari belakang…

Pada saat mo duduk pas mukaku dekat sekali dengan dada suster Fatima… aku sempetin aja desak dan gigit dengan bibir berlapis gigi ke dada tersebut karena beberapa terhenti aku dapat merasakan gigitan itu sekitar 2 detikan dech… dia diam saja… dan saat aku sudah duduk…. dan suster Atty keluar kamar.

” Awas ya… nakal sekali ” kata suster Fatima sambil mendelik. Aku tau dia ngga’ marah cuman pura-pura marah aja.
“Satunya belum Sus.” kataku menggoda…
“Enak aja… geli tau?” jawabnya sewot.

“Nanti saya cubit baru tau.” lanjutnya sambil langsung mencubit meriamku… dan terus dia ngeloyor keluar kamar dengan muka merah… karena meriamku saat itu sudah full standing karena abis nge-gigit toket… jadi terangsang.

” Sus… tolong donk saya di dorong keluar kamar ” kataku sebelum sempat suster Fatima keluar jauh. Diapun kembali dan mendorongku ke teras kamar… menghadap taman.

Aku bengong di teras… sambil menghisap rokokku… di pangkuanku ada novel tapi rasanya males mo baca novel itu jadinya aku bengong saja sore itu di teras sambil ngelamun aku mikirin rencana lain untuk malam ini… mo pake gaya apa ya ?

Tiba-tiba aku dikejutkan dengan telapak tangan yang menutup mataku… saipa ini ? Kok tanyannya halus… dingin dan kecil…
“Siapa ni?” kataku… Terus dilepasnya tangan tersebut dan dia ke arah depanku… baru kutau dia Mita adik Dian.

“Kok sendirian? Mana Mita?” tanyaku.
“Lagi ketempat dosennya mo ngurus skripsi ” jawab Mita.
“Jadi ngga’ kesini donk ? ” tanyaku penasaran.

” Ya ngga’ lah… ini saya bawain bubur buatan Mama ” katanya sambil mendorongku masuk kamar… dia letakkan bubur itu di atas meja kecil samping ranjang.

Terus kami ngobrol sekitar 10 menit sampe aku bilang “Mit… ach ngga’ jadi dech… ” kataku bingung gimana mo mulainya… maksudku mo jailin dia untuk ngeluarin aku seperti yang dilakukan kakaknya pagi tadi… bukankah dia juga udah ngintip… kali aja dia pengen kaya’ kakaknya… mumpung lagi cuman berduaan.

“Kenapa Kak?” aku tak menjawab hanya mengernyitkan dahi saja.
“Pusing ya?” tanyanya lagi.
“Iya ni… penyakit biasa.” kataku makin berani barangkali bisa .

“Kak… gimana ya? Tadi khan udah?” katanya mulai ngerti maksudku tapi kaya’nya dia bingung dan malu… merah wajahnya tampak sekali.
“Mit… sorry ya… kalo kamu ngga’ keberatan tolongin Kakak donk… ntar malem Kakak ngga’ bisa tidur… kalo… ” kataku mengarah dan sengaja tidak menyelesaikan kata-kataku supaya terkesan gimana gitu.

“Iya Mita tau Kak dan kasihan sekali tapi gimana Mita ngga’ bisa Mita malu Kak.”
“Ya udah kalo kamu keberatan aku ngga’ mo maksa lagian kamu masih kecil.”
“Kak, Mita ciumin aja ya supaya Kakak terhibur jangan susah Kak,kalo Mita sudah besar dan sudah bisa juga mau kok bantuin Kak Jossy kaya tadi pagi ” kata dia sambil mencium pipiku.

“Iya dech, dia membungkuk sehingga kelihatan dadanya yang membusung… aduh…. gila… usaha harus jalan terus ni… gimana caranya masa bodo… harus dapet… aku udah pusing berat.

Dan Mitapun memelukku sambil membungkuk… aku cium pipinya, dagunya… belakang telinganya kadang aku gigit lembut telinganya… pokoknya semua daerah rangsangan… aku coba merangsangnya… ciuman kami lama juga sampe nafasnya terasa sekali di telingaku.

Tanganku mencoba meremas dadanya, diapun mundur mau menghidar.
“Mit gini dech, aku sentuh kamu saja… ngga’ ngapain kok… supaya aku lebih tenang nanti malem ”
” Maaf Kak, tadi Mita kaget Mita ngerti kok Kak Joss gini juga gara-gara Mas Anton ” jawabnya penuh pengertian atau dia udah kepancing?

Diapun kembali mendekat dan kuraih dadanya aku remas dan dia kembali menciumk, dari tadi tidak ada ciuman bibir hanya pipi dan telinga yang saling berbalasan sampe remasanku makin liar dan mencoba menyusup pada bajunya melalui celah kancing atasnya.

Tangan Mita mulai turun dari dadaku ke meriamku dan meremasnya dari luar. “Aduh enak sekali Mit terusin ya sampe keluar biar aku ngga’ pusing nanti.” kataku nafsu menyambut kemajuannya.

Lama remasan kami berlangsung sampe akhirnya Mita melorot dan berjongkok di depanku dan menyingkap pakaianku dia mulai mau mencium meriamku dengan mata redup penuh nafsu dia mulai mencium sayang pada meriamku.

“Masukin saja Mit ” kataku. Mitapun memasukkan meriamku dalam mulut mungilnya sulit sekali tampaknya dan penuh sekali kelihatan dari luar,dia mulai menghisap dan aku bilang jangan sampe kena gigi. photomemek.com Tak perlu aku ceritakan proses isep-isepan itu yang pasti saat aku ngga’ tahan lagi,aku tekan kepalanya supaya tetap nancep dan aku keluarkan dalam mulut mungil Mita… terbelalak mata Mita kena semprot spermaku.

“Telen aja Mit ngga’ papa kok” kataku. Diapun menelan spermaku lalu dicabutnya dari mulut mungil itu sisa spermaku yang meleleh di meriamku dan bibir mungilnya dilap pake tissue dan dia lari ke kamar mandi sedang aku merapikan kembali pakaianku yang tersibak tadi.
Ada orang datang kelihatan dari balik kaca jendela.

“Sorry Joss, aku baru bisa dateng sekarang ngga’ dapet pesawat soalnya.” kata Bang Johnny yang datang bersama dengan kak Wenda dan Winny.
“Iya ini juga langsung dari airport ” kata Kak Wenda. “Kamu kenapa sih, ceritanya gimana kok bisa sampe kaya’ gini?” tanya Winny. “Lha kalian tau aku di sini dari mana?” tanyaku bingung.

” Tadi malem kami telpon ke rumah ngga’ ada yang jawab sampe tadi pagi kami telpon terus masih kosong ” kata Kak Wenda.
“Aku telpon ke rumahnya Donna yang di Kertajaya kamu ngga’ di sana aku telpon rumahnya yang di Grand Family juga kamu ngga’ ada, malah ketemu Sammy di sana” kata Winny.

“Sammy bilang mau bantu cari kamu , terus siang tadi Donna telpon katanya dia abis nelpon Dian dan katanya kamu dirawat di sini dan dia cerita panjang sampe kamu masuk rumah sakit” kata Winny lagi.

Mereka tuh semua dari Jakarta karena ada saudara Kak Wenda yang menikah dan rencananya pulangnya kemarin sore,pantes Kak Wenda telpon aku kemarin mungkin mo bilangin kalo pulangnya ditunda.

Malah dapet berita kaya’ gini. Mita keluar dari kamar mandi yang ada dalam kamarku itu kaget juga tau banyak orang ada di sana dan dia kaya’nya kikuk juga. Setelah aku perkenalkan kalo ini Mita adiknya Dian dan kemudian Mita pamit mo jenguk kakaknya diruang lain.

Kamipun ngobrol seperginya Mita dari hadapan kami. Winny memandangku dengan sedih mungkin kasihan tapi juga bisa dia cemburu sama Mita… ngapain ada dalam kamar mandi dan sebelumnya cuman berduaan aja sama aku di sini.

Selanjutnya tidak ada cerita menarik untuk diceritakan pada kalian semua yang pasti mereka ngobrol sampe jam 5.20 karena minta perpanjangan waktu dan jam 5 tadi Mita datang lagi cuman pamit langsung pulang.

Malamnya seperti biasa kejadiannya sama seperti hari pertama mandi sore diisep lagi kali ini sustenya lain yaitu suster Fatima yang sempet aku gigit toketnya tadi siang. Dan malemnya aku main lagi dan tidur dengan suster Wiwik, suster Anna off hari itu. Jadi waktu main cuman suster Wiwik, suster Ratih dan suster Dewi.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts