CERITA SEX INSPIRATIF

CERITA SEX INSPIRATIF

Setiap Peristiwa bisa sangat berarti dalam hidup kita, semuanya tidak terkucuali, bahkan Kisah Sex Kehidupan Kita pun bisa jadi sebuah inspirasi positif dikemudian hari seperti kisah sahabat kita ini.

berikut kisahnya

DINYATAKAN MENGANDUNG Anggia (24), Ibu Rumah Tangga
“Sebenarnya, suami saya, Adithya, sempat ragu dan enggan bercinta sejak tahu saya dinyatakan hamil oleh dokter. Alasannya tentu saja karena ia tak ingin aktivitas kami itu menimbulkan bahaya pada janin saya. Hal ini berlangsung selama beberapa waktu sampai ia mendengar langsung perkataan dari dokter kandungan, bahwa berhubungan intim di tengah kehamilan itu sama sekali tak berisiko. Ia jadi tak takut bercinta lagi, walau dengan frekuensi yang berubah-ubah.Tiga bulan pertama kami jarang melakukannya karena ingin menjaga kandungan yang masih muda, bahkan nyaris tidak sama sekali. Selain itu, saya juga mengalami mual yang hebat. Jangankan bercinta, disentuh atau dipeluk saja saya tidak mau. Memasuki bulan keempat hingga keenam, kami mulai kembali rutin berhubungan intim tiap dua sampai tiga hari sekali. Nah, setelah itu frekuensi bercinta kami menurun lagi akibat saya makin sulit bergerak mengingat kandungan yang sudah mulai menua, paling hanya satu atau dua kali seminggu. Dengan kandungan yang kini sudah berusia delapan bulan, otomatis posisi bercinta juga tak seluwes biasanya. Sejak perut saya membesar, posisi yang bisa bikin saya dan suami sama-sama merasa nikmat adalah woman on top atau gaya spoon alias menyamping yang bikin ia leluasa memeluk saya dari belakang, hehehe. Bercinta saat hamil itu sangat perlu karena situasi hati ibu hamil yang cepat berubah, alias penuh ‘drama’. Dengan berhubungan intim, ibu hamil tidak akan merasa kesepian dan tetap disayang suami.”
“Saat sedang mengandung, libido jadi bertambah, apalagi selepas bulan ketiga!”
…ARGUMENTASI PENUH AMARAH Senni (25), Pebisnis
“Jika bicara tentang aksi bercinta, saya yakin semua orang hanya akan ingat rasa nikmatnya! Bahkan dalam kondisi kepala dan hati yang terbakar api emosi sekalipun, masalah yang melanda bisa hilang berkat seks yang malah makin panas.Hahaha! Nah, untunglah saya ini termasuk wanita yang mudah dirangsang. Jadi ketika Pram merayu saya yang sedang emosi, saya pasti langsung luluh! Hal itu pernah terjadi satu waktu dan adegan ranjang kami justru terasa makin panas, plus gairah saya melebihi biasanya! Saat itu saya merasa jadi wanita yang lebih kejam dan kuat, ini terbukti dari durasi permainan kami yang jadi lebih lama dibanding biasanya. Saya bukan tipe wanita yang puas dengan satu gaya saat bercinta. Ini juga merembet ke momen saat saya bercinta sembari marah. Bisa-bisa empat hingga lima gaya kami lakukan dalam satu ronde! Dalam kondisi tersebut, saya jadi ‘sewenang-wenang’ terhadap suami di atas ranjang dan hal itu bikin saya jadi lebih muda mencapai orgasme berkali-kali. Lagipula, saya sangat suka bad boy, dan wajah bengis Pram saat bercinta penuh amarah itu bikin saya berfantasi bahwa ia adalah sosok pria lain yang tidak saya kenal. Luar biasa rasanya! Masalah kami pun jadi lebih mudah untuk diselesaikan karena bisa bicara sambil bermesraan di tempat tidur. Kami pun jadi lebih intim. Selain itu, bercinta saat sedang bertengkar itu biasanya bikin masalah yang sama tidak akan terulang lagi esok harinya.”
“Bercinta saat sedang bertengkar itu enaknya dua kali lipat!”
…BERCERAI KEMUDIAN MENIKAH LAGI, Ririn (31) Course Coordinator
“Pernikahan pertama saya terjadi pada tahun 2003. Karena alasan tertentu, kami memutuskan bercerai pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2007 saya membina rumah tangga kembali dengan seorang pria. Dulu dengan suami pertama, prinsip saya lebih kepada ‘membina keluarga yang baik’. Istilahnya, seks yang terasa tak enak tak jadi masalah asal rumah tangga kami baik-baik saja. Dengan kata lain, dulu yang saya cari adalah Mr. Right. Tapi sekarang, lain cerita. Yang saya cari ialah Mr. Right Now, sehingga seks yang tak enak jelas akan jadi masalah. Bisa saya bilang, kini yang terpenting ialah cita rasa bercinta. Dan saya percaya, jika kami berdua merasakan kepuasan di atas ranjang, maka rumah tangga kami pun pasti harmonis. Saat pertama kali berhubungan suami-istri dengan suami kedua saya ini, saya tak merasa deg-degan seperti saat pertama kali melakukannya dengan suami pertama dulu. Ditambah lagi, suami kedua saya ini lebih hardcore, beda sekali dengan suami pertama yang cenderung konservatif. Kalau dulu saya cuma bisa melakukannya di atas tempat tidur, di malam hari menjelang tidur, dan dengan posisi yang itu-itu saja, sekarang saya selalu bisa melakukannya kapanpun dan di manapun berkat suami saya kini. Ia lebih ekspresif dan bikin kehidupan seks saya kini terasa lebih menantang! Yang jelas saya bisa bilang bahwa momen perceraian yang terjadi di dalam hidup saya beberapa tahun silam itu tak selamanya harus diartikan sebagai memori negatif. Ada hikmah yang telah saya dapatkan akibat kejadian itu. Berkat itu pula, kini saya bisa membina hubungan dengan pria lain yang ternyata justru bikin saya lebih bahagia. Termasuk dalam urusan seks, sifat hardcore itu bikin saya makin pintar dalam urusan bercinta, terlebih karena ia bikin saya berani mencoba adegan-adegan ranjang ekstrem ala film panas. Haha….”
“Suami pertama saya konservatif, sementara yang kedua sangat hardcore. Adegan ala film panas sudah kami coba semuanya!”
…BOBOT BERKURANG 30 KG, Dini (32), Marketing Director
“Sehari sebelum melahirkan di tahun 2006, berat saya 83,5 kg! Setelah itu, saya melakukan diet selama enam bulan hingga berhasil mencapai bobot 68 kg. Bahkan di tahun 2008 tubuh saya sempat turun drastis sampai tersisa 48 kg saja! Hal ini bikin teman-teman, keluarga, dan suami saya protes karena mereka bilang saya tampak seperti orang yang kekurangan gizi. Akhirnya saya putuskan untuk menambah berat badan, tapi malah bablas dan menanjak jadi 59 kg. Hahaha…Kini berat badan saya stabil di 51-52 kg. Naik turunnya bobot tersebut jelas berpengaruh terhadap grafik seksual saya dengan Dandy, suami saya. Pertama kali bobot saya turun drastis, yaitu ketika mencapai 48 kg, kehidupan seks saya dengan suami benar-benar penuh sensasi. Jadi tambah seru dan saya tak takut lagi dengan nyala lampu kamar yang bikin tubuh saya terlihat jelas! Dengan bobot badan saya yang kini sudah stabil, saya merasa jauh lebih nyaman, percaya diri, dan makin mudah mempraktikkan segala posisi bercinta. Coba bayangkan jika suami Anda harus memangku tubuh yang terlalu berat ketika posisi woman on top. Bukannya nikmat, tapi malah jadi kejang otot! Bahkan posisi paling dasar seperti misionaris pun bisa terasa tak mengenakkan akibat hujaman-hujaman suami yang malah bikin daging berlebih di tubuh bebas bergoyang ke sana ke mari. Atau lemak yang bergelayutan di perut ketika sedang melakukan doggy style, oh tidak! Nah, dengan kondisi badan yang sekarang ini, suami saya pun jadi lebih mudah untuk membolak-balik atau membanting badan saya di atas tempat tidur hanya menggunakan satu tangannya, hahaha!Bagi saya, bentuk tubuh seorang wanita dalam berumah tangga itu sangat penting. Bukan apa-apa, ya, tapi fondasi keharmonisan suami istri itu adalah rasa nyaman terhadap satu sama lain. Tentu saja salah satu cara dapatkan rasa nyaman itu melalui seks. Bercinta itu bukan hanya kebutuhan biologis, tapi juga penting untuk menjaga ikatan emosional suami dan istri. Di hari ulangtahun pernikahan kami yang ke-7 pada April lalu, berat badan saya 3 kg lebih ringan ketimbang saat menikah. Ini jelas jadi kebanggaan tersendiri, apalagi untuk ibu beranak satu seperti saya. Selain untuk urusan tempat tidur, badan saya juga terasa jauh lebih sehat.”
“Suami saya jadi lebih mudah membolak-balik atau membanting tubuh saya”
…MELAHIRKAN LALU MEMASANG ALAT KONTRASEPSI, Sazkia (27) Ibu Rumah Tangga
Pada 17 Oktober 2011 saya melahirkan anak pertama dengan proses normal. Saya mengalami masa nifas selama 60 hari, sehingga dalam kurun waktu tersebut sama sekali tidak melakukan hubungan seks dengan Rino, suami saya. Kami terakhir bercinta sehari sebelum saya melahirkan. Saat hendak kembali menghidupkan letup-letup asmara pasca proses persalinan itu, terus terang saya merasa agak takut dan ragu. Bentuk badan memang telah kembali, tapi tak bisa dipungkiri perut saya kini sudah tak sekencang dulu. Apalagi, saya baru memasang alat kontrasepsi berupa spiral di dalam organ intim saya. Saya agak takut itu akan mengganggu kenyamanan dan kenikmatan kami, terutama bagi Rino. Ada yang bilang, pemasangan spiral oleh dokter yang kurang andal bisa berdampak pada efek ‘mengganjal’ saat joystick si dia berada di dalam organ intim. Tapi mau tak mau, kami harus mencobanya. Setelah menidurkan bayi kami di satu malam, saya dan Rino bercakap-cakap membicarakan suatu hal. Pembicaraan itu kemudian berlanjut ke arah saling cumbu, foreplay, lalu terjadilah hubungan suami-istri pertama kami setelah melahirkan dan memasang spiral. Setelah itu saya bertanya, ‘Apakah spiral membuatnya terasa aneh?” Dia jawab, “Nggak kok, biasa saja.” Saya jadi lega.Soal bentuk perut yang sudah berubah itu, saya menanamkan pikiran bahwa kehamilan tersebut merupakan hal yang diinginkan oleh kami berdua, bukan oleh saya atau Rino saja. ‘Konsekuensi’ perubahan fisik ini pun tak boleh jadi beban saya seorang diri. Dan mengenai kebiasaan seks, hampir tak ada yang berubah di ranjang kami. Kami akhirnya kembali pada posisi misionaris yang dulu sering kami lakukan sebelum saya hamil. Ya, selama saya mengandung kami memang lebih terpaku pada posisi woman on top demi kesehatan si janin. Kini Rino pun jadi lebih berhati-hati saat tengah ‘memasuki’ saya, mungkin karena ia takut saya merasa kesakitan. Selebihnya, nikmat yang terasa tak berkurang!”
“Awalnya saya takut spiral di dalam organ intim saya ini ‘mengganjal’ kenikmatan suami saya”
…BESTATUS SEBAGAI ISTRI, Bunga (25), Mahasiswi S2
“Seusai pesta pernikahan, saya dan Dika, suami saya, pulang ke hotel dengan kondisi fisik letih. Setiba di kamar, gempuran rasa lelah ternyata tak sanggup mengalahkan hasrat kami yang ingin lalui malam pertama sebagai pengantin baru. Kami berendam bersama di bathtub hotel untuk beberapa lama dan beranjak tidur setelahnya. Tapi, yah, mungkin karena didorong oleh insting paling mendasar sebagai manusia, akhirnya kami tetap habiskan malam itu dengan bercinta untuk pertama kalinya! Rasanya? Antara senang, sakit, dan ‘plong’ bercampur jadi satu. Walau tidak pernah mengira rasa sakit yang mendera saya akan sebegitu hebatnya, toh, semua sirna berkat luapan cinta kami yang dahsyat. Sama sekali tidak ada rasa beban atau takut karena aksi perdana kami itu mengalir begitu saja. Kami yakin bahwa seks akan terasa indah pada waktunya dan itu terbukti di malam pertama. Rasanya lembut, menggoda, dan alurnya lambat hingga kami bisa menikmati tiap detiknya. Lucunya, karena kami bercinta setelah mandi, saya sempat menggigil kedinginan dan tak sabar untuk berlindung di balik selimut, hahaha…Hubungan seks itu bikin ikatan kami menjadi lebih mendalam. Melalui tiap sentuhan fisik, kami bisa ungkapkan perasaan tanpa batas dan saya merasa kami makin merasuki satu sama lain. Saya jadi lebih mampu mengecapi perhatian Dika yang makin nyata dan jelas bertambah. Begitupun dengan saya yang merasa sudah menyerahkan diri sepenuhnya. Efek hubungan seksual ini bikin saya sadar bahwa posisi suami saya kini sudah berubah, yaitu sebagai kepala yang harus saya hormati. Makna hidup saya kini adalah untuk melayani Dika, juga bikin saya bisa mengurangi jiwa pemberontak yang saya miliki! Intinya, kami jadi dua pribadi yang makin saling memahami, di atas ranjang dan berlanjut di tiap sudut kehidupan rumah tangga kami.”
“Menjaga apa yang saya punya untuk diserahkan sepenuhnya kepada suami bikin seks jadi terasa magis!”

jika kita bisa mengambil sisi positifnya maka yang namanya sex bukanlah hal negatif bagi telinga kita. semoga bermanfaat.
bersambung
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts