Cerita Gay – Petualangan Anak Desa

CERITA SEX GAY,,,,,,,,,,

Jamal adalah sosok anak desa di
perbatasan DKI dan Kabupaten Bogor.
Usianya baru 17 tahun dan dia duduk
di kelas II MTs. Kehidupan di desa itu
sangat sepi, jauh dari hingar
bingarnya kehidupan kota besar.
Hiburan utama bagi warga desa
adalah siaran TVRI dan beberapa
televisi swasta yang dapat ditangkap
di desa itu. Sesekali ada panggung
hiburan dangdut atau layar tancap
apabila ada warga yang
mengadakan pesta khitanan atau
pernikahan. Tapi tidak berarti
kehidupan Jamal di desa terasa
hambar dan membosankan.
Pada usia pubernya itu secara alami
Jamal mulai merasakan gejolak sex
yang menggebu. Tapi dia belum
berani melampiaskan nafsu birahinya
itu dengan lawan jenisnya. Selain
takut resiko kehamilan, kata guru
ngajinya, dosa berzina adalah empat
puluh tahun. Maka sejak mimpi
basahnya yang pertama kira-kira dua
tahun yang lalu, seperti umumnya
remaja sebayanya, dia biasa
merancap sedikitnya seminggu dua
kali untuk menyalurkan kebutuhan
biologisnya itu. Akhir-akhir ini dia
mulai bosan merancap, tapi dia tidak
tahu cara lain yang aman, praktis
serta nikmat untuk memuaskan
hasrat birahinya. Kehidupan sex Jamal
berubah drastis secara tidak sengaja
pada suatu hari.
Siang itu dia sedang
menggembalakan kambing di tepi
hutan di dekat desanya. Dia ditemani
Wani tetangganya siswa kelas II SMP
yang baru berusia 15 tahun. Kedua
remaja itu duduk berdampingan
bersandar di sebuah pohon besar
yang rindang. Tiba-tiba seekor
kambing jantan tampak
menunggangi seekor kambing betina.
Jamalpun terangsang. Perangkat
birahinya langsung tegang di balik
celananya. “Wan, sialan tuh kambing!
Bikin gue ngaceng!” katanya. Wani
terkenal jahil, badung dan cuek. Dia
segera memasukkan tangannya ke
celah celana pendek Jamal yang
longgar, lalu meraih dan
menggenggam perangkat birahi
Jamal yang tegang sepanjang 12 cm
dengan diameter sekitar 2 1/2 cm.
“Ooohh!” desah Jamal lembut
merasakan nikmatnya kehangatan
genggaman Wani pada batang
kejantanannya itu. Jantungnya
berdebar dalam perasaan tak
menentu. Bingung, suka, takut, nafsu,
malu dan penasaran berbaur jadi
satu. Tapi dibiarkannya Wani
memainkan perangkat birahinya
sambil menunggu apa yang akan
terjadi selanjutnya. Kepala
kejantanannya segera basah oleh
cairan yang bening dan lekat.
Wani menanggalkan celananya.
Seperti anak desa lainnya dia tidak
pernah mengenakan celana dalam.
Perangkat birahinya yang sudah
tegang langsung utak-atik di pangkal
pahanya. Jamal kaget melihat batang
kejantanan Wani yang sangat besar
untuk ukuran remaja kecil seusianya.
Panjangnya mencapai 16 cm dengan
diameter hampir 3 cm. Bulu
kemaluannya masih halus sehingga
tampak janggal dengan perangkat
birahi sebesar itu. “Mal, yuk kite
maen kawin-kawinan kayak
kambing ntu!” ajak Wani dengan
suara gemetar akibat nafsu
membara. Jamal segera
menanggalkan celana pendeknya.
Wani menyuruhnya berdiri sambil
membungkukkan badannya. Jamal
menurut saja. “Jangan dimasupin ye
Wan!” katanya cemas mengingat
batang kejantanan Wani yang luar
biasa besar itu. “Kagak!” kata Wani
lalu menyelipkan perangkat birahinya
di belahan buah pinggul Jamal.
Belahan buah pinggul Jamal kembang
kempis seperti empot ayam
menjepit-jepit batang kejantanan
Wani yang terasa hangat mengganjal
sehingga Wani mendesah lembut
merasakan nikmat. Naluri Wani
membuatnya segera menggoyang
pinggulnya menggesek-gesekkan
batang kejantanannya sambil
mengocok batang kejantanan Jamal
dalam irama gerak yang sama. Makin
lama makin cepat. Wani tidak
mampu lagi membendung luapan
birahinya. Tubuhnya gemetar,
kakinya kejang lalu dia terkulai
lemas di atas tubuh Jamal dengan
nafas tersengal-sengal sementara
batang kejantanannya berdenyut
mengeluarkan semburan demi
semburan air maninya yang kental
kekuningan membasahi buah pinggul
Jamal.
Merasakan hangatnya luapan birahi
Wani yang membasahi tubuhnya,
Jamalpun tidak sanggup lagi
mengendalikan gejolak birahinya.
Perangkat birahinya segera
berdenyut dalam genggaman erat
tangan Wani mengeluarkan air
maninya yang pucat dan encer
membasahi kepala kejantanannya
yang merah kebiruan. Lama kedua
remaja itu terkulai lemas bertindihan
menunggu denyut kenikmatan
mereka pelan-pelan berakhir.
Nafsu birahi remaja memang luar
biasa. Meskipun baru saja mencapai
puncak kenikmatan birahi yang
meletihkan batang kejantanan
mereka masih tetap tegang siap
tempur. “Sekali lagi yuk!” ajak Jamal
ketagihan. Wani tak menolak. Dia
segera berbaring terlentang dan
menyuruh Jamal menindihnya lalu
menyelipkan alat kelaminnya di
selangkangannya. Jamal menurut.
Dilumurinya batang kejantanannya
dengan ludah lalu dia menindih
remaja kecil itu sambil menyelipkan
batangkejantanannya di natara paha
temannya yang lebih muda itu.
Wani langsung merapatkan kedua
pahanya menjepit erat batang
kejantanan Jamal sehingga remaja
yang lebih tua itu mengerang
merasakan nikmat yang tiada tara.
Jamal segera menggoyang
pinggulnya memompa batang
kejantanannya menggesek-gesek
paha Wani yang ramping, mulus,
coklat mengkilat agak kehitaman.
Makin lama makin cepat. Nafas
keduanyapun mendengus-dengus
seperti lokomotif tua. “Oooh
Wwaann! Aduuhh Wwaann!
Aduduuhh Wwaann!” rengek Jamal
melambung dalam kenikmatan
dahsyat yang belum pernah
dirasakannya seumur hidupnya. Wani
terpejam-pejam dalam kenikmatan
ganda. Dia merasakan geli ngilu yng
nikmat luar biasa setiap kali kepala
kejantanan Jamal menyentuh dan
menggelitik kantung zakarnya
sementara batang kejantanannya
yang mengganjal terjepit erat di
antara perut mereka ikut tergesek-
gesek dalam geli ngilu yang nikmat
luar biasa.
Jamal menggiatkan goyang
pinggulnya menggesek-gesekkan
perangkat birahinya di selangkangan
Wani. Tidak lama kemudian dia
menggigil, kakinya kejang. “Wwaann,
gue pengen keluar nih! Gue pengen
keluar nih!” rengeknya manja. Sambil
memeluk Wani kuat-kuat didesaknya
batang kejantanannya sedalam-
dalamnya di selangkangan temannya
yang lebih muda itu lalu dia terkapar
lemas di atas tubuh Wani dengan
nafas terputus-putus sementara
batang kejantanannya berdenyut-
denyut memuntahkan luapan
birahinya di atas paha dan kantung
zakar Wani. Merasakan hangatnya air
mani Jamal mengalir membasahi
tubuhnya, sekali lagi Wani
mengeluarkan air maninya
membanjiri perutnya. Kedua remaja
itu berpelukan erat bertumpang tindih
membiarkan denyut kenikmatan
mereka akhirnya berhenti.
Setelah itu keduanya membersihkan
diri di sungai lalu mengenakan
pakaian mereka kembali. “Enak ye
Mal!” kata Wani. Jamal tidak segera
menjawab. Agaknya dia masih
“shock” merasakan kenikmatan
dahsyat yang belum pernah
dialaminya seumur hidupnya. “Wan,
ini rahasia kita bedua ya!” katanya,
takut kalau temannya itu akan
bercerita pada orang lain. Wani
berjanji akan merahasiakan
permainan nikmat yang meletihkan
itu. Menjelang matahari terbenam,
kedua remaja itupun kembali ke
rumah masing-masing sambil
menggiring kambing gembalaan
mereka.
Dua hari kemudian, menjelang sore,
Jamal dan Wani mandi di sungai
bersama dua orang teman lain. Udin,
siswa kelas II SMP yang berusia 14
tahun dan Ipang, remaja putus
sekolah yang berusia 15 tahun.
Selama ini, sebenarnya mereka
terbiasa mandi bersama di sungai
bertelanjang bulat. Tapi kejadian
nikmat dua hari sebelumnya
membuat Jamal dan Wani bereaksi
melihat batang kejantanan teman-
temannya itu. Batang kejantanan
keduanya langsung tegang penuh
utak-atik di selangkangan mereka.
Udin dan Ipang tidak memperhatikan
dan tidak menyadari hal itu.
Keduanya asyik bernang berkejaran,
bermain air saling menciprati lalu
bergumul mencoba menenggelamkan
satu sama lain. Jamal dan Wani
segera bergabung dalam permainan
itu. Jamal memeluk Udin, sementara
Wani memeluk Ipang. Keempatnya
bergumul dalam permainan air
seperti yang biasa mereka lakukan.
Udin yang pertama kali menyadari
ada yang lain dalam permainan kali
ini. Dia merasakan ada kehangatan
yang mengganjal di tubuhnya.
Batang kejantanannya yang beradu
dengan batang kejantanan Jamal
yang sudah tegang tergesek-gesek
dalam geli ngilu yang nikmat luar
biasa sehingga pelan-pelan
membesar tegang penuh sepanjang
10 cm dengan diameter sekitar 2 cm.
Dia diam saja ketika Jamal
menyandarkan tubuhnya di sebuah
batu besar di tepi sungai lalu
menindihnya tanpa berhenti
menggesek-gesek batang kejantanan
mereka yang beradu dan terjepi erat
di antara perut mereka.
Sesekali dia mendesah sambil
menggelinjang menahan geli ngilu
yang nikmat pada batang
kejantanannya. Meskipun sudah
mengalami mimpi basah, Udin belum
pernah merancap karena pada
usianya itu dia belum merasakan
gejolak birahi yang menggebu. Tapi
dia paham apa yang terjadi dan
dengan jantung berdebar menantikan
apa yang akan terjadi selanjutnya.
Jamal semakin semangat
menggoyang pinggulnya mengegsek-
gesek batang kejantanan mereka.
Tiba-tiba dia menggigil, kakinya
kejang lalu dia memeluk Udin kuat-
kuat agar tubuh mereka makin rapat
menjepit erat batang kejantanan
mereka. Lalu dia terkapar lemas di
atas tubuh remaja kecil itu dengan
nafas tersengal-sengal sementara
batang kejantanannya berdenyut
menyemburkan air maninya
membasahi perut Udin. Luapan birahi
Udinpun terpancing.
Dia merasa seperti ingin kencing. Lalu
batang kejantanannya yang mungil
itu berdenyut mengeluarkan cairan
yang pucat encer dalam suatu
kenikmatan dahsyat yang belum
pernah dia rasakan. Kedua remaja itu
terkulai lemas bertumpang tindih
membiarkan denyut kenikmatan
birahi mereka akhirnya berhenti.
Sementara itu, Wani dan Ipang juga
sedang asyik saling memberikan
kenikmatan pada satu sama lain..
Wani tidak mendapatkan kesulitan
mengajak Ipang merancap bersama,
karena Ipang juga sering merancap
sendiri. Sambil menonton pergumulan
Jamal dan Udin, keduanya duduk
bersandar di pohon saling mengocok
batang kejantanan satu sama lain
dalam irama gerak yang sama
Melihat kedua teman mereka sudah
mencapai puncak kenikmatan birahi,
keduanya juga mengeluarkan air
mani masing-masing nyaris
bersamaan dalam genggaman erat
satu sama lain. Keduanya terkapar
lemas berdampingan menunggu
denyut kenikmatan itu pelan-pelan
berakhir. Lalu keempat remaja yang
sudah tidak lugu lagi itu mandi di
sungai membersihkan tubuh mereka
yang berlumuran air mani.
Keesokan malamnya, mereka
berempat berkumpul di ladang
jagung ayah Udin. Kebetulan malam
itu bulan purnama , dan seperti biasa,
anak-anak di desa bermain di luar
rumah. Mereka duduk di dangau di
tengah ladang membentuk setengah
lingkaran. Wani membawa potongan
koran yang berisi berita tentang
kasus sodomi di Tasikmalaya. “Eh
mau nggak lu pade nyobain main
dari belakang kayak begini!” katanya.
“Ogah ah! Pasti sakit!” sahut Udin
cemas membayangkan batang
kejantanan Wani yang besar itu
memasuki saluran pelepasannya.
“Gini deh! Lu yang masupin ke bo’ol
gue!” bujuk Wani.
Batang kejantanannya tampak sudah
tegang menonjol di balik kain
sarungnya. “Iya deh!” Udin terbujuk.
Wani berbaring di lantai dangau itu
sambil menyingkap kain sarungnya.
Batang kejantanannya terlihat utak-
taik siap tempur. Direntangkannya
kakinya. Udin menanggalkan celana
pendeknya lalu menindih remaja
yang lebih tua itu sambil mencoba
memasukkan perangkat birahinya ke
lubang dubur temannya itu. Meskipun
batang kejantanan itu mungil,
ternyata tidak semudah itu. Wani
meringis menahan sakit ketika
kepala kejantanan Udin menguak
lubang duburnya. “Ssshh, pelan-pelan
Din!” bisiknya. Udin mendesakkan
batang kejantanannya perlahan-
lahan. Akhirnya berhasil juga. Batang
kejantanannya menggeleser di
sepanjang saluran pelepasan Wani.
“Ooohh!” dia mengerang merasakan
nikmatnya kehangatan jepitan
saluran pelepasan Wani pada batang
kejantanannya.
Wanipun melambung dalam
kenikamatan merasakan kepala
kejantanan Udin menggelitik dinding
saluran pelepasannya. “Kompa Din!”
bisiknya. Udin menurut. Dia
meggoyang pinggulnya maju mundur
memompa batang kejantanannya
menggesek-gesek saluran pelepasan
temannya. Makin lama makin cepat.
Dia belum pernah merasakan
kenikmatan yang dashyat seperti itu.
Apalagi saluran pelepasan Wani
kembang kempis menjepit-jepit
batang kejantanannya. Dia tidak
ingin segera mengakhiri kenikmatan
itu. Setiap kali dia merasa seperti
ingin kencing, dia berhenti sejenak
menggoyang pinggulnya.
Sementara itu, Jamal dan Ipang
bereksperimen dengan cara yang
berbeda. Mereka ber-69 saling
menghisap batang kejantanan satu
sama lain dalam irama gerak yang
sama. Gagasannya datang dari Jamal
yang pernah membaca tentang oral
sex di rubrik konsultasi sex di sebuah
majalah. Awalnya Ipang enggan
melakukan itu. “Ah, gile lu Mal! Masa’
kontol taro di mulut?” katanya. Tapi
setelah merasakan kenikmatan yang
tiada tara ketika Jamal mulai
menjilati lalu menghisap batang
kejantanannya, diapun menyerah.
Logikanya, karena alat kelamin
mereka serupa, apa yang nikmat
bagi dirinya tentu akan nikmat pula
bagi temannya. Dia menggelinjang
merasakan geli ngilu yang nikmat
luar biasa. Kepala kejantanannya
yang merah kebiruan itupun basah
oleh cairan yang bening lekat. Dia
mengubah posisinya mendekati
selangkangan Jamal, lalu segera
memasukkan batang kejantanan
temannya itu ke mulutnya dan
mennyedotnya dengan penuh
perasaan seperti sorang anak balita
menyedot botol dot susu.
Di sbereang mereka, Udin masih
tampak asyik memompa batang
kejantanannya di sepanjang saluran
pelepasan Jamal, sementara Wani
terpejam-pejam dalam kenikmatan
ganda. Dia merasakan kehangatan
yang mengganjal di sepanjang
saluran pelepasannya sementara
batang kejantanannya yang terjepit
erat di antara perut mereka ikut
tergesek-gesek dalam geli ngilu yang
nikmat luar biasa. Tiba-tiba Udin
gemetar, tubuhnya kejang lalu
nalurinya membuatnya segera
mendesakkan perangkat birahinya
yang mungil itu sedalam-dalamnya
ke lubang dubur Wani.
Sambil mengerang kenikmatan
dipeluknya Wani kuat-kuat lalu dia
ambruk terkulai lemas di atas tubuh
temannya itu dengan nafas terpuus-
putus sementara batang
kejantanannya mengeluarkan
semburan demi semburan air
maninya memenuhi lambung Wani.
Hangatnya luapan birahi Udin di
dalam tubuhnya memancing ledakan
birahi Jamal. Batang
kejantanannyapun langsung
berdenyut menyemburkan air
maninya yang kental kekuningan
membanjiri perutnya. Lama kduanya
berpelukan erat bertumpang tindih
menunggu redanya denyut
kenikmatan birahi mereka.
Pada saat yang bersamaan, Jamal
dan Ipangpun sampai pada puncak
kenikmatan birahi mereka. Jamal
yang berada di bawah hampir
tersedak menerima luapan air mani
Ipang dalam mulutnya. Tapi dia
segera mampu mengendalikan
situasi. Tanpa ragu direguknya
sebagian air mani Ipang yang putih
kental dan terasa agak asin itu.
Sebagian lagi tumpah mengalir di
pipinya. Lalu dia sendiri melepaskan
air maninya dalam mulut temannya.
Tapi Ipang cukup sigap. Dia melepas
batang kejantanan Jamal tepat
waktu sehingga batang kejantanan
Jamal utak-atik menyemburkan air
maninya tanpa arah, mengenai dada
dan perut Ipang dan membasahi
perutnya sendiri. Ipang segera meraih
batang kejantanan temannya itu lalu
mengocoknya seolah ingin menguras
habis sisa air mani dari dalam tubuh
temannya itu.
Semalaman keempat remaja itu
bergantian, bertukar pasangan, saling
memberi kepuasan dan kenikmatan
pada satu sama lain. Malam itu
sedikitnya masing-masing tiga kali
mengeluarkan air mani mereka.
Lewat tengah malam barulah mereka
tertidur dengan tubuh yang letih dan
lemas, namun dalam perasaan puas
dan senang. Permainan baru itu jelas
memperkaya kegiatan hiburan bagi
mereka di desa yang terpencil itu.
Sejak saat itu, Jamal, Wani, Udin dan
Ipang tidak pernah melewatkan
peluang untuk bermain adu titit.
Mereka mengajak teman-teman
yang lain untuk bersedap-sedap
mengadu batang kejantanan dan
tanggapan teman-teman cukup
positif. Mereka mencoba cara-cara
lain untuk saling memuaskan,
misalnya dengan saling menghisap
titit satu sama lain (ber-69); saling
mengocok titit satu sama lain sampai
keluar air mani bersama-sama;
menjepitkan titit di paha teman lalu
memompanya sampai air mani
mereka keluar.
Anak-anak itu sadar bahwa maen
adu titit adalah cara yang paling
praktis, aman dan nikmat bakal
muasin nafsu birahi die pade. Die
pade bisa ngerasain kenikmatan sex
sepuasnya tanpa resiko kehamilan.
Lagian, ennaakk gila! Die pade juga
tahu bahwa titit tuh emang buat
dimaenin. Sayang pan kalo titit tuh
cuman dipake bakal kencing
doangan. Nah, masa’ lu remaja
metropolitan pade kalah ame anak-
anak desa? Coba deh ajakin teme lu
pade untuk ngerasain nikmatnye
maen adu titit. Dijamin deh, langsung
ennaakk! Kalo kagak percaya, jajal
aje! Pasti lu pade ketagihan. Nah,
selamet nyobain deh. Inget aje ame
pepatah “Banyak semak di jalan
sempit, si Amin jualan gunting; paling
enak maen adu titit, dijamin kagak
bakal ade yang bunting!”.
TAMAT,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts