Janda Ngentot Dengan Cowo Marketing Asuransi
Janda Ngentot Dengan Cowo Marketing Asuransi – Tok tok tok…” suara pintu kamarku terdengar diketuk membuyarkan lamunanku.“Siapa?” sahutku.“Saya, Nyah…” terdengar suara pembantuku di balik pintu.
“Ada apa, Bi?“Ada tamu mau ketemu Nyonya…”“Dari mana?” aku bertanya, sebab aku merasa tidak ada janji bertemu dengan siapapun.“Katanya dari perusahaan asuransi, udah janji ingin bertemu Nyonya.”Oh ya aku baru ingat, bahwa aku meminta perusahan asuransi datang ke rumahku pada hari ini, saat aku libur kerja, karena aku ingin merevisi asuransi atas rumah pribadiku yang telah jatuh tempo.“Suruh dia masuk dulu dan tunggu di ruang tamu, Bi!” bergegas aku mengenakan pakaianku, hanya daster terusan tanpa bra dan celana dalam, karena aku tak mau tamuku menunggu lama, wajahku pun hanya sedikit kuoles bedak.Setelah aku rasa rapi, bergegas aku menemuinya.“Selamat siang, Bu!” sapaan hormat menyambutku saat aku tiba di ruang tamu.“Selamat siang,” aku membalas salamnya.“Perkenalkan, Bu! saya Deven marketing executive di perusahaan xxx,” tangannya mengundangku bersalaman.
Aku menyambut uluran tangannya, dan mempersilakannya duduk. Sejenak aku perhatikan, usianya kutaksir 25-an, tapi yang membuatku agak tertarik tadi saat posisi berdiri bersalaman, aku sempat mengukur tinggi tubuhku hanya sebatas lehernya, aku perkirakan tingginya 180cm-an, aku agak berkesan apalagi penampilannya bersih dengan kumis tipis menghiasi bibirnya, wajahnya sih memang biasa saja.Kami terlibat obrolan panjang tentang asuransi yang ditawarkan, ternyata orangnya supel dan ramah, cara bicaranya mencerminkan wawasannya yang luas, pandangannya tidak “jelalatan” seperti lelaki lainnya yang pernah aku temui, padahal puting payudaraku yang tidak menggunakan bh terlihat berbayang dibalik dasterku. Tak banyak pikir lagi, aku segera menyetujuinya, apalagi preminya tidak terpaut jauh dengan asuransiku sebelumnya. Dia berjanji akan datang kembali minggu depan membawa polis-nya.
Sepulangnya dia, aku masih membayangkannya, simpatik sekali orangnya, terutama tubuhnya yang tinggi, hampir sama dengan almarhum suamiku. Juga aku teringat jawaban almarhum suamiku bahwa orang yang tinggi agak kurus, 80% senjatanya panjang dan besar saat aku bertanya, mengapa senjata Mas Budi (almarhum suamiku), besar dan panjang? photomemek.com Aku sendiri bingung, tak biasanya aku berpikiran seperti ini, apalagi baru pertama kali bertemu.Tapi aku tak mau membohongi diriku, aku tertarik padanya. Waktu seminggu yang dijanjikannya terasa lama sekali. Akhirnya tibalah hari yang dijanjikannya, aku berias secantik mungkin, meskipun tidak mencolok, kusambut kedatangannya dengan manis. Kali ini kulihat Deven mengenakan setelan pakaian kerja lengkap dengan dasinya.Setelah polis aku terima dan menyerahkan pembayarannya, aku mengajaknya mengobrol sedikit mengenai pribadinya. Ternyata usianya 28 tahun, dengan status bujangan, dan masih mengontrak rumah di daerah Kebayoran Lama, Jakarta.“Ibu Venda sendiri, bagaimana?” kini dia balik bertanya kepadaku.
Kujelaskan statusku yang janda, kulihat wajahnya sedikit berubah.“Maaf, Bu! kalau pertanyaan saya menyinggung perasaan Ibu.”“Tidak apa-apa, toh gelar ini bukan saya yang menghendaki, tapi sudah suratan.”Sejak tahu statusku janda, Dia jadi sering datang ke rumahku, ada saja alasannya untuk datang ke rumahku, meskipun kadang terkesan dibuat-buat. Hubungan kami menjadi lebih akrab, diapun tidak memanggilku dengan sebutan “Bu” lagi, tapi “Venda” sedangkan aku pun memanggilnya Mas Deven.Tapi yang aku heran dari Mas Deven adalah sikapnya yang belum pernah menjurus ke arah seks sedikitpun, meskipun sering kali kami bercanda layaknya orang pacaran. Aku jadi berfikiran jelek, jangan-jangan Mas Deven “Gay”. Padahal aku sudah tetapkan dalam hati, bahwa Mas Deven lah orang kedua yang boleh membawaku mengarungi samudera kenikmatan.Tapi ternyata pikiran jelekku tidak terbukti. Kejadiannya waktu malam Minggu Mas Deven datang untuk yang kesekian kalinya. Kami memutar film roman percintaan, bibiku sejak tadi sudah masuk ke kamarnya tidak tahu ngapain. Mungkin sengaja memberi kesempatan kepada kami anak muda yang sedang dilanda asmara.Saat adegan percumbuan berlangsung, aku meliriknya, kulihat wajahnya sedikit memerah dan celana panjangnya yang berbahan tipis, kulihat sedikit menggelembung, aku bimbang. Akhirnya kutetapkan hatiku untuk memulai percumbuan dengannya tapi bagaimana caranya?Aku ada ide agak tidak terkesan aku yang mau, aku harus pura-pura sakit.
“Aduh Mas Deven! kepalaku sakit sekali,” aku mulai menebarkan jaring.Kupegangi keningku yang tidak sakit, pancinganku berhasil, Mas Deven menghampiriku.“Kenapa Ven?” tanyanya.“Kok, tiba-tiba sakit.”“Anu, Mas! tekanan darahku rendah, jadi kadang-kadang kambuh seperti ini,” aku terus merintih layaknya orang kesakitan.Aku membaringkan tubuhku di sofa.“Mas, tolong bawa aku ke kamar,” aku semakin nekat.Kulihat Mas Deven kelabakan.“Papah aku, Mas!”Akhirnya Mas Deven memapahku ke dalam kamarku, kutempelkan buah dadaku ke punggungnya, terasa aliran kenikmatan di tubuhku. Dibaringkannya tubuhku di ranjang tidurku, dan bergegas Mas Deven keluar.“Kemana, Mas?” tanyaku pura-pura lirih.“Bangunin bibi.”“Nggak usah, Mas, tolong keningku dibaluri minyak angin saja.”“Minyak anginnya dimana?” tanyanya.“Di meja Rias.”Mas Deven dengan telaten sekali memijat keningku, kurasakan jarinya sedikit gemetar.“Mas tolong tutup pintu dulu, entar bibi lihat nggak enak,” aku baru sadar pintu kamarku masih melongo.“Sekalian Mas, TV-nya matiin dulu!”Mas Deven beranjak mematikan TV, aku segera melepaskan pakaianku, hingga tinggal Bra dan celana dalam saja, kututupi tubuhku dengan selimut, Mas Deven telah kembali ke kamarku dan menutuppintunya.“Mas tolong kerokin aja deh!” aku mulai memasang jurus.“Lho, pusing kok dikerokin?”“Biasanya aku kalau pusing begini Mas!” aku berkilah tak mau kebohonganku terbongkar.Mas Deven menurut, dan mencari uang logam untuk mengeroki tubuhku.
“Jangan pakai uang logam, Mas! aku biasanya pakai bawang.”Setelah aku beritahu tempat bawang, Mas Deven kembali lagi ke kamarku, kali ini kulihat wajahnya sedikit berkeringat, tidak tahu keringat apa. Segera aku tengkurap,“Cepat, Mas, kepalaku tambah pusing, nih!”Mas Deven membuka selimut yang menutupi tubuhku, dan…“Mbak Venda, kapan melepas baju?” nadanya terkejut sekali.Foto Seorang Janda Yang Ngentot Dengan Marketing Asuransi“Tadi, waktu kamu keluar,” jawabku santai.Hening sejenak, mungkin Mas Deven masih bimbang menyentuh tubuhku.“Ayo, Mas!”“Iya… maaf ya Mbak!” aku mulai merasakan dinginnya air bawang di pundakku, gemetarnya tangan Mas Deven terasa sekali.“Kenapa tangan Mas gemetaran?”“iya, aku nggak biasa,” suaranya agak gugup.“Rileks aja Mas,” aku mencoba menenangkannya.Akhirnya gerakan tangan Mas Deven semakin lancar di punggungku. Aku mulai merasakan bulu kudukku bangun, terlebih saat tangan Mas Deven mengeroki bagian belakang leherku. Segera aku membalikkan tubuhku, kini buah dadaku yang besar tepat berada di hadapan Mas Deven,“Mbak, depannya aku nggak berani.”Aku sudah tidak mau bersandiwara lagi,“Mas, kalau depannya jangan dikerok, tapi dibelai,” kulihat wajahnya sedikit pucat.“Memangnya Mas Deven nggak mau?” aku menantangnya terang-terangan.“Aku nggak pernah, Mbak…” jawaban polosnya membuat aku sadar bahwa dalam urusan seks ternyata Mas Deven tidak punya pengalaman apa-apa alias perjaka ting-ting.Berpikir seperti itu, nafsuku kian bangkit, segera kudorong tubuhnya hingga rebah di atas pembaringanku. Kubuka kancing bajunya dan melemparkannya ke lantai. “Mbakk, jangan…” Mas Deven masih berusaha menolak, tapi aku yakin suaranya hanya sekedar basa-basi, atau refleksi dari belum pernahnya.
Aku mulai menciumi bibir Mas Deven, kumis tipisnya terasa geli di bibirku. Tapi tak ada balasan.“Mas Deven kok diam saja,” aku bertanya manja.“Tapi, Mbak jangan marah.. ya?” tanyanya bodoh.Orang aku yang minta kok aku marah? Mungkin disentakkan oleh kesadaran bahwa dirinya adalahlelaki, Mas Deven langsung menyambar bibirku dan melumatnya. filmbokepjepang.com Aku berteriak senang dalam hati, malam inilah dahagaku akan terpuaskan. Ciuman kami berlangsung lama, jari-jariku bergerak mengusap dadanya, putingnya yang hitam kutarik-tarik, sementara jari-jari Mas Deven mulai membelai buah dadaku, usapannya pada puting buah dadaku, membuat syaraf kewanitaanku bangkit, meskipun usapannya terasa agak takut-takut tapi kenikmatan yang aku peroleh tidak berkurang.Apalagi tekanan keras di pahaku membuatku segera sadar bahwa senjata Mas Deven mulai bangkit.Satu persatu pakaian kami bergelimpangan ke lantai, kini tubuh kami sudah bugil. Tubuhku ditindih Mas Deven, perlahan-lahan mulut dan lidah Mas Deven mulai menggelitik puting buah dadaku, yang terasa makin mengeras,“Mas… terusss… enak…” aku mulai merintih nikmat.Tanganku segera menggenggam senjatanya, tapi sungguh mati aku kaget dibuatnya, besar sekali.Lebih besar dari punya almarhum suamiku.
Aku semakin bernafsu, kukocok perlahan senjatanya yangkeras dan kokoh,Mas Deven merintih tak karuan. Hisapannya semakin keras di buah dadaku membalas kocokan tanganku di senjatanya. Aku sudah tak tahan menunggu permainan Mas Deven dibuah dadaku saja, nafsuku yang tertahan 3 tahun membuncah hebat dan menuntut penyaluran secepatnya. Dengan penuh nafsu aku segera ambil posisi di atas, tanganku terus mengocok senjatanya yang semakin panjang dan membesar, lidahku mulai menjilati dadanya yang ditumbuhi bulu-bulu halus, pada bagian putingnya kuhisap dan kugigit pelan.“Mbak Venda… aku nggak tahan…” Kupercepat gerakan tanganku.Kulihat muka Mas Deven semakin memerah. Mulutku yang mungil sampai pada senjatanya yang kaku, kujilati seluruh batang senjatanya, kugelitik halus lubang atasnya. Kumasukkan senjatanya ke dalam mulutku,“Uffhhh…” terasa penuh di mulutku, akibat besarnya senjata Mas Deven.Mulutku mulai menyedot-nyedot, sementara tanganku terus mengocok batang senjatanya.
Remasan tangan Mas Deven di rambutku semakin kuat, hingga akhirnya saat kuhisap kuat dengan kocokankupercepat, aku merasakan tubuh Mas Deven bergetar hebat dan…“Vennn…” Mas Deven menjerit,terasa cairan kenikmatan itu memenuhi mulutku, agak anyir, tapi aku menelannya sampai tuntas.“Daaar…” memang perjaka tulen, sebentar saja senjatanya sudah membesar kembali, dan siap bertempur.Aku segera berjongkok di atas tubuhnya, kuarahkan senjatanya yang besar di lubang kewanitaanku yang sudah basah. Perlahan kuturunkan pinggulku, seret sekali, mungkin terlalu lama tidak dimasuki senjata pria, apa lagi senjata Mas Deven yang besar dan panjang.Aku merasakan sedikit sakit tapi lebih banyak nikmatnya. Saat bulu kemaluan kami bertemu, dimana senjata Mas Deven amblas seluruhnya ke dalam kemaluanku, sulit digambarkan kenikmatan yang aku dapatkan. Aku diamkan sejenak menikmati denyutan senjata Mas Deven di liang kewanitaanku. Kulirik wajah Mas Deven yang terpejam, mungkin menikmati remasan kewanitaaanku di seluruh batang senjatanya.
Perlahan aku gerakkan pantatku naik turun, kian lama gerakan pinggulku kian buas, aku sudah tak dapat menguasai lagi nafsuku yang sudah tertahan, sesaknya senjata Mas Deven di kemaluanku ditambah cairan pelumas dari tubuh kami masing-masing menimbulkan suara-suara birahi seirama dengan gerakan pantatku.Akhirnya…“Venn… aku nggak tahan…” aku rasakan semburan hangat di kewanitaanku, aku semakin cepat… menggerakkan pinggulku meraih puncak kenikmatan yang tinggal selangkah lagi, tapi senjata Mas Deven keburu melembek hingga akhirnya mengecil. Aku tambah panik dan histeris dengan nafsuku yang tergantung. Aku mencoba membangkitkan kembali nafsu Mas Deven, tapi setiap kali aku mau orgasme, Mas Deven selalu mendahuluiku.Sampai sekarang meskipun kami jadi sering berhubungan badan tapi belum pernah sekalipun aku orgasme. Kalau baru pertama aku masih bisa terima, tapi sudah yang kesekian kalipun masih begitu. Entahlah, kalau buat keperkasaan. Mas Deven jauh dengan almarhum suamiku yang dapat membawaku ke puncak orgasme hingga 4 kali.
Pengalamanku Ngentot Dengan Seorang Pimpinan Cabang Bank BUMD
Ayu ditugaskan sebagai pimpinan cabang sebuah bank BUMD di sebuah kabupaten. untuk itu maka ia harus berpisah dgn suaminya yg bekerja sebagai dosen dan pengusaha di kota. Ayu menyewa sebuah kamar paviliun yg dihuni oleh seorang perempuan tua yg anak-anaknya tinggal di kota semua.Pada hari pertama ia bertugas, banyak sekali kesan yg dapat di terimanya dari para bawahannya di kantor. Ayu pulang pergi ke kantor selalu menumpang bendi (delman) yg dimiliki oleh tetangganya yg bernama Sarudin, kebetulan Sarudin telah kenal baik dgn Mbok Minah pemilik rumah yg ditempati Ayu. Sarudin seorang duda yg berumur kurang lebih 45 tahun, cerai dan tak memiliki anak. Jarak rumah Sarudin dan Ayu memang jauh karena di desa itu antara rumah dibatasi oleh kebun kelapa. Karena terlalu sering mengantar jemput Ayu, maka secara perlahan ada perasaan suka Sarudin terhadap Ayu namun segala keinginan itu di buang jauh-jauh oleh Sarudin karena ia tahu Ayu telah mempunyai suami dan setiap minggu suami Ayu selalu datang, tingkah suami istri itu selalu membuat Sarudin tak enak hati, namun ia harus pasrah bagaimanapun sebagai suami istri layaklah mereka berkumpul dan bermesraan untuk mengisi saat kebersamaan.Sarudin setiap hari selalu melihat sosok keelokan badan Ayu tapi bagaimana caranya menaklukannya, sedang gairahnya selalu minta dituntaskan saat bersama Ayu diatas bendinya. Kemudian timbullah pikiran licik Sarudin dgn meminta pertolongan seorang orang pintar, ia berkeinginan agar Ayu mau dgnnya. Atas bantuan orang pintar itu, Sarudin merasa puas dan mulailah ia mencoba pelet pemberian orang pintarnya.
Siang saat Ayu menumpang bendi, Sarudin melihat paha Ayu yg putih mulus itu, kejadian itu membuat gairah Sarudin naik dan kejantanannya berdiri saat itu ia mengenakan celana katun yg longgar sehingga kejantanannya yg menonjol terlihat oleh Ayu, Sarudin malu dan berusaha membuang muka, sedang Ayu merasa tak enak hati dan menutupkan pahanya, wajahnya bersemu merah ia merasakan bahwa batang kemaluan Sarudin itu memang besar dan panjang tak seperti milik suaminya. Ia tahu pasti kalau bercinta dgn Sarudin akan dapat memberikan anak baginya serta kepuasan yg jauh berbeda saat bercinta dgn suaminya, memang saat akhir-akhir ini frekuensi hubungan seks dgn suaminya agak berkurang dan suaminya cepat ejakulasi, telah 2 tahun menikah belum ada tanda-tanda ia hamil dan ini semakin membuat ia uring-uringan serta kepuasan yg dia harapkan dari suaminya tak dapat Ayu nikmati. Sedang kalau ia melihat sosok Sarudin taklah sebanding dgnnya karena status sosial dan intelektualnya jauh dibawah suaminya ditambah face-nya yg tak masuk katagorinya di tambah lagi kehidupan Sarudin yg bergelimang dgn kuda kadang membuatnya jijik, namun semua itu dibiarkannya karena Ayu butuh bantuan Sarudin mengantar jemput, ditambah Sarudin memang baik terhadapnya.
Kalau dilihat sosok Ayu, ia seorang perempuan karier berusia 27 tahun dan ia telah bekerja di bank itu kurang lebih 4 tahun, ia menikah dgn Manto, belun dikaruniai anak, tingginya 161 cm, rambut sebahu dicat agak pirang, kulit putih bersih dan memiliki dada 34B sehingga membuat para lelaki ingin dekat dgnnya dan menjamah buah dadanya yg montok dan seksi.Dgn berbekal pelet yg diberikan gurunya, Sarudin mendatangi rumah Ayu. Malam itu gerimis dan Sarudin mengetuk pintu rumah Ayu. Kebetulan yg membukakan pintu adalah Ayu yg saat itu sedang membaca majalah.“Eee.. Bang Sarudin tumben ada apa Bang?” tanya Ayu.“Ooo.. aku ingin nonton acara bola karena aku tak punya televisi apa boleh Bu Ayu?” jawab Sarudin.“Ooo.. boleh.. masuklah.. Bang.. langsung aja ke ruang tengah, televisi disitu..” Ayu menerangkan sambil ia menutup pintu. Diluar hujan mulai lebat.“Sebentar ya Bang?” Ayu ke belakang, membuatkan minuman untuk Sarudin. Sarudin duduk diruangan itu sambil melihat televisi.Tak berapa lama Ayu keluar membawa nampan berisi segelas air dan makanan kecil, sambil jongkok ia menyilakan Sarudin minum. Saat itu Sarudin sempat melihat belahan dada Ayu yg mulus sehingga Sarudin berdesir dadanya karena kemulusan kulit dada Ayu.
Sambil minum Sarudin menanyakan, “Mak Minah mana Bu, kok sepi aja?”“Ooo Mbok Minah sudah tidur,” jawab Ayu.“Bagaimana kabarnya Bang?” Ayu membuka pembicaraan.“Baik-baik saja,” jawab Sarudin sambil melafalkan mantera peletnya. Sambil menonton Sarudin berulang-ulang mencoba manteranya, saat itu Ayu sedang asyik membaca majalah. Merasa manteranya telah mengenai sasaran, Sarudin berusaha mengajak Ayu bicara tentang rumah tangga Ayu dan suaminya, diselingi ngomong jorok untuk membuat Ayu terangsang.Bu, sudah berapa lama Ibu kawin dan kenapa belum hamil?” tanya Sarudin.“Lho malu aku Bang, soalnya suami aku sibuk dan aku juga sibuk bekerja bagaimana kami mau berhubungan dan suami aku selalu egois dalam bercinta.” jawab Ayu menjelaskan.“Oh begitu? bagaimana kalau suami ibu jarang datang dan ibu butuh keintiman?” tanya Sarudin.“Jangan ngomong itu dong Bang, aku malu masa rahasia kamar mau aku omongin ama Abang?” jawab Ayu.“Bu Ayu, aku tau Ibu pasti kesepian dan butuh kehangatan lebih-lebih saat hujan dan dingin saat ini apa Ibu nggak mau mencobanya?” Sarudin berkata dgn nada terangsang.“Haa.. dgn siapa?” jawab Ayu,“Sedang Manto suamiku di kota,” timpalnya.“Dgn aku..” jawab Sarudin.“Haa gila! masa aku selingkuh?” Ayu menerangkan sambil mengeser duduknya. Sarudin merasa yakin Ayu tak menolak jika ia memegang tangannya.“Jangan lah Bang, nanti dilihat Mak Minah.” Ayu mengeser duduknya.“Oooh.. Mak Minah udah tidur tapi..?” jawab Sarudin memegang tangan Ayu dan mencoba memeluk badan mulus itu. Sambil mencoba melepaskan diri dari Sarudin Ayu beranjak ke kamar, ia memang berusaha menolak namun pengaruh dari pelet Sarudin tadi telah mengundang gairahnya.
Ia biarkan Sarudin ikut ke kamarnya.Saat berada di kamar, Ayu hanya duduk di pingir ranjangnya dan Sarudin berusaha membangkitkan nafsu Ayu dgn meraba dada dan menciumi bibir Ayu dgn rakus sebagaimana ia telah lama tak merasakan kehangatan badan perempuan. Sarudin berusaha meremas dada Ayu dan membuka blous tidur itu dgn tergesa-gesa, ia tak sabar ingin menuntaskan gairahnya selama ini. Sementara mulutnya tak puas-puasnya terus menjelajahi leher jenjang Ayu turun ke dada yg masih ditutupi BH pink itu. Sementara Ayu hanya pasrah terhadap perbuatan Sarudin, ia hanya menikmati saat gairahnya ingin dituntaskan.Kemudian tangan Sarudin membuka tali pengikat BH itu dari belakang dan terlihatlah sepasang gunung kembar mulus yg putingnya telah memerah karena remasan tangan Sarudin. Dgn mulutnya, Sarudin menjilat dan mengigit puting susu itu sementara tangan Sarudin berusaha membuka CD Ayu dan mengorek isi goa terlarang itu. Sarudin pun telah telanjang bulat lalu ia meminta Ayu untuk mengulum gagang kemaluannya, Ayu menolak karena gagang kejantanan Sarudin panjang, besar dan baunya membuat Ayu jijik. Dgn paksa Sarudin memasukan gagang kejantanannya ke mulut Ayu , dgn terpaksa gagang kejantanan itu masuk dan Ayu menjilatnya sambil memainkan lidah di ujung meriam Sarudin. Sarudin pun tak ketinggalan dgn caranya ia memainkan lidahnya di rongga kemaluan Ayu, lebih-lebih saat ia menemukan daging kecil di belahan rongga kemaluan itu dan dijilatinya dgn telaten sampai akhirnaya setelah berualng-ulang Ayu klimaks dan menyemburkan air maninya ke mulut Sarudin. Saat lebih kurang 20 menit Sarudin pun memuncratkan maninya ke mulut Ayu dan sempat tertelan oleh Ayu.
Kemudian Sarudin mengganti posisi berhadap-hadapan, Ayu ditelentangkannya di ranjang dan di pinggulnya diletakkan bantal lalu ia buka paha Ayu dgn menekuk tungkai Ayu ke bahunya. Sambil tangannya merangsang Ayu kedua kalinya Sarudin pun meremas buah dada Ayu dan mengorek isi rongga kemaluan Ayu yg telah memerah itu, lalu Ayu kembali dapat dinaikkan nafsunya sehingga mudah untuk melakukan penetrasi. Bagi Sarudin inilah saat-saat yg di tunggu-tunggunya, paha yg telah terbuka itu ia masukkan gagang kejantanannya dgn hati-hati takut akan menyakiti rongga kemaluan Ayu yg kecil itu. Berulang kali ia gagal dan setelah sedikit dipaksakan akhirnya gagang kejantanannya dapat masuk dgn pelan dan ini sempat membuat Ayu kesakitan.Sensasi Perselingkuhan Dengan Tukang Delman Yang Perkasa 3“Ouu.. jangan keras-keras Bang, ntar berdarah,” kata Ayu.“Sebentar ya.. Yu sedikit lagi,” kata Sarudin sambil mendorong masuk gagang kejantanannya ke dalam rongga kemaluan sempit itu. Dgn kesakitan Ayu hanya membiarkan aksi Sarudin itu dan mulutnya telah disumbat oleh bibir Sarudin supaya Ayu tak kesakitan.“Ooouu.. ahh.. ahh.. aahh..” hanya itu yg terdengar dari mulut Ayu dan itu berlangsung lebih kurang 17 menit dan akhirnya Sarudin menyemburkan air kenikmatannya dalam rongga kemaluan Ayu sebanyak-banyaknya dan ia lalu rebah di samping Ayu hingga pagi.Permainan cinta itu berlangsung tiga kali dan membuat Ayu serasa dilolosi tulang berulang hingga ia merasa harus libur ke kantor karena ia tak kuat dan energinya terkuras oleh Sarudin malam itu.Sejak kejadian itu hampir setiap kesempatan mereka selalu melakukan hubungan gelap itu, karena Ayu telah berada dibawah pengaruh pelet Sarudin dan saat suaminya datang Ayu pandai mengatur jadwal kencannya sehingga tak membuat curiga suami dan masyarakat di desa itu, mereka kadang-kadang melakukan hubungan seks di gubuk Sarudin yg memang agak jauh dari rumah penduduk lainnya.
Ayu pun rajin menggunakan pil KB karena ia juga takut hamil karena hubungan gelapnya itu dan suatu hari ia terlupa akhirnya ia positif hamil, ia amat gusar. Namun karena pintarnya Ayu memasang jadwal dgn suaminya maka suaminya amat senang sekali padahal Sarudin tahu Benih itu adalah anaknya karena hampir setiap ada kesempatan ia melakukanya dgn Ayu sedangkan dengan suaminya Ayu hanya sekali per 20 hari dan tak rutin. Akhirnya anak Ayu lahir di kota karena saat akhir kehamilannya, Ayu pindah ke kota sesuai permintaan suaminya, tak ada kemiripan anaknya dengan Manto malah yg ada hanya mirip Sarudin. Sejak Ayu berada di kota, secara sembunyi-sembunyi Sarudin menyempatkan diri untuk berkencan dgn Ayu karena Ayu sudah tak dapat melepaskan diri dari pengaruh pelet Sarudin. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,