Mafia 46

Mafia 46

Hari menjelang senja. Di dapur terdengar ibu menghela nafas, ketika ia membuka tutup botol kecil transparan dan melihat isinya.

“Martin,” panggil ibu
“Iya bu?” jawabku seraya menghampirinya.
“Tolong ke tetangga ya, pinjam garam,” pinta ibu.

Aku tak bercakap dan hanya mengambil botol kosong itu dengan muka muram. Aku keluar rumah dan pergi ke rumah tetangga seberang. Kuketuk pagar rumahnya. Tak lama seorang wanita keluar dari dalam dengan tampang kurang mengenakkan.

“Maaf bu, boleh pinjam garam?” tanyaku sambil mengadahkan botol kosong itu.

Wanita itu memandang ketus, lalu mengambil botol itu dari tanganku. Ia berjalan masuk ke dalam, sambil ngedumel, “Tiap minggu pinjam garam, balikin kagak pernah, kalau bukan karena suamiku yang terlalu baik, gak aku kasih.”

“Apa to bu.. orang lagi susah yah dibantu…,” terdengar suara berat seorang laki-laki menyahut.

“Bapak ini bantu orang mulu, kita juga susah…”

Keduanya tampak bertengkar di dalam. Aku merasa tidak enak.

Itulah secercah ingatan masa lalu yang kembali kepadaku, saat aku membeli sebungkus garam dapur dari Indomart.

Ketika aku kecil, kami miskin. Seringkali harus meminjam gula, garam, dan berbagai kebutuhan sehari-hari dari tetangga. Getir rasanya, hanya untuk beli garam Rp. 5000 saja tidak bisa.

“Ada dua hal dasar di dalam hidup ini yang perlu kamu pelajari untuk dapat berhasil di kemudian hari,” kata ayah.
“Apa itu?”
“Uang dan manusia.”
“Mengapa?”
“Dengan uang kamu memiliki daya untuk melakukan berbagai hal, entah itu sesuatu yang baik, maupun yang jahat.”
“Lalu kalau manusia.”
“Uang itu letaknya ada di kantong manusia lain. Kalau kamu mau banyak uang dan tidak susah seperti sekarang, kamu harus tahu caranya membuat mereka mau memberikan uang mereka kepadamu. Selain itu hanya bersama manusia lain, kamu dapat menjadi besar dan menghasilkan uang lebih banyak lagi.”

“Maaf pak, ini uang kembaliannya…,” suara lembut membangunkanku dari lamunan. Kulihat mbak kasir Indomart yang cantik, berbaju seragam biru merah kuning, dan berjilbab, tersenyum manis menyapaku.
“Oh iyah terima kasih.”

Dulu aku tak sekolah. Ayah yang mendidikku tentang kehidupan. Dia pula yang mengajarkan tentang matematika, geografi dan lain-lain. Ia lulusan luar negri.

Mungkin orang bertanya-tanya, bagaimana pria yang tidak memiliki harta benda dapat sekolah di luar? Ayahku sesungguhnya berasal dari keluarga yang kaya raya. Kakek pemilik pabrik garmen terbesar se asia tenggara, nenek pemilik bisnis perhiasan. Akan tetapi ia nekat memilih cinta seorang gadis kampung. Ia diusir dari rumahnya.

Kemarahan kakek dan nenek tidak terbendung, saat ayah berniat menikahi ibu. Mereka mengancam jika ayah melaksanakan keinginannya, mereka akan pastikan tidak ada satupun orang yang akan mempekerjakan atau berbisnis dengannya, di manapun.

Ayah tidak menghiraukan ancaman mereka dan menikahi ibu.

Berbekal modal tabungan yang ayah miliki, ia mencoba berbagai usaha. Mulai dari bisnis yang sedikit elit, sampai akhirnya hanya bisa buka bengkel isi angin ban di pinggir jalan akibat kehabisan modal. Kakek dan nenek membuktikan ancaman mereka.

Kedua orang tua ayahku benar-benar memutuskan aliran finansial dari segala arah dengan harapan anak mereka meninggalkan ibu dan kembali kepada mereka.

Mungkin sebenarnya wajar saja. Ibuku sesungguhnya adalah seorang PSK. Waktu ia muda, kakeknya menjual ibu ke seorang germo kota. Awalnya ia diberitahu akan bekerja jadi pelayan restoran, namun saat tiba di kota tujuan, ia malah dipaksa untuk melayani tamu. Padahal waktu itu ibu baru berusia 13 tahun.

Seorang pangeran bertemu PSK dan jatuh cinta. Itu hanya ada di drama Korea saja. Tapi ini benar-benar terjadi.

Kalau dari cerita ayah dan ibu, pertemuan keduanya di awali ketika ayah sedang beresenang-senang bersama teman-temannya. Sebagai anak orang kaya ia sering berpesta-pora. photomemek.com Pergi ke klub-klub dan karaoke. Suatu hari takdir mempertemukan mereka di sebuah ruang VIP klub. Ibu harus menari telanjang di hadapan mereka. Tetapi ibu tidak mau dan menangis.

Jika waku itu ayah tidak turun tangan, mungkin sudah ada 5 orang yang akan menggauli ibu saat itu. Kenang cerita orang tuaku. Ayah merasa kasihan melihat ibu dan tidak ingin memaksanya.

Ayah akhirnya meminta teman-temannya keluar dan menyewa ruang yang lain. Sementara ia dan ibu berbincang-bincang. Di saat itulah ibu merasakan untuk pertama kalinya ada seorang pria yang melindunginya. Meskipun ia merasa takut, karena belum mengenal ayah.

Ayah waktu itu masih berusia 25 tahun.

Ayah dengan sabar mencoba mengorek informasi dari ibu. Pada akhirnya ibu pun menceritakan pengalamannya.

Tidak tega mendengarkan cerita ibu, ayah ingin menebus ibu dari germonya. Tapi meskipun sudah diiming-imingi dengan uang 100 juta cash, si germo tidak bergeming. Terpaksa dengan todongan pistol di kepala, barulah ibu bisa lepas.

Ayah itu orangya baik. Tapi di dalam kebaikan tetap ada sisi kriminalnya. Mau dibilang baik, kadang gak juga, dibilang jahat, kadang baik juga.

Singkat cerita dari kisah heroik penyelamatan ibu, hubungan mereka berlanjut menjadi lebih serius. Meskipun terpaut usia yang jauh, ayah memutuskan untuk menikahi ibu. Keluarga ayah menjadi gempar. Kata ayah mungkin rasanya saat itu mereka bereaksi seperti ia sedang melempar kotoran orang ke muka mereka.

Jika dilihat, kemewahan, kenikmatan dan kemudahan yang harus ia tinggalkan. Mungkin secara kasat mata sebesar itulah takaran cinta ayah kepada ibu. Itu juga yang membuat ibu cinta mati kepada ayah.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts