cerita sex gay; Dikerjain Satpam

cerita sex gay; Dikerjain Satpam

Ketika Rudi didorong memasuki ruangan tampak dua orang satpam sedang duduk. Yang seorang segera berdiri mengunci pintu dan mendekati Rudi. Didadanya tertulis namanya, Herman, wajahnya ganteng, berkumis tipis, badannya kekar dan atletis. Rambutnya cepak bergaya ABRI. Pakaiannya yang ketat, terutama celananya, samar-samar menon-jolkan bentuk alat kelaminnya. Benda bulat panjang itu tampak membayang pada celananya yang ketat. Wajahnya nampak dingin dan sadis dibalik kegante-ngannya. Ia berdiri dan mengelilingi Rudi. Tiba-tiba rambut Rudi ditariknya dan ia memaksa Rudi berlutut didepannya.

Muka Rudi didekatkannya ke badannya dan tangannya yang satu lagi membuka retsleting celananya. Celana dalamnya berwarna putih ketat, sehingga kemaluannya nampak tegas terbayang. Ditariknya kepala Rudi sehingga hidung Rudi menempel pada alat kelaminnya dibalik celana dalamnya yang ketat itu. Digosok-gosokkannya muka Rudi pada kemaluan-nya, kemudian perlahan-lahan celana dalamnya diturunkan, sehingga nampak kemaluannya yang besar dikelilingi bulu-bulu yang lebat. Batang pelirnya nampak setengah tegang dan kepalanya yang berwarna merah tua terayun-ayun didepan hidung Rudi. Buah pelir yang besar berwarna hitam tergantung dibawah batang pelir itu. Bulu-bulu hitam keriting nampak lebat sekali mengelilingi kemaluan Herman yang besar itu.

“Isap ini !” perintahnya.

Rudi mencoba memberontak ketika ia mendekatkan alat kelaminnya kemulut Rudi. Bau kelamin laki-laki yang khas menusuk hidung Rudi, bau air mani yang mengering dicampur bau air kencing. Tapi tangannya yang perkasa memegang kepala Rudi.

“Jangan pura-pura, kamu suka mengisap kontol kan” bentaknya.

Dengan jari telunjuk dan ibu jari, dijepitnya pipi Rudi dengan paksa. Karena kesakitan, Rudi membuka juga mulutnya dan Herman memasukkan batang pelirnya pelan-pelan kemulut Rudi. Terasa bulu-bulu jembut Herman menggelitik hidung Rudi dan bau kontol laki-laki memenuhi hidung Rudi.

“Awas, kalau sampai kena gigimu, kurontokkan nanti” bentaknya lagi.

Perut Rudi terasa mual tapi ditahannya sekuatnya supaya tidak muntah. Herman memompakan batang pelirnya didalam mulut Rudi, masuk keluar. Terasa pelir Herman mulai tegang dan membesar dalam mulut Rudi. Rasa asin dan bau kelamin laki-laki membuat Rudi mual. Batang pelir itu begitu panjang dan besar, sehingga setiap kali menyodok tenggorokan- Rudi, ia hampir muntah. Kedua tangan Herman meme-gang kepala Rudi dan ditekannya dalam-dalam ketika kemaluannya memasuki mulutnya. Rudi mencoba memberontak dan melepaskan diri tapi tangannya yang kekar makin kuat memegang kepala Rudi. Lama-lama gerakkannya makin cepat dan napasnya pun mulai memburu.

Kepala Rudi digoncang-goncang-kannya dengan kuat sehingga Rudi terengah-engah. Kemudian menyemprotlah air maninya yang kental di dalam mulut Rudi langsung ketenggorokan, sehingga mau tak mau tertelanlah air mani dengan baunya yang khas itu. Rudi tersedak dan terbatuk-batuk, tapi malah ditekannya kepala Rudi sehingga kontol Herman masuk semua kedalam mulut Rudi ketika orgasme. Terasa oleh Rudi semprotan air mani Herman yang kuat memasuki tenggorokan Rudi berkali-kali. Rasa asin dan bau sperma yang khas memenuhi mulut Rudi.

“Telan semua, awas kalau ada yang kau tumpahkan” katanya dengan sadis. Dengan terpaksa Rudi menelan semua air mani Herman yang terasa asin itu, kemudian ia mencabut kemaluannya dari mulut Rudi dan dioleskannya sisa-sisa cairan kental berwarna putih itu kepipi Rudi. Satpam yang seorang lagi Roy tertawa dan berkata:

“Kita perkosa yuk”

“Jangan Pak…. ampun Pak…….” Rudi menghiba, tapi sia sia saja. Roy dan Herman menelanjangi Rudi dengan paksa. Rudi meronta-ronta tetapi kedua tangannya dipegang oleh Roy sementara Herman melucuti celana Rudi. Ditariknya juga baju dan celana dalam Rudi sampai robek. Rudi berdiri telanjang bulat didepan mereka. Herman mendekat dan memegang batang pelir Rudi dengan tangan kanannya sementara Roy masih memegang kedua tangannya.

“Gede juga barang lu…” kata Herman sambil menyeringai. Batang pelir Rudi dipegangnya dan dikocoknya pelan-pelan sehingga kemaluan Rudi berdiri menegang. Tangannya pindah kebawah dan dibelai-belainya biji pelirnya. Rudi terangsang oleh rasa nikmat sehingga kemaluannya makin ngaceng dengan kerasnya. Sambil tersenyum ia memanda-ngi Rudi dan tiba-tiba tangannya meremas biji pelir Rudi kuat-kuat.

“Aaghhhhh……..” Rudi menjerit kesakitan.

Roy memegangi tangan Rudi dan menelikungnya kebelakang. Didudukannya Rudi di kursi dengan paksa, tangan Rudi diikat kebelakang dan kedua kakinya diikat ke kaki kursi itu. Rudi meronta-ronta tapi apakah daya Rudi melawan satpam muda yang perkasa itu. Ditamparnya Rudi berulang-ulang sehingga pandangan Rudi berkunang-kunang.

“Diam kau, bajingan !” bentak Roy.

Herman memegang batang pelir Rudi dan pelan-pelan dikocoknya kontol Rudi. Alat kelamin Rudi menegang kembali dengan kerasnya. Tangannya yang kuat terus melocok kemaluan Rudi sambil sekali-sekali diremasnya batang pelirnya. Rudi mengerang karena ada juga rasa nikmat bersamaan dengan rasa sakit yang dirasakannya. Roy mendekat sambil tersenyum sadis. Wajahnya yang ganteng itu nampak bengis ketika kedua tangannya meraba-raba dada Rudi. Jari-jari tangannya berhenti di kedua puting susu Rudi dan dijepitnya dengan ibu jari dan telunjuknya. Dipilin-pilinnya kedua puting susu Rudi dan ditarik-tariknya bagian tubuh Rudi yang sensitif itu. Rudi mengaduh kesakitan. Herman memanda-ngi Rudi sambil tangannya terus meloco Rudi. Mulutnya tersenyum dengan sinis dan berkata :

“Enak ya”

Tiba-tiba ia berhenti meloco Rudi.

“Keenakan lu……!” bentak Herman. Wajahnya menjadi bengis. Kontol Rudi yang sedang menegang dipegangnya dengan satu tangan. Ditariknya kulit kemaluan Rudi kebelakang dan ditekannya kuat-kuat, sehingga batang pelir Rudi membesar dan lubang kema-luan Rudi terbuka lebar-lebar. Kepala kelamin Rudi tampak besar dan berwarna merah tua karena darah yang terhenti dijepit tangan Herman yang perkasa itu. Tangannya yang lain memegang sebatang plastik berwarna putih. Rudi menahan napas ketika batang plastik itu pelan-pelan dimasukkan-nya ke dalam lubang kelaminnya. Sakitnya tak tertahankan sehingga Rudi menjerit kuat-kuat. Roy membekap mulut Rudi dan dimasuk-kannya saputa-ngan ke mulut Rudi.

Herman memandangi Rudi dengan sadis, mulutnya tersenyum ketika perlahan lahan batang plastik itu ditekannya dalam-dalam. Rasa sakit yang luar biasa membuat badan Rudi terangkat keatas. photomemek.com Tapi Roy meninju perut Rudi sehingga ia terduduk kembali. Setelah hampir separuh batang plastik itu masuk dalam kontol Rudi, ditariknya lagi perlahan-lahan. Pedih, panas dan entah apa lagi rasa sakit yang Rudi -rasakan pada lubang kemaluannya. Kemudian dimasukkannya lagi batang plastik itu, ditarik lagi berulang-ulang. Rasa sakit dan nikmat bergantian terasa sampai keubun-ubun. Akhirnya dicabutnya batang plastik itu dari lubang pelir Rudi. Setetes darah nampak keluar dari lubang pelirnya.

Rudi memekik ketika plastik putih itu dimasukkan kembali, tapi suaranya tidak keluar karena mulutnya disumpal saputangan. Sekali lagi penyiksaan itu berlangsung, kelamin Rudi serasa terbakar ketika batang plastik itu memasuki lubang pelir yang sempit itu. Rudi meronta-ronta dan menjerit, tapi hanya suara ah.. uh.. yang terdengar karena mulutnya tersumpal. Sementara batang plastik itu memasuki lubang pelir Rudi, Roy meremas-remas buah pelir Rudi dengan kuat. Rasa sakit yang luar biasa membuat Rudi berkunang-kunang dan kepalanya berdenyut-denyut bagai dipalu dengan godam raksasa. Akhirnya berakhirlah siksaan itu, dicabutnya batang plastik itu dari lubang pelir Rudi dan dibukanya ikatan kakinya. Sapu tangan yang menyumpal mulut Rudi dikeluarkannya. Dipaksanya Rudi berdiri dengan telanjang bulat. Borgol tangan Rudi dibuka juga, tapi ia hampir tidak bisa berdiri tegak karena kesakitan.

“Kesini kau ” bentak Herman. Rambut Rudi ditariknya dengan kasar sehingga ia terhuyung. Diseretnya Rudi kebangku dan ditelungkupkan-nya badan Rudi dibangku kayu yang kasar itu.

“Ikat tangannya Roy, kita kerjain bajingan ini ” kata Herman kepada Roy. Rudi menelungkup pada bangku kayu itu dan kedua tangan Rudi diikatnya dikaki bangku sedang kedua kaki Rudi dibiarkan menggantung.

“Mandi ya” terdengar suara Roy dibelakangnya. Tiba-tiba terasa dingin dipantat Rudi. Rupanya Herman sedang menyemprotkan selang air ketubuh Rudi dan tiba tiba dimasukkannya ujung selang itu ke dalam lubang pantatnya.
“Enak nggak ?” tanya Herman sedang Roy tertawa terbahak-bahak.
Air yang bertekanan tinggi itu memasuki usus Rudi dan perutnya terasa kembung pelan-pelan. Mula-mula terasa nikmat ketika air mengalir memasuki lubang pantat Rudi. Lambat laun terasa perutnya mulas karena air sudah mulai memasuki usus besar Rudi. Rasa mulas makin melilit dan perut Rudi terasa hampir pecah terisi air. Rudi meronta-ronta tapi percuma saja karena tangannya terikat dibangku. Terasa kemaluan Rudi mulai menegang ketika penyiksaan itu berlang-sung.

“Kamu sering diperkosa laki-laki kan ?” tanya Roy.

Kemudian dicabutnya selang itu dari lubang pantat Rudi. Air keluar menyemprot keluar dari anusnya. Diinjaknya tubuh Rudi dan ditekan-tekannya punggung Rudi dengan kakinya sehingga keluar semua air dari dalam perutnya. Lalu sekali lagi ujung selang karet itu ditusukkan ke dalam lubang pantat Rudi, pelan-pelan dan sedikit demi sedikit ujung selang itu memasuki anusnya. Rudi mengerang karena rasa sakit yang luar biasa ketika ujung selang itu menyentuh bagian dalam anusnya. Kemudian ujung selang itu ditarik kembali dengan perlahan, dan sebelum keluar semua, ditusukkan kembali ke dalam anus Rudi. Kemalu-an Rudi terasa makin menegang dan berdenyut-denyut ketika ujung selang itu dipompakan kedalam duburnya. Tak terasa air yang memasuki usus Rudi kali ini, karena rupanya Herman sedang memperko-sa Rudi dengan selang air itu. Ditariknya dan ditusukkannya selang air itu berulang-ulang ke lubang pantat Rudi.

Akhirnya keran air dibuka lagi dan air masuk lagi keusus Rudi. Kali ini tekannya tidak terlalu tinggi, sehingga tidak terasa sakit, bahkan ada rasa nikmat ketika air mengalir perlahan lahan memasuki ususnya. Rasa dingin dan nyaman terasa ketika air mengalir dan menggesek bagian dalam anus Rudi. Tetapi lama kelamaan penuh juga perut Rudi terisi air dan rasa mulas kembali melilit. Akhirnya tidak tertahankan lagi rasa mulas dan sakit diusus dan perutnya sehingga Rudi terengah-engah kehabisan napas. Baru dicabutnya selang itu dan sekali lagi menyemprotlah air dari lubang pantat Rudi. Rupanya ia sedang membersihkan lubang pantat dan usus besar Rudi, sebelum memper-kosanya. Diinjaknya kuat-kuat punggung Rudi dengan kakinya sehingga Rudi mengerang kesakitan.

Sekali lagi air menyemprot keluar dari anus Rudi mengalir membasahi kedua kakinya. Tak lama kemudian terasa tangan Herman meraba-raba lubang dubur Rudi. Mula-mula jari telunjuknya dimasukkan-nya kedalam anus Rudi dan diputar-putarnya didalam. Ada rasa nikmat bercampur rasa sakit yang Rudi rasakan ketika telunjuk Herman menggesek bagian dalam duburnya. Kemudian dua jari dimasukkannya kedalam pantat Rudi. Mulai terasa sakit ketika dua jari itu masuk dan keluar lubang pantat Rudi. Terasa kemaluan Rudi menegang kembali dengan sendirinya. Ketika kedua jari itu berada didalam lubang anus Rudi, dibengkokkannya jari-jarinya dan dikorek-koreknya pantat Rudi sehingga Rudi menjerit kesakitan.

“Ampun…ampun Pak…. jangan Pak…. sakit….” Rudi menjerit-jerit. Keringat bercucuran dari badan Rudi menahan siksaan yang sadis itu.

“Ini baru jari, biasanya kontol laki-laki kan yang masuk ke pantat lu ” kata Herman dengan sinis. Ketika akhirnya dua jari itu dicabut dari lubang pantat Rudi, ia melenguh lega, karena lepas dari siksaan gila itu. Tapi kegembiraan Rudi tak lama, karena segera ia merasa ada benda kenyal memasuki lubang anusnya. Rupanya Herman sedang mencoba untuk memasukkan pelirnya yang sedang ngaceng itu kedalam dubur Rudi. Rudi berteriak kesakitan :

“Aaaahh…… jangan Pak….. ampun ….. jangan…..”

“Jangan pura-pura, lu kan doyan diperkosa.” kata Roy. Rasanya hampir robek lubang tubuh Rudi yang tidak terbiasa dilalui benda sebesar kemaluan Herman. Rudi meronta-ronta kesakitan, tapi Herman terus memaksa memasuk-kan batang pelirnya yang besar dan keras itu kedalam pantat Rudi. Karena tidak berhasil ia meludah ditangannya dan dilumurinya ujung kontolnya dengan ludah. Sekali lagi ditusuk-kannya batang pelirnya kedalam pantat Rudi. Rudi berteriak kuat-kuat :

“Aaaghhhhhh……..”

Tangannya memegang pinggul Rudi dan dengan perlahan dipaksanya batang pelirnya yang besar itu memasuki lubang anus Rudi. Kali ini pelirnya yang panjang itu masuk dengan mulus kelubang dubur Rudi. Pantat Rudi serasa terbelah dan Rudi merasa kesakitan yang luar biasa. Herman mencabut kembali kontolnya dengan perlahan dan kemudian menusukkannya kembali ke dalam dubur Rudi. Makin lama gerakannya makin cepat, sedangkan Rudi berteriak dan menjerit-jerit karena rasa sakit yang luar biasa dirasakan pada anusnya yang untuk pertama kalinya diperkosa.

“Fuck you, fuck you, uuuhhh ” Herman berteriak-teriak sambil terus memompakan batang pelirnya kedalam lubang pantat Rudi. Rudi terus menjerit-jerit dan merintih karena sakit yang luar biasa. Setiap kali Herman menekankan kontolnya yang besar itu Rudi memekik kesakitan, rasanya lubang duburnya hampir terbelah, panas dan sakit. Begitu kontol yang besar itu dicabut rasa sakit berganti rasa nikmat. Demikianlah sakit dan nikmat berganti-ganti terasa di dubur Rudi.

“Mampus lu, uuh….aaagghhh…….” Herman mengerang dengan nikmat. Roy yang berdiri didepan Rudi perlahan-lahan membuka celana coklatnya. Celana dalamnya yang putih dan ketat itu tidak dapat menampung kelamin Roy yang besar itu sehingga ujung kontol Roy tampak menyembul keluar. Bulu-bulu jembutnya yang lebat keluar dari sela-sela celana dalamnya yang ketat itu. Kepala pelirnya yang menyembul dari balik celana dalamnya nampak membesar. Pelan-pelan diturunkannya celana dalamnya dan dilepasnya. Batang pelir yang setengah tegang itu kini tampak seluruhnya. Kepala pelirnya besar dan berwarna merah tua, demikian juga buah pelirnya yang besar nampak menggantung. Sekali lagi bau laki-laki yang khas, bau peju dan kencing memenuhi lubang hidung Rudi.

Dibukanya pula baju seragamnya sehingga Roy kini berdiri telanjang bulat didepan Rudi. Badannya tegap dan atletis, perutnya berotot. Bulu dadanya tumbuh lebat, demikian juga jembutnya yang hitam lebat tumbuh mengelilingi kontolnya yang besar berwarna hitam, kontras sekali dengan badannya yang putih itu. Buah pelirnya yang besar menggantung dibawah batang pelir yang setengah tegang itu. Roy menggeser-geserkan kemaluannya kemuka Rudi. Dipukul-pukulkannya batang pelirnya ke muka Rudi sehingga cairan pekat diujung kontolnya terasa dipipi Rudi. Ditempelkan-nya ujung kontolnya kehidung Rudi. Bau mani kering dan bau kencing terpaksa dihirupnya juga.

“Jilat kontolku” perintah Roy dengan sadis. Karena Rudi diam saja, Roy menjadi marah. Dua jarinya dimasukkan kelubang hidung Rudi dan ditekannya kuat-kuat. Rudi menjerit kesakitan tapi ia tidak perduli dan tampaknya ia sangat menikmati penderitaan Rudi itu. Karena kesakitan sekali terpaksa Rudi menjilat kepala kelamin itu, baru kedua jarinya dilepaskan dari lubang hidungnya. Rasa asin dan bau kelamin laki-laki membuat Rudi hampir muntah.

“Jilat juga buah pelirku” kata Roy sambil mengerang-erang kenikma-tan.

Dengan menahan rasa muak Rudi menjilat juga kantong pelir Roy yang ditumbuhi bulu-bulu jembut kasar itu. Rasa asin dan bau kontol akhirnya tidak membuat Rudi muak lagi. Dengan paksa dibukanya mulut Rudi dengan jari-jari tangannya yang kuat dan dipaksanya Rudi mengisap batang pelirnya sementara Herman masih terus memperkosa pantat Rudi dengan kemaluannya yang besar itu. Dua kelamin laki-laki memasuki tubuh Rudi pada saat yang bersamaan, satu di mulut dan satu di pantat. Roy memompakan kontolnya kedalam mulut Rudi dengan sadis. Setiap kali batang pelirnya yang panjang itu mengenai tenggorok-an Rudi rasanya hampir muntah. Kedua tangannya memegang kepala Rudi dan menekan kepala Rudi kuat-kuat. Sementara Herman makin kuat menyetubuhi dubur Rudi. Tiba-tiba terasa semprotan air mani Roy memenuhi mulut Rudi, membu-at Rudi terbatuk-batuk. Roy masih memompakan batang pelirnya sambil menyem-protkan berkali-kali cairan putih yang kental dan berbau khas itu ketenggorok-an Rudi.

“Ah….ah….ah….oohhh….” Roy mengerang-erang ketika orgasme. Banyak sekali air mani Roy yang keluar. Rupanya sudah lama ia tidak mengalami orgasme.

“Telan semua, bajingan, telah semua maniku, awas kalau ada yang tumpah keluar, kuhajar kamu, bangsat.” bentak Roy dengan beringas. Rambut Rudi ditariknya dan ditekannya kuat-kuat kepala Rudi sehingga kemaluannya masuk semua kemulut Rudi. Dengan tersedak-sedak terpaksa Rudi menelan semua air mani Roy yang terasa asin dan berbau khas itu. Roy tertawa puas sambil mencabut alat kelaminnya dari mulut Rudi dan dioles-oleskannya sisa air maninya kemuka Rudi. Sementara itu Herman masih terus menyetubuhi dubur Rudi dengan alat kelaminnya yang besar itu. Tangannya kadang-kadang memukul pantat Rudi sehingga lubang pantat Rudi mengkerut dengan sendirinya.

Tangan kanannya memegang batang pelir Rudi dan mengocoknya pelan-pelan. Kadang-kadang buah pelir Rudi diremas-remasnya dan kembali kontol Rudi dilocoknya. Lambat laun gerakannya makin kuat, rasa sakit dan nikmat yang Rudi rasakan membuat ia terengah-engah. Rasa sakit dilubang pantat Rudi diimbangi dengan kenikmatan pada batang pelirnya yang sedang dikocok Herman membuat kombinasi rasa yang susah dilukiskan. Akhirnya terasa air mani Rudi hampir keluar dan tak tertahan lagi menyemprotlah air maninya keluar dan berceceran dilantai.

“Aaaaagghhhhhhhh…………..” Rudi melenguh panjang dan pada saat itu juga Herman mencapai orgasme dan maninya menyemprot dengan kuat beberapa kali dalam lubang pantat Rudi. Setelah mengejang beberapa kali dicabutnya dengan kasar batang pelirnya. Terasa oleh Rudi cairan kental keluar dari anusnya mengalir di kedua kakinya.

Nb : Hey semuanya salam kenal… saya adalah penggemar cerita serial gay di indonesia. jika kalian pernah mengikuti serial seperti Cowok Rasa Apel yang sekarang sudah sampai ke sesi ke tiga… saya ingin menyarankan sebuah serial berjudul pelepasan yang mungkin lebih terkesan dewasa dan apa adanya, saya memang baru membaca sampai ke episode ke 8 (atau remah ke 8- jika mengambil istilah dari blog tersebut) tapi menurut saya kisah yang ditulis di sana cukup mengesankan dan menjanjikan untuk diikuti kelanjutannya.
salam. lelaki Jogja. ,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts