Cerita Sex PNS Cantik Lepas Perawan
Dekat dengan rumah tidak terlalu jauh dan tidak menyewa kost. Ada di dekat rumah tetapi gaji kurang memadai. Aku masih selektif memilih tempat untuk bekerja. Orangtuaku juga tidak memaksa aku untuk langsung bekerja, mereka menyarankan aku melanjutkan kuliah lagi. Tetapi aku enggan , aku ingin segera bekerja mengajar sebagai guru. Ini memang cita-citaku sejak kecil akhirnya terwujud juga.
Aku pun iseng ikut tes CPNS dibuka untuk umum. Tidak lama satu bulan sudah pengumuman itu, aku pun masuk dan diterima sebagai PNS. Namun kenyataan yang membuat aku sedih yakni harus di tempatkan di sekolah yang jauh dari rumah. Di desa jauh sekali, dengan terpaksa aku harus berpisah dengan orangtua.
Sebagai pegabdian aku pun rela untuk mengajar di SD itu. Aku menjalani nya dengan tulus ikhlas dan orangtuaku juga merestui pekerjaanku. Setelah pra-jabatan dengan diangkatnya aku menjadi seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) aku harus berangkat ke tempat yang sudah ditentukan oleh dinas. Orangtuaku melepas kepergianku , mereka mengantar sampai dinas saja.
Karena aku diantar oleh bus dari dinas bersama-sama dengan teman yang lainnya. Air mata tumpah , ibu menangisi kepergianku. Aku mencoba tabah agar ibu tidak terlalu memikirkanku padahal dalam hatiku aku juga berat meninggalkan mereka. Tepat jam 7 malam aku berangkat bersama rombongan. Ibu melambaikan tangannya, aku pun membalasnya.
Dengan kemantapan hati aku menikmati perjalanan malam kala itu. Perjalanan di tempuh dengan waktu 8 jam, aku yang biasa hidup di daerah yang panas dan gersang kini aku berada di dataran tinggi. Dingin sangat menyengat, letaknyapun seperti naik gunung. Aku benar-benar di tempatkan di wilayah yang sangat terpencil.
Tetapi aku senang dengan udara yang dingin banyak hijau daun disepanjang perjalananku. Sampailah aku di tujuan, aku dititipkan di rumah warga untuk sementara. Untuk selebihnya aku berusaha sendiri untuk mencari tempat tinggal. Warga disini sangat baik hati, mereka menerimaku sebagaii calon guru putra putri mereka.
Banyak warga yang menawariku tempat tinggal namun aku sementara di rumah pak RT. Aku menata sebagian baju di kamar kosong itu. Aku pun tinggal dengan pak RT dan bu RT serta anaknya. Aku langsung bisa menyesuaikan diriku, menempatkan diriku sebagai mana mestinya. Aku yang dulunya tinggal di kota jarang bersosialisasi dengan lingkungan.
Sekarang aku hidup bertetangga dan saling bercengkrama. Hari pertama masuk sekolah aku menggunakan pakaian yang rapi layaknya orang kota yang masuk ke desa. Aku menghadap kepala sekolah dengan memberikan surat perintah tugas. Dilanjutkan berkenalan dengan semua guru yang ada. Penampilanku sangat mencolok make upku pun tebal.
Aku PD karena aku yang paling cantik diantara mereka. Aku ditugaskan bapak kepala sekolah sebagai wali kelas kelas 3. Aku pun menerima pekerjaan itu dengan senang hati. Masuk kelas berkenalan dengan anak-anak yang masih polos dan lugu itu.
Mereka senang dengan kedatanganku disini. Untuk pertama kalinya aku bekerja mengabdi kepada negara. Seminggu sudah aku menjalani masa orientasi. Semua ruangan aku sudah hafal nama-nama guru yang ada juga sudah saling mengenal. Semua baik menerima aku sebagai teman barunya. Selama seminggu aku bertempat tinggal dengan Pak RT.
Namun lama-lama aku tidak nyaman karena tinggal bersama dengan orang dalam satu keluarga. Aku pun memutuskan untuk mencari tempat tinggal baru. Disini ada rumah kosong, itu khusus bagi tamu desa. Pak Kepala Desa memberi saran agar aku tinggal disana. Supaya ada yang merawat rumah kosong itu, dengan senang hati aku bersedia.
Disini aku dibantu mas Anji seorang tokoh pemuda di desa ini. Dia yang mengantar aku ke rumah itu dia juga yang membantu aku membersihkan rumah. Awalnya aku dikenalkan oleh pak Lurah, dan dia bersedia membantu aku. Kita masih sama-sama belum memiliki pasangan. Mas Anji sudah berumur tetapi belum juga menikah.
Ya aku tau sedikit tentang dia karena kita sering bertemu dan ngobrol. Apalagi dia sudah membantu aku pindah membawa barang-barangku ke rumah baru. Setelah aku mendapat temapt baru dia juga sering main sekedar ngopi di rumahku. Aku pun selalu menanggapinya. Banyak warga yang menyangka kita ada hubungan yang serius.
Pak Lurah juga heboh jika melihat mas Anji datang ke rumah. Seakan-akan mereka menjadi mak combalang, tetapi lama-lama aku juga ada rasa sama mas Anji. Perhatiannya kegantengannya membuat aku meleleh. Namun aku juga tidak ke PDan, takut bertepuk sebelah tangan. Setelah kita lama kenal, aku juga sudah 6 bulan tinggal di desa.
Kita saling mengenal dan memahami. Sudah saling mengerti kebiasaan kita masing-masing. Rasanya udah pantas kalau kita menjalin suatu hubungan yang serius. Suatu hari hujan lebat, aku pulang sekolah dijemput mas Anji. Kita sama-sama tidak membawa jas hujan, sampai rumah kita basah kuyup. Mas Anji memutuskan untuk berteduh di rumahku.
Petir menyambar dengan keras, membuat aku semakin takut di rumah. Sampai di rumah aku mandi dan merebus air hangat untuk mandi,
“mas mandi sekalian ya aku rebusin air hangat, nanti kalau masuk angin habis kehujanan..”
“iya Rin…”
Mas Anji tampak kedinginan, aku membuatkan teh hangat untuknya. Aku mandi duluan, pas mau nuangin air panas aku terkena percikan air itu. Aku pun menjerit,
“awwwwwwwwww…..”
Mas Anji langsung kebelakang dan nyamperin aku. Aku malu karena aku hanya memakai handuk saja menutupi buah dada dan kemaluanku. Mas Anji juga terkejut melihatku, dia langsung membasuh kakiku dnegan air. Dia tampak terhenti melihat kakiku yang mulus itu, aku tersipu malu,
“rin…mau nggak mandi bareng sama aku..?”
“ahhh..mas Anji bisa aja Tina kan malu mas…”
“nggak usah malu Rin…biasa aja…”
Mungkin saat itu banyak setan yang menghampiri kita berdua sehingga kita masuk ke dalam kamar secara bersamaan. Aku lihat mas Anji membawa kursi dibawanya masuk ke kamar mandi,
“buat apa mas?”
“udah jangan berisik , takut ada tetangga yang dengar kita sedang mandi berdua..”
Aku pun langsung terdiam, mas Anji memelukku dari belakang. Handuk yang menutupiku lepas, mas Anji masih saja mendekapku dengan erat,
“sudah lama aku menahan nafsuku dengan mu Rin…”
“kamu bisa aja mas…”
“iya rin..setiap kali aku melihatmu memakai daster penisku selalu tegang apalagi kulitmu yang mulus, kadang bramu terlihat jelas dengan payudara yang montok….”
Ternyata sudah lama mas Anji mengincarku,
“mas dingin…..” ucapku.
Mas Anji membalikkan badanku, handuk sudah lepas. Payudaraku yang montok itu terlihat jelas dihadapannya. Dia masih memelukku dengan erat , dan kemudian mengecup bibirku. Secara perlahan dia mengecup bibirku, dingin berubah menjadi kehangatan. Aku pun membalas ciumannya dengan menggerakan bibirku. Aku duduk dikursi yang sudah dibawa mas Anji tadi.
Kita berciuman mesra, tangan mas Anji membelai leher hingga ke payudaraku. Nafasku terengah-enggah merasakan belaian dan ciuman itu. Lalu dia mulai meremas payudaraku dengan keras. Aku mendesah,
“aaaakkkhhhhhhh mas…..aaaaaahhhhh…….”
Dia memintaku untuk diam menahan kenikmatan itu. Dia kemudian jongkok dihadapanku, pengait braku yang berukuran 38B itu dilepas. Payudaraku menggantung dengan kencang, dia langsung menciumi payudaraku. Putingnya dia jilati aku lemas kala itu,
“ooohhhhh…aaahhhhhh…nikmat mas…aaaaakkkhh……..”
Setelah itu dia mengulum putting susuku dengan keras. Tangannya meremas dan bibirnya mengulum putting susuku yang menegang. Dia terlihat gemas sekali melihat putingku, dia tidak membiarkan putingku diam. Tangannya memutar-mutar putingku sementara bibirnya mengulum putting susuku satunya. Nikmat sekali sore itu, gairahku mulai muncul secara perlahan.
Kemudian tangannya membelai memekku, dia kembali jongkok. Memekku yang masih perawan itu tepat didepan matanya. Dia membuka celana dalamku dan langsung melihat memekku dengan sedikit bulu kemaluan. Kebetulan semalam aku mencukur bulu kemaluan karena lebat dan panjang. Kini tinggal sedikit bulu-bulu itu dia belai,
“asssshh..aaaaahhhhh geli mas aaahhhh….”
Jemarinya membuka memekku dari luar hingga ke dalam, dia belai hingga tubuhku mengejan merasakan kenikmatan. Lalu dia membuka kakiku dengan lebar, memekku yang merekah itu terbuka lebar. Lidahnya menjilati bagian demi bagian, birahiku semakin memuncak. Kemudian dia membelai dan mencoba memasukkan jemarinya ke dalam memekku,
“awwww…aaaaahhhhhhhh….aaaahhhh……”
“tahan ya Rin, ini baru jari kalau nanti penisku yang masuk lebih nikmat lagi Rin….” Sambil dia menunjukkan penisnnya yang tegak itu.
Jarinya perlahan masuk ke dalam lubang kenikmatan ini. Aku semakin tidak kuasa menahan kenikmatan yang dia buat. Dia memasukkan jarinya keluar masuk ke dalam memekku hingga aku menegeluarkan cairan banyak sekali. Mungkin itu yang dinamakan masturbasi. Setelah aku menegluarkan cairan dia pun berdiri dan penisnya dia gesek-gesekkan dengan memekku,
“ooohhhhhh mas…aaaaaakkkhh…ooohhhhhh…….”
Aku teus mendesah, kitapun duduk dilantai kamar mandi. Aku tepaksa berbaring dilantai dingin itu, mas Anji berada diatasku. Wajahnya berhadapan dengan wajahku, dadanya menempel didadaku. Payudaraku menganjal didadanya terasa gelid an menambah gairah kita berdua. Penisnya berusaha dia masukkan ke dalam lubang kenikmatanku. Ujungnya berhasil masuk,
“aaawwww…..jleeeebbbbbb….ooohhhh…aaaakkhhhhh…..mas…..sakit…oowwwww…aaahhh…”
Ujungnya masuk dan aku merasakan kesakitan yang lebih. Lalu dia menekan penisnya, sakit itu bertambah karena aku masih perawan. Susah sekali penis itu masuk ke dalam memekku lama-lama masukklah seluruh batang penis mas Anji. Dia mengatakan ada sedikit darah yang keluar dari jalan lahirku. Itu pertanda aku sudah tidak perawan lagi,
“ooohhh aaaaaaahhhhhhhhh……aaakkkhhhh….awwww,,,,aaaahhhh…”
Setelah itu dia perlahan menekan penisnya masuk ke dalam. Gerakan itu keluar masuk membuat aku tidak tahan merasakan kenikmatan. Dia menggoyangkan pinggulnya secara otomatis penisnya berasa bergoyang di dalam memekku,
“aaahhhh…nikmat mas….aaahhhhhh….ooohh…..”
Bibirnya mengulum putting susuku dengan keras, aku mendesah sangat keras. Pantatku secara otomatis bergerak ke atas, sangat nikmat. Tekanan demi tekanan itu sangat tajam, penis yang besar itu bisa masuk ke dalam memekku dan membuat kenikmatan yang sangat tiada terkira. Tubuhku terus menggeliat merasakan kenikmatan itu, mas Anji semakin bersemangat.
Keringatnya bercucuran membasahi tubuhku. Aku memegang pinggulnya yang naik turun itu, gerakannya semakin cepat. Dia memelukku dengan erat dengan penis yang masih tertancap di dalam memekku,
“aaaahhhhh…mas….nikmattt mas….aaaaaaakkkkhh….ooohhh…….”
Kemudian mas Anji mengeluarkan cairan dari penisnya, dia semprotkan di payudaraku.
“ccccccccrrrrrooooottttt….cccrrrroooottt….cccrrrrrooooootttt……”
Dia merasa lega dan kembali memelukku, kran air dia nyalakan. Dia bangun dan aku pun mandi bareng dengan mas Anji. Saling membersihkan badan , saling memandang dengan tatapan sayang. Setelah itu kita mengeringkan badan, dan masuk kamar berdua layaknya sepasang suami istri. Kita tidur di kamar berdua dan saling berpelukan telanjang hingga pagi menjelang.