Di Rumah Indah Sore Hari

Diana adalah satu dari sekian banyak gadis cantik penghuni komplek perumahan ini. Yang membuat ia begitu spesial dari yang lainnya adalah karena selain cantik dia juga sangat ramah, dia menyapa semua orang yang ia temui baik ia mengenalnya maupun tidak. Dengan tinggi 160 cm, rambutnya yang panjang dengan setia bergerak mengikuti langkah kakinya.

Sepengetahuanku, Diana bekerja pada sebuah bank pita merah di negeri ini. Sifatnya yang baik, rajin, dan ramah membuat ia sangat disenangi oleh teman-temannya. Sudah menjadi ritual pagi di kantor itu, diana selalu menyapa semua penghuninya mulai dari OB sampai BOSS.

Pagi ini semua kehidupan diana mungkin akan segera berubah, karena pagi matahari bersinar dengan sangat terik tetapi awan tebal masih menyelimuti padatnya kota jakarta. “Diana, mana mobilmu?” tanya seorang rekan kerjanya.
“Kebetulan lagi rusak bob, aku kesini naik taksi”, jawabnya dengan ramah.

Pulang kantor :
“mari din, aku antar kau pulang”, seru robert, salah seorang teller di bank tempat diana bekerja.
“makasih bert, aku pulang naik taksi aja” jawab diana dengan nada sopan.
“Oke, aku duluan yah. hati-hati dalam perjalanan diana”. Diana hanya bisa tersenyum untuk menjawab perkataan rekan kerjanya tersebut.

Diana cantik pulang menaiki sebuah taksi berwarna biru. Dengan sigap sopir menanyakan tujuan penumpangnya, setelah mengetahui alamat yang dituju sang sopir dengan kumis tebal itu segera menancap gas mobilnya. Mobil tersebut melaju dengan sangat hati-hati di tengah padatnya lalulintas ibukota.

Sesampainya di kompleks perumahan yang di tuju, sang sopir bertanya kepada diana “blok berapa mbak?”.
“pertigaan di depan belok kiri, filmbokepjepang.sex nanti gak jauh dari situ kok pak”, jawab diana.

Kebetulan di kompleks ini masih ada beberapa rumah yang dalam tahap pembangunan, terlihat para kuli bangunan sedang beristirahat. Naas bagi taksi yang di tumpangi diana, jarak rumahnya masih sekitar 500 meter lagi tetapi taksi yang ditumpanginya pecah ban. Terpaksa diana melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.

Tanpa disadari oleh dianan, beberapa kuli bangunan memperhatikan langkah kakinya. Dibalut dengan seragam ketat dan rok mini, membuat paha mulus diana semakin membuat para kuli bangunan tersebut menelan ludah. “baru pulang kerja neng?” tegur salah seorang kuli.
“iya nih bang”, jawab diana dengan sopan.
“kok jalan kaki? mobilnya kemana?”, kata seorang kuli lainnya yang berbadan hitam legam.
“lagi rusak bang”, jawab diana sambil terus berjalan.
Seorang kuli dengan badan kecil menghampirinya. Jari tangannya mengapit sebuah rokok dengan merk ternama. “sini biar abang anter aja neng”, dia berjalan tergesa-gesa jadi tak melihat kalau beda tinggi antara trotoar dengan badan jalan cukup tinggi. Alhasil ia hampir terjatuh, tetapi sialnya rokok yang masih menyala terlempar ke arah diana dan jatuh di paha kirinya yang mulus.

“Aaaaaw..panaaaas”, teriak diana.
“maaf, maaf neng. abang gak sengaja, sakit yah?”, kata sang kuli tadi.
“gak apa-apa kok bang, cuma merah sedikit tapi gak luka”, kata diana sambil memegangi pahanya.
“yaudah sini abang anter aja pulangnya, sebagai permintaan maaf”.

Dianapun pulang dibonceng dengan sepeda motor, dan cerita panas ini pun berakhir.

Related posts