cerita sex gay; Diperkosa pelatih Taruna
cerita sex gay; Diperkosa pelatih Taruna
Peristiwa ini terjadi waktu aku masih berusia 18 tahun. Ketika itu aku
jadi Kadet (Taruna) di suatu akademi militer yang tak perlu kusebut di
negara mana. Keinginanku jadi tentara semata-mata karena aku hobby
dengan kegiatan di lapangan yang bersifat kemiliteran dan kelaki-lakian.
Tidak ada latar belakang ekonomi, ambisi politik, ambisi kekuasaan
ataupun terpikat baju seragamnya. Barangkali itulah bedanya aku dengan
yang lain. Karena itulah aku sangat menikmati pendidikan militer yang
kalau aku boleh jujur adalah keras, sadis, dan kejam, tapi jantan sekali!
Kesenanganku akan bidang militer dan kehidupan militer membuatku sangat
mudah menyesuaikan diri dalam kehidupan yang berat dan berdisiplin ketat
itu. Apalagi aku dikaruniai otak yang lumayan cerdas, wajah yang (kata
orang) ganteng, dan fisik yang kuat dan lincah. Aku merasa sangat
berbakat di bidang militer. Oleh karena itu tidak heran jika
angka-angkaku selama di akademi militer sangat bagus. Karena itulah aku
sering diberi kepercayaan untuk melaksanakan tugas sebagai pemimpin atau
komandan bagi sesama Kadet (Taruna).
Tetapi waktu Capratar (Calon Prajurit Taruna, tiga bulan pertama masa
pendidikan) karena wajahku yang ganteng, tubuhku yang atletis dan
berotot, serta daya tahanku yang kuat, aku sering sekali jadi obyek
penyiksaan Taruna Senior dan Pelatih. Semuanya itu aku hadapi dengan tabah!.
Di beberapa bagian tubuhku masih ada bekas lecet atau parut bekas luka,
sebagai kenang-kenangan atau “tanda-tangan” para senior yang sadis-sadis
itu. Bahkan di paha kiriku ada lambang akademi militer yang tidak bisa
hilang. Karena waktu jadi Capratar, paha kiriku pernah dicap dengan besi
panas yang diberi tinta hitam dan bergambar lambang akademi militer oleh
beberapa Taruna Senior yang sadis!
Semua siksaan selama Masa Capratar yang luar biasa sadisnya aku hadapi
dengan gembira penuh ketabahan. Tetapi sampai sekarang aku tak dapat
melupakan apa yang dilakukan oleh dua orang Pelatih yang berpangkat
Perwira. Keduanya berasal dari angkatan yang berbeda.
Pelatih di akademi militer (waktu itu) gabungan dari berbagai angkatan
di negara kami (sekali lagi kukatakan, tak perlu kusebut negara mana).
Yang seorang berpangkat Letnan Satu (Lettu) yang satu Letnan Dua
(Letda). Untuk menghormati kedua Pelatih itu, sebut saja yang satu Lettu
Jerry dan satu lagi Letda Gerry.
Lettu Jerry berkulit terang, berwajah lumayan ganteng dengan tubuh
atletis. Dia sangat tegas, keras dan berdisiplin. Kalau menghajar
Capratar dengan pecutnya selalu dilakukan dengan alasan yang jelas,
tidak pernah dicari-cari. Tetapi lecutan cemetinya selalu diayunkan
dengan kekuatan sepenuh tubuhnya yang berotot itu sehingga kalau kena
kulit Capratar pasti menghasilkan lecet dan pasti berdarah!.
Demikan juga, perintahnya tidak pernah berubah. Kalau harus push up 200
kali, harus dipenuhi, kalau perlu sampai Capratar pingsan.
Kami semua takut sekali dengan Letnan Jerry. Karena matanya yang tajam
sorotannya itu sangat jeli melihat pelanggaran Capratar. Apalagi jika
dia sedang piket. Sebagai contoh, berdiri kurang tegap saja, kalau
ketahuan Lettu Jerry pasti kena hajar. Ataukah digampar sampai bibir
pecah. filmbokepejpang.com Atau kalau kebetulan dia sedang memegang cambuk dan si Capratar
sedang telanjang dada atau telanjang bulat, pasti dihajar pakai cemeti
sampai punggung lecet-lecet. Yang pasti semua pelanggaran yang sekecil
apa pun akan dihukum dengan serius dan sadis. Wajahnya yang ganteng itu,
selalu kaku dan di hadapan kami tak pernah senyum. Diam-diam aku kagum
sekali pada Lettu Jerry. Sayang sekali, karena aku selalu bersikap
correct, aku belum pernah menikmati lecutannya yang terkenal keras dan
pedih sekali itu. Tapi, kadang-kadang dia aku dapati sedang mencuri
pandang memperhatikan aku. Kupikir mungkin dia sedang mencari kesempatan
menghajar atau menghukum aku. Hal ini membikin aku tambah hati-hati.
Berbeda dengan pelatih-pelatih yang lain yang jika menghajar dan
menyiksa Capratar hanya untuk kepuasan nafsu sadis mereka. Dengan alasan
yang dibuat-buat atau dicari-cari. Sehingga, tidak ada gunanya
berhati-hati. Toh mereka pasti akan berhasil menemukan “kesalahan” untuk
bisa menghukum dan menyiksa dengan cara-cara yang sangat kejam.
Jika kami Capratar berhati-hati terutama bukan supaya tidak dihukum atau
tidak disiksa. Tetapi lebih banyak untuk mengurangi luka, lecet, lebam
atau lepuh di tubuh kami akibat hajaran Pelatih dan Taruna Senior.
Sebab, toh memang kami harus dan akan sering disiksa untuk memperkuat
mental kami agar jadi tanggon (tangguh)!.
Di antara kelompok pelatih macam ini ada Letda Gerry. Walaupun dia
lumayan ganteng dan berotot tapi tidak semenarik Lettu Jerry. Dia juga
terkenal sadis. Tapi jika menyiksa cenderung seksual. Misalnya menyundut
rambut kemaluan atau biji kemaluan dengan rokok, menyuruh Capratar
mencabuti rambut kemaluannya sendiri atau menyundut batang kemaluan
Capratar dengan penyengat listrik, memaksa Capratar onani dengan balsem.
Bahkan seorang Capratar pernah disiksa setengah mati, lalu ia masih
memasukkan logam ke dalam lubang batang kemaluan Capratar tadi. Kepada
Capratar lain ia pernah juga memasukkan dildo (penis buatan) berduri ke
lubang pantatnya. Capratar lain lagi, yang belum disunat, waktu
melakukan pelanggaran ringan, bahkan kulupnya ditarik ke depan lalu
digunting sampai terpotong dan darahnya muncrat ke mana-mana. Dengan
darah berceceran dari luka guntingan itu, si Capratar disuruh berobat
dan menyempurnakan sunatannya di klinik. Tapi, anehnya, Letda Gerry
tidak pernah menjadikan aku sasaran penyiksaannya.
Demikianlah kejadiannya, sampai pada suatu sore aku baru selesai mandi
bersama beberapa Capratar. Untuk mandi Capratar, ada bangsal mandi besar
yang beratap tetapi tidak berdinding. Di dalamnya ada puluhan shower.
Semua Capratar jika masuk bangsal mandi harus telanjang bulat dan tidak
boleh membawa handuk.
Untuk mengeringkan badan dengan handuk ada ruangan tersendiri. Ruangan
itu berdinding tapi tidak berpintu dan disitu pun Capratar harus
telanjang bulat. Tidak boleh menutup-nutupi badan atau kemaluannya
dengan handuk. Di belakang bangsal pengeringan ada jalan yang bisa
dilalui mobil dan kadang-kadang ada mobil yang parkir di situ.
Sore itu bangsal pengeringan sudah kosong, aku baru selesai mengeringkan
badan. Tiba-tiba saja Lettu Gerry muncul berseragam. Aku tegak
menghormat,dia memerintahkan aku keluar bangsal dan masuk sebuah mobil
yang parkir di luar. Aku masih ingat mobil militer itu sebuah Toyota
Hard Top. Masih telanjang bulat aku disuruh masuk dari pintu belakang
dan duduk di lantai mobil. Aku menurut dan tidak bertanya apa-apa. Waktu
Capratar kami sangat biasa diperlakukan seperti budak belian atau
seperti binatang oleh Pelatih dan Taruna Senior.
Lalu Lettu Jerry menjalankan mobil ke suatu tempat sepi di kompleks
akademi. Di situ aku dipaksa ke luar mobil dan dipaksa melayani nafsunya
di rerumputan. Hari sudah mulai gelap dan tempat itu terpencil. Angin
bertiup agak kencang sehingga tidak ada nyamuk. Lettu Jerry melepaskan
pakaiannya telanjang bulat lalu aku disuruh menghisap kemaluannya yang
ternyata sebesar kontol kuda. Aku juga dipaksa menjilati pantatnya. Lalu
aku disodomi sampai pantatku terasa perih sekali dan berdarah.
Belum puas, dia mendorong aku sampai terlentang lalu mengencingi aku
sambil berdiri. Bahkan ia memaksa aku membuka mulut untuk menampung air
kencingnya. Aku dipaksa minum air kencingnya! Setelah itu ia memasang
borgol di tangan dan kakiku seperti yang biasa dilakukan di kamar siksa.
Tiba-tiba aku mendengar orang lain datang dari semak-semak. Aku tidak
tahu siapa itu. Orang itu pun memaksa aku menghisap batang kemaluanya
sampai terpancar air mani. Air maninya belepotan di mulut dan wajahku.
Lalu dengan kasar ia membalikkan tubuhku yang terborgol dan memaksa aku
nungging. Ketika aku membangkang, dia menghajar pahaku dengan tamparan
keras dan membentak “NURUT, KAMU” dari suaranya aku jadi tahu itu Letda
Gerry. Aku menyerah dan dia mulai menyodomi aku dengan kasar. Setelah
puas ia tidak minta dijilat pantatnya atau mengencingi aku. Dia langsung
masuk semak-semak lagi.
Sementara itu, Letda Jerry sudah berpakaian dan memaksa aku dengan kasar
masuk mobil. Aku dibawa ke garasi mobil, dan disana aku disiram dengan
air dari selang yang dihubungkan denagn keran air pencuci mobil. Mungkin
untuk menghilangkan bau kencing Letda Jerry!.
Lalu aku dibawa ke kamar siksa. Di sana sudah ada Letda Gerry yang
memegang cemeti, bertelanjang dada. Dalam keadaan terborgol dan
telanjang bulat aku dihajar beberapa kali dengan lecutan cemeti sampai
tubuhku lecet-lecet berdarah. Lalu borgol dibuka dengan kunci yang ada
di saku celana Letda Gerry, kemudian aku disuruh berobat ke klinik dan
kembali ke asrama.
Tindakan ini untuk menghilangkan jejak. Dengan mudah aku bisa dikatakan
baru melakukan pelanggaran disiplin (bisa dikarang apa saja!), kemudian
dihukum di kamar siksa. Karena babak belur disuruh berobat ke klinik.
Aku berdiri sempoyongan karena baru dihajar dengan cemeti dan shock
mental karena baru kekar. Aku berjalan ke klinik dalam keadaan telanjang
bulat dan penuh lecet hasil lecutan cemeti Letda Gerry.
Aku tidak pernah menceritakan kejadian ini kepada siapa pun. Setelah
kejadian itu, kedua pelatih tidak pernah muncul lagi. Kabarnya mereka
kembali ke kesatuan masing-masing karena mendapat tugas baru. Aku sama
sekali tidak marah, malu atau dendam dengan kejadian ini. Aku bahkan
sangat menikmati perkosaan itu!. Aku berharap kapan-kapan bisa diperkosa
lagi oleh sesama laki-laki. Kalau bisa diperkosa oleh perwira yang
gagah, ganteng, dan sadis seperti keduanya! Asyik bukan!?
hey semuanya, salam kenal, buat kalian-kalian yang suka serial kisah sesama yang masih original seperti Cowok Rasa Apel yang sudah sampai sesi ke 3, silahkan cicipi “Serial Pelepasan” dengan jalinan kisah sesama lelaki dewasa dengan rasa yang berbeda, terimakasih banyak :),,,,,,,,,,,,,,,,,,