cerita sex gay; FUCK ME HARDLY

cerita sex gay; FUCK ME HARDLY

Satu menit sudah berlalu.

Aku dan Kunto saling terdiam. Kami seolah kehabisan bahan pembicaraan. What should we talk about? Aku tak biasa bertanya terlalu mendalam ke masalah pribadi seseorang yang baru ku kenal.

“Mas …”

Kunto terdiam. Dia malah sibuk memijit leher bagian belakangnya. Matanya cuma terlihat putihnya saja. Astaga naga. Itu kelakuan demit kalau mau memutuskan lehernya sendiri dan mulai menyerang musuhnya.

“Mas Kunto … kamu kenapa, mas?” kataku seraya mendekatinya.

“Stop pak”

Aku menghentikan langkahku . Sepertinya dia serius sekali. Aku mulai bergidik. Badanku lemas. Tengkukku mulai terasa dingin. Seperti ada segumpal es batu yang tertahan di tengkukku.

“Hahahaha … kenapa pak?” tanyanya menggelegar.

“Astagfirullah. Aku takut mas kenapa-kenapa?”

“kenapa”

“Enggak sih”

“Pak …,” Kunto meraih tanganku dan menarikku ke dekatnya.

Matanya memandang ke dalam mataku. Mukanya serius sekali menatap dahiku, hidungku dan bibirku. Aku balik menatapnya dalam-dalam. Tuhan, kenapa aku jadi luluh dalam pandangan matanya seperti ini?

“Pak begitu, kan?”

“Maksudmu apa?”

“Bapak juga gini kan?”

Kunto berdiri dengan secepat kilat. Tangannya memeluk tubuhku. Tubuh kami saling berpelukan. Aku ragu meraih tubuhnya. But I can’t lie, I wanna make love with him. I really want him now.

“Hhh …” jawabku lemah.

Bibir Kunto sudah melumatku dengan ganasnya. Aku tunduk dengan kekuatannya ini. Aku membalas kecupannya dengan lemah. Aku masih tak percaya dia melakukan ini padaku.

“Pak … cium aku mesra”

Kutampar wajahnya dengan keras sekali. Kunto terhenyak. Dia seperti terkaget dengan tamparanku. Aku serius menamparnya. Aku tak suka diperlakukan begini. Aku benci pria-pria yang seperti ini. Inilah yang kusebut Pria ASU.

“Maaf, pak. Saya khilaf”

Kunto terduduk di ujung dipan. Matanya tertuju ke bawah tanah. Dia seperti malu. Malu setengah mati. Lelaki mana yang tak malu kalau birahinya tertahan atau tertolak. Hanya lelaki tolol saja yang menerima kala gairahnya tertolak.

“Saya nggak suka mas Kunto begini”

“Ngapunten pak. Saya kira bapak begini”

“Emang saya kelihatan seperti itu?”

“Endak pak”

“jadi itu kenapa mas ngajak saya ke sini?”

“Mboten, pak”

“Saya kira mas memang mau nolong saya”

“Enggih pak”

“Trus ini balasannya? Kamu salah, mas! ”
“Maaf pak”

“Kamu tahu salahmu, mas?”

“Nggih pak”

“OPO?”

“NYIUM Pak tadi”

“Dudu kuwi!”

“trus nopo pak? Tanyanya dengan polosnya.

“Salahmu cuma satu.”

“Nggih pak?”

“Kenopo nggak bilang dari tadiiiiii?”

Hahahahaha …

Aku langsung memeluk Kunto. Aku memeluknya dengan erat. Tak kupedulikan bau badannya yang kecut seperti luwak. namun Kunto tak kunjung membalas pelukanku. Dia seperti masih tertegun. Bisa jadi dia kapok aku begitukan tadi.

Berikutnya, kami bercinta.

Di dapur, di kamar mandi dan di kamar depan. Harus kuakui, badannya yang seperti kerbau ini seperti mengandung magnet. Sekali menempel, ingin terus menerus menempel ke tubuhnya. Aku mencandu tubuhnya ini.

Bibirnya yang tebal itu terasa dasyat kala menyentuh bibirku, leherku, putingku dan sekujur lapisan kulit penisku. Aku mengerang tak tertahankan lagi kala dia mulai menjilati seluruh tubuhku. Tak terkecuali lapisan pantatku. Gosh … lidah ndeso tapi berskala international.

Gaya Kunto sudah kayak pemain film blue professional.

Bagaimana cara dia memperlakukanku sudah seperti bintang-bintang porno kelas atas. Aku merasa sangat puas dengan ciumannya. Aku merindukan dekapan hangatnya. Aku menginginkan gerakan liar tubuh telanjangnya yang naik turun di atas tubuh telanjangku.

Kupastikan kami orgasme di setiap tempat permainan.

Tapi hey … tak lengkap rasanya kalau tak merasakan penisnya yang tebal dan panjang itu menembus pantatku. Aku ingin terkoneksi dengannya. Satu satunya cara adalah penisnya harus menembus anusku. Rasaku sudah tak tertahan lagi.

Sudah kusentuh-sentuhkan ujung anusku di hadapan sang monster.

Hah. Sang monster cuma tersenyum sinis sambil melengos. Hey … monster, segera tusuk diriku, segera koneksikan dirimu dengan diriku. Aku ingin kamu dan aku segera menyatu dalam satu alunan nada cinta.

Sang monster bergeming.

“KUN … fuck me”

“pak mau saya tusuk?”

“Hmm … iya”

“Yakin, bapak mau saya masuki?”

“Yes. Do it”

“Duit?”

“Haish. Cepet masukkan kunto sayang”

“Pak …”

“Iya”

“Kerjakan, mas”

“Saya bottom, pak”

WHAT!!!!!

hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi “Serial Pelepasan” dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :),,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts