Cerita Gay – hadiah untukku

CERITA SEX GAY,,,,,,
Setelah lulus kuliah
dan bekerja sebentar di Inggris, aku
berencana untuk memberikan hadiah
untuk diriku sendiri yaitu keliling Asia selama beberapa waktu, dimulai
dari China, Hong Kong, Thailand,
Vietnam, Kamboja, Singapore, dan baru
kembali ke Jakarta. Tempat pertama
yang kukunjungi adalah Hong Kong
karena selain dapat ‘pulang’ bersama
dengan teman – teman Hong Kong,
penerbangan Inggris – Hong Kong pun
juga sangat mudah. Dari sana, aku
berangkat sendirian ke kota – kota
kecil di China dan barulah tiba di
Beijing. Cuaca panas terik yang
membakar sudah terasa begitu tiba.
Walau masih sesama negara, namun
kota bagian lain tidak sepanas ibukota.
Bukan karena polusi udara atau
pembangunan yang tinggi, tetapi lebih
dikarenakan angin yang bertiup dari
gurun pasir di arah Timur. Dengan baju
santai dan celana kain panjang yang
pas di tubuh, aku memulai ‘perjalanan
sejarah’ dari sebuah taman yang
dulunya merupakan tempat berdoanya
sang kaisar dengan para biksu. (Temple
of Heaven) Sebelum masuk ke taman
tersebut dan ingin membeli tiket
masuk, seorang anak muda (seumuran
denganku) menghampiri dan mengajak
berbicara dalam Bahasa Inggris yang
kurang lancar (namun dimengerti).
“Namaku Jack. Butuh tour guide?”
Tanyanya.
“Boleh juga.” Dalam taman, kami
berkeliling sambil ia menjelaskan
semua sejarah dibaliknya. Ia juga
menawari untuk berkeliling ke tempat
– tempat lain. Dengan tinggi kurang
lebih 178cm dan berat yang ideal,
penampilan yang keren (tidak seperti
anak muda lainnya di Beijing saat itu),
dan raut wajahnya yang charming,
siapa yang menolak untuk ditemani
‘kencan’? Ketika ingin mengambil
minuman, buku guide yang kupegang
jatuh dan tiket gay bar yang aku
kunjungi malam sebelumnya serta dan
sebungkus kondom (bungkusnya saja)
yang kujadikan pembatas buku jatuh
berserakan. “Kamu ke tempat ini ya
tadi malam?” Tanya Jack.
“Err, iya. Kamu juga?”
“Iya. Acara tadi malam bagus ya?
Berarti kamu….” Sebelum ia bertanya
selesai, aku meng-iyakan
pertanyaannya. Kami berdua
tersenyum. Memang, jika dilihat kami
berdua bukan tipegay yang mudah
ditebak dari luar. Hubungan kami tetap
professional setelah itu walau terjadi
pembicaraan – pembicaraan yang
nakal (normal aku rasa untuk kita
semua). Kudapati ternyata ia masuk
kuliah dan mencari uang tambahan
agar dapat meneruskan sekolahnya di
Amerika. Keesokan harinya, ia
membawaku ke Istana Terlarang
(Forbidden City). Disana kami melihat
begitu banyak istana dan ruangan
yangdigunakan oleh kaisar untuk
bekerja dan ‘bermain’. Aku pun
mengusilinya dan berkata, “Apakah
enak untuk ‘bermain’ disini?”
Kamihanya tertawa. Dibawah sinar
matahari yang terik, keringat
bercucuran. Aku menjadi sedikit
bergairah ketika melihatnya
mengelapkeringat di lehernya. Ingin
rasanya kucium dan merasakan wangi
tubuhnya yang alami. Kulihat ia juga
sedang bergairah dibawah celana
kainnya. Sesekali ia kugoda dan ia
membalasnya. Dari Forbidden City
kami menuju ke Daerah Tua, suatu
daerah dimana orang – orang Beijing
ini masih tinggal dengan keadaan
sama persis dengan ratusan tahun
yang lalu. (Hutong area) Ketika sedang
beristirahat di daerah yang benar –
benar sepi aku mulai meraba
pundaknya lalu ke tangannya. Ia tidak
menolak bahkan terlihat malu – malu.
Kita berdua lalu ke wc umum dimana
wc ini hanya digunakan untuk
penduduk sekitar untuk mandi dan
lainnya. (Untungnya bersih.) Aku
langsung memeluknya dan ia mulai
membuka celana yang kukenakan.
Tidak mau kalah, aku juga
menurunkan celana kain yang ia
kenakan. Tidak lama, kulihat batang
penis berwarna putih kemerahan
sedang berdiri tegak dengan ukuran
standard. Ia terkagum melihat punyaku
yang memang jauh diatas ukuran
orang Asia. Sambil mencium, ia
memainkan penisku dengan cepat
namun lembut. Aku kemudian
mencium lehernya yang sudah
kutunggu dari tadi. “Arrgh, nikmatnya.
Aku sudah menunggu hal ini dari tadi,”
komentarku. “Aku juga. Hmm,
ciumanmu membuatku makin
bergairah.” “Boleh kuisap?” Tanyanya.
“Jangan ditunggu lagi. Please, cepat.” Ia
menghisap penisku seperti memakan
Ping Tang (permen khas China yang
terbuat dari buah yang dilapisi gula
caramel). Tidak kusangka bahwa ia
sangat pintar memainkan penis. Semua
letak sensitive-ku dimainkan tanpa
terlewati sedikit pun. Aku tentu juga
ingin menikmati Ping Tang asli khas
Beijing. Aku menuntunya ke atas dan
langsung menghisap Ping Tang yang
khas. Sayangnya, dia cepat
berorgasme. Pejuhnya bermuncratan di
dalam mulutku. Tadinya ingin kubuang
tapi ia langsung menciumku dan
menelan sperma-nya sendiri sambil
mengocok penisku. Kaget tetapi timbul
sensasi baru. Setelah aku memberi aba
– aba bahwa aku akan keluar, dia
langsung jongkok dan menghisap
penisku kembali. Seperti kata pepatah
orang China, “Setetes darah adalah
perjuangan.” Untuknya, “Setetes
sperma adalah perjuangan (sex).” Kita
keluar dari wc tersebut dengan santai.
Sore telah tiba dan kami makan di
sebuah restoran Korea barbeque sambil
minum bir.Beberapa makanan khas
untuk penambah ‘gairah’ juga kami
pesan. Awalnya kami pesan hanya
untuk makan saja, tanpa ada unsur
‘gairah’ sedikit pun. Setelah makan, aku
mengajaknya ke kamar hotelku. “Mau
nginep disini? Besok kamu juga tidak
kuliah kan? Lebih enak tidur bersama
daripada sendirian nih.” Tanyaku.
“Tapi takutah. Nanti aku diapa-apain
lagi.” Ledeknya. “Yang takut itu aku.
Bisa – bisa aku diapa-apain sama
kamu. Eh, mau mandi gak?” “Bareng?”
“Gak mau juga gak apa apa sih….”
Jawabku santai sambil menuju ke
kamar mandi. Ia mengikuti dan mulai
membuka bajuku satu per satu.
Setelah aku telanjang bulat, aku mulai
membuka miliknya. Di bawah air
hangat kita saling mencumbu dan
membersihkan tubuh masing – masing.
Setelah handukan, kami keluar
bersama dan ia langsung
mendorongtubuhku ke ranjang. Ia
langsung mencium punggungku. “Ahh,
ahhh, terusin dong, Jack.” Dengan
keadaan nungging ia menempelkan
penisnya ke pantat sambil mencium
kupingku dengan tangan yang sedang
mengocok penisku. Aku hanya bisa
pasrah dan mengiijinkan ia melakukan
apapun yang ia ingin lakukan. Ia
kembali menciumi punggungku
perlahan turun ke bawah hingga ke
lubang anal. “Arrh…” Aku hanya bisa
berteriak merasakan kenikmatan yang
ia berikan. Aku berbaring sambil
melihatnya. “Jilatanmu membuatku
gila.” “Suka? Boleh aku masukin ke
kamu?” “Boleh saja, tapi nanti gantian
ya?” “No problem,” Jawabnya sambil
mencari kondom dan pelumas dalam
tasku. Ia memulai aksinya dan
langsung mengangkat kakiku. Dengan
tangan yang berlumuran gel, ia
melumuri penisnya yang sudah
bersarungkan kondom rasanya mint.
Dengan perlahan ia memasukan
penisnya. “Ah, dingin sekali.”
Komentarku. Beberapa gaya kami
lakukan namun tidak semua jurus
dikeluarkan, kalau tidak apa yang nanti
bisa dilakukan pada saat aku
melakukannya? Dihadapannya, kulihat
ia masih memompa penisnya dengan
semangat. “Aku ingin keluar.” Aku
menghentikan gerakannya dan
mencabut penisnya dan kubuka sarung
kondom yang ia gunakan. Aku
mengocoknya dengan cepat dan
tersemburlah cairan hangat yang
kental. Tidak sabar untuk melanjutkan
kenikmatan kembali, aku langsung
mengenakan kondom mint. “Ayolah.
Please, f*** me hard. Tidak usah pakai
pelumas lagi. Aku ingin merasakan
kerasnya penismu di dalam aku.”
Seperti yang ia inginkan, aku langsung
memasukan penisku yang tegang
keras. Ia nampak kesakitan dan ingin
kukeluarkan namun tidak
diperbolehkan. “Terusin, please.” Aku
mulai melakukan semua gerakan dan
mencoba aneka gaya yang belum
kami lakukan. Sambil memasukan dan
mengeluarkan penisku dilubangnya,
aku memainkan penisnya yang
setengah tertidur. “Ummph…aku mau
keluar, Jack.”
“Keluarin di dadaku ya.” Aku mencabut
penisku dan ia mengocoknya untukku.
“Ah…ahh…” Spermaku berhamburan di
dadanya. Ada yang muncrat mengenai
mukanya.Walaupun sudah di tetes
terakhir ia tidak ingin berhenti
mengocok dengan kerasnya di kepala
penisku yang sudah berwarna
keunguan itu. Aku merasa sedikit
kegelian dan ia kembali menghisap
penisku untuk merasakan tetes
terakhir. Kami bilas dan tidur bersama.
Selama seminggu ia bersamaku dan
sebagai imbalan untuk ‘kerja kerasnya’
aku memberikan dia uang lebih agar ia
bisa mencapai cita – citanya. Kami
masih terus berhubungan dan hingga
saat ini jika aku ke Beijing, kita pasti
meluangkan waktu untuk bersama
namun tidak pernah membahas masa
lalu.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts