Mbak Erna Pembantu Serba Bisa – Cerita Mesum
Mbak Erna Pembantu Serba Bisa – Cerita Mesum
Cerita ini merupakan kisah nyata kehidupan masa laluku beberapa tahun yang lewat. Awalnya aku enggan untuk menceritakan pengalamanku ini ke pembaca sekalian karena mungkin sebagian orang merasa malu aibnya terbongkar.
Namun dibalik itu semua..aku percaya pasti ada hikmah yang bisa dijadikan pelajaran berharga bagi pembaca sekalian. Aku bukanlah penulis hebat yang bisa membius pembaca untuk berimajinasi dalam setiap hasil karyanya.
Tapi aku hanya orang biasa yang berusaha menulis cerita dari hasil mengingat kembali rangkaian peristiwa demi peristiwa yang terjadi dalam hidupku dulu. Demi menjaga kerahasiaan, aku sengaja menyamarkan nama aku sebenarnya.
Namaku Richard Sulistio, biasa dipanggil Richie. Umurku 31 tahun. Aku bekerja dibidang pemerintahan dan sekarang ditugaskan di Pulau Sumatera, tepatnya di kota L. Aku memiliki seorang istri, kami sudah menikah selama enam tahun namun hingga saat ini belum diberi momongan.
Di kota P aku tinggal di rumah mertua, kebetulan dulu mertuaku bekerja juga di Kota P sehingga memiliki rumah di sini. Mertuaku sekarang sudah pensiun dan mereka memutuskan untuk kembali ke kampung halaman di Pulau Jawa, menetap di sana menikmati masa tua.
Karena sayang untuk dijual dan kebetulan aku bertugas di kota ini, maka mereka menyuruh aku dan istri untuk menjaga dan tinggal di rumahnya. Kamipun setuju itung-itunzg menghemat biaya kontrak rumah hehehee.
Di rumah aku memiliki seorang pembantu, namanya Mbak Erna. Mbak Erna berumur sekitar 35 tahun dan memiliki dua orang anak perempuan. Mbak Erna merupakan peranakan Jawa Sunda dan udah dari kecil menetap di kota L. Secara fisik tidak ada yang spesial dengan Mbak Erna, tinggi badan semampai rambut pendek sebahu dan badan yang agak kurus.
Kulitnya tidak putih namun cukup terang, sawo matang kata banyak orang. Mukanya terlihat sangat keibuan dengan garis-garis keriput yang mulai nampak. photomemek.com Namun, sebagai seorang pembantu Mbak Erna masih masuk kategori yang cukup enak dipandang, not bad lah. Mbak Erna tidak menginap di rumahku, dia datang pagi dan pulang setelah pekerjaan rumah selesai. Mbak Erna bekerja di rumahku dari hari Senin sampai Sabtu.
Rumahnya berjarak kurang lebih 500 meter dari rumahku, dia biasanya datang ke rumahku dengan berjalan kaki. Mbak Erna tinggal bersama anak-anaknya, sedangkan suaminya bekerja di luar kota. Suaminya pulang sebulan sekali atau terkadang Mbak Erna yang datang ke kota suaminya bekerja.
Penghasilan suami Mbak Erna bisa dibilang pas-pasan karenanya untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga, Mbak Erna mencari penghasilan tambahan. Sebenarnya aku dan istriku belum terlalu membutuhkan pembantu karena kami masih tinggal berdua selain itu juga istriku tidak bekerja jadi tidak ada masalah dengan pekerjaan rumah, namun karena Mbak Erna sudah lama ikut dengan mertuaku kami jadi tidak enak untuk memberhentikannya.
Aku jarang ngobrol dengan Mbak Erna, karena kami juga jarang bertemu. Kami biasanya hanya bertemu pada hari sabtu atau jika aku sedang sedang libur. Jika bertemu kami hanya saling bertegur sapa saja dan sangat jarang sekali mengobrol. Selama ini Mbak Erna tidak pernah menyita perhatianku dan aku juga tidak pernah berpikir macam-macam dengan Mbak Erna. Namun ternyata hal tak terduga aku alami bersama Mbak Erna.
Pagi hari aku sedang bersiap-siap untuk berangkat kantor, ketika tiba-tiba kakak iparku menelpon mengabarkan ibu mertuaku masuk rumah sakit. Ibu mertuaku memang sudah lama sakit dan beberapa kali masuk rumah sakit, namun kali ini harus dilakukan tindakan operasi.
Aku menyuruh istriku segera mencari tiket untuk pulang ke jawa menjenguk dan memberi support ibu yang akan melakukan operasi. Karena aku masih banyak pekerjaan kantor yang harus diselesaikan, maka tidak mungkin untuk ikut pulang bersama istriku.
Siangnya aku pulang ke rumah untuk mengantar istriku ke bandara. Waktu itu Mbak Erna masih di rumahku, istriku sedang berpesan ini-itu, urusan rumah sepertinya. Setelah selesai berpesan kepada Mbak Erna, istriku menitipkan kunci rumah cadangan ke Mbak Erna sehingga jika aku sedang bekerja dia tetap dapat datang untuk bersih-bersih rumah dan menyelesaikan pekerjaan lainnya.
Cerita Sex – Mbak Erna Pembantu Serba Bisa
Hari ini Sabtu, aku terbangun oleh suara alarm hp-ku. Jam 08:00. Aku sengaja mengeset alarmku supaya tidak bangun kesiangan karena aku ada janji dengan teman kantorku untuk menyelesaikan laporan kami. Mataku masih berat untuk dibuka, aku matikan alarmku namun aku masih bermalas-malasan di tempat tidur.
Baru jam 03.00 pagi tadi aku tidur karena semalam harus kerja lembur, hari ini juga aku seharusnya libur namun terpaksa aku harus ke kantor untuk menyelesaikan laporan karena deadline sudah dekat. Aku masih mencoba mengumpulkan tenaga untuk beranjak dari kasur ketika terdengar ketukan pintu. Siapa pikirku?
“Mas..Mas…Mas Richie?!!”
Aku mendengar suara yang aku kenal, Mbak Erna. Ahhg…aku masih malas untuk bangkit. Mbak Erna kembali mengetuk dan memanggil namaku. ceritaseksbergambar.com Biarkan saja pikirku, toh dia bawa kunci cadangan juga. Benar saja setelah beberapa kali mengetuk dan memanggil tanpa ada balasan, terdengar suara kunci pintu dibuka. Mungkin Mbak Erna berpikir aku sedang pergi. Terdengar suara pintu masuk depan rumah terbuka.
“Mas Richie?” Mbak Erna masih mencoba memanggilku, memastikan aku ada di rumah atau tidak.
Seketika itu juga aku sadar aku tidak menutup pintu kamarku. Aku tidak menutupnya karena semalam listrik padam, AC kamarku mati. Karena gerah, kuputuskan untuk tidur dengan pintu kamar terbuka agar ada sedikit udara segar masuk. Pintu kamarku menghadap ke ruang tengah. Mbak Erna pasti akan melalui kamarku untuk menuju ke dapur dan tempat cuci baju.
Tiba-tiba timbul niat isengku. Biar saja Mbak Erna melihatku dalam posisi tidur. Aku biasa tidur hanya mengenakan kaos oblong dan celana boxer. Aku suka mengenakan celana boxer tipis kalo di rumah karena si “Junior” rasanya jadi lebih lega dan kalo tiba-tiba “pengen” ama istri tinggal plorotin aja hehehe. Nahhh yang bikin aku jadi tambah iseng karena kalo pagi bangun tidur si Junior suka berdiri tegak (ngaceng kata orang jakarte..hehe).
Aku arahkan penisku yang setengah berdiri ke samping paha kiri dengan menyingkap sedikit bagian bawah boxerku sehingga seolah-olah penisku keluar dengan sendirinya ketika aku tidur. Jadi kepala penisku sedikit keluar di sela2 antara celana boxer dan paha. Aku penasaran ingin melihat ekspresi Mbak Erna ketika melihatku dalam posisi seperti ini. Kenapa aku jadi exebisionis gini ya….hehehe.
Hmmm.. muncul ideku untuk merekam ekspresi Mbak Erna agar aku bisa melihatnya nanti. Dengan cepat aku menyalakan kamera video di hape-ku, kuarahkan ke pintu, dan aku sangga dengan bantal biar posisinya pas. Mbak Erna tidak akan tahu kalo kamera hape itu menyala, dia pasti akan berpikir hape-nya tergletak biasa saja. Aku lalu kembali ke posisi semula dan pura-pura masih tidur terlentang dengan kedua kaki agak ngangkang.
Terdengar suara langkah Mbak Erna mendekat dan tiba-tiba berhenti sejenak ketika sampai di depan kamarku. Aku tertawa geli dalam tidurku, pura-pura tidur tepatnya hehehee. Sepertinya Mbak Erna kaget melihat aku ada di rumah dan tertidur pulas dengan Junior mengintip keluar dari boxer ku.
Beberapa saat Mbak Erna berhenti kemudian dengan hati-hati dia menjulurkan kepalanya ke dalam kamarku. Dia melihatku masih tidur pulas, sekilas dia melirik kearah penisku. Sengaja aku gerakkan penisku sdikit seakan sedang mengangguk biar lebih hot suasananya pikirku…hihi. Tak lama setelah itu terdengar langkah kaki Mbak Erna beranjak pergi.
Setelah Mbak Erna pergi aku tertawa pelan, aku sudah menahan tawa dari tadi. Dari bagian belakang rumah terdengar Mbak Erna mulai beraktivitas, sepertinya sedang mencuci baju karena terdengar suara berisik mesin cuci. Aku ambil hapeku dan aku putar rekaman video tadi. Sambil menahan tawa aku melihat video itu.
Dalam rekaman video terlihat ketika Mbak Erna sampai di depan kamarku dan langsung kaget melihatku. Sepertinya dia juga menyadari kalo penisku terlihat, dan matanya cukup lama melihat ke arah situ heheehe. Aku memang hanya iseng dan tidak ada niat untuk bertindah lebih jauh.
Aku bangun dan segera menuju kamar mandi, aku masih tetap memakai boxer tapi tentunya si Junior sudah kembai ke sarangnya. Aku pura-pura kaget ketika melihat Mbak Erna.
“Eh.. Mbak Erna, sudah dari tadi Mbak?”
“Baa..baru saja kok mas.” Mbak Erna terlihar agak gugup, mungkin karena kejadian barusan.
“Ohh..maaf Mbak aku gak denger Mbak Erna tadi datang.” Aku bicara dengan nada santai supaya Mbak Erna tidak gugup.
“Iya Mas Richie, Mbak tadi ketuk pintu enggak ada yang bukain. Mbak kira di rumah gak ada orang. Ehh.. ternyata Mas Richie masih tidur.” Mbak Erna sudah bisa mengendalikan dirinya.
“Iya Mbak aku gak denger.” Aku beralasan. “Baru tidur tadi pagi. Semalam habis lembur…”
“Ouww.”
“Mbak aku tolong dibikinin mie ya buat sarapan, dah lapar nih.”
“Iyaa mas tapi bentar lagi ya, tanggung ini mas nyucinya dah mau selesai.”
“Okai Mbak aku juga mau mandi dulu.” Aku berlalu menuju kamar mandi.
Selesai mandi..mieku sudah siap. Aku sarapan sambil duduk di depan TV, kunyalakan TV dan mulai menyantap mieku selagi masih hangat. Mbak Erna sedang menyetrika baju. Tempatnya menyetrika tidak jauh dari tempat aku duduk. Aku mencoba untuk mengajaknya mengobrol sambil sarapan.
“Anaknya yang gedhe sekarang dimana Mbak? Masih sekolah? Atau sudah lulus?” aku membuka obrolan. Aku tau dari istriku kalo anak pertamannya dulu sekolah di kejuruan bagian Farmasi , aku lupa nama anaknya.
“Oh si Rina ya mas, sekarang sudah kerja mas. Baru lulus dua bulan yang lalu tapi alhamdulillah langsung dapat kerjaan,” jawabnya agak kaku karena tidak terbiasa mengobrol denganku.
“Kerja di mana Mbak?”
“Di Rumah Sakit Merah Putih di Kota PP.” Rupanya si Rina kerja di luar kota.
Obrolan mulai berkembang dan suasana menjadi cair. Mbak Erna mulai nyaman ngobrol dengan ku. Dia bercerita kalo dia senang anaknya langsung mendapat kerja sehingga tidak bergantung dengan orang tua lagi. Mbak Erna juga bercerita kalo sekarang usaha tempat suaminya bekerja sedang tidak bagus sehingga sudah empat bulan ini suaminya belum bisa pulang karena belum ada ongkos.
Mbak Erna juga tidak biasa datang ke sana karena uang yang diperolehnya sudah habis digunakan untuk biaya sekolah anaknya. anaknya yang nomor dua baru saja masuk SMP. Aku agak simpati juga mendengar cerita Mbak Erna. Aku menyuruhnya bersabar dan menasehatinya untuk tetap semangat bekerja.
“Kalo sudah rejekinya pasti gak akan kemana Mbak.” nasehat ku. “Yang penting kita berusaha. Rejeki pasti tiba dengan sendirinya.”
Dari obrolan kami aku jadi tahu ternyata selain bekerja di tempatku kalo malam Mbak Erna juga bekerja menjaga warung makan. Selama kami mengobrol aku mendapati Mbak Erna beberapa kali melirik si Junior. Aku cuek saja.
Sehabis mandi tadi aku masih menggunakan boxer dan kaos saja. Seperti aku bilang kalo sedang di rumah aku memang biasa seperti ini. filmbokepjepang.com Sebelum-sebelumnya Mbak Erna juga sudah biasa melihatku mengenakan boxer kalo sedang di rumah jadi aku cuek saja. Karena mulai merasa biasa denganku Mbak Erna mulai berani menanyakan hal yang agak privat.
“Mas..Mas Richie dan Mbak Anja memang nunda punya momongan ya?” “Eh maaf ya mas..Mbak nanya-nanya aja..” Mbak Erna sadar kalo pertanyaannya mungkin agak sensitif, dia jadi salah tingkah dan terlihat agak menyesal telah bertanya.
“Gak papa kok Mbak.” jawabku tersenyum. “Aku sebenarnya pengen segera punya momongan Mbak, apalagi Anja dia kan seneng banget sama anak kecil” tambahku, “Tapi sepertinya masih belum dikasih.”
“Sabar ya mas. Nanti juga pasti dapat kok kalo memang sudah rejekinya” Mbak Erna mencoba menghiburku dengan nada keibuan, seperti seorang ibu yang menghibur anaknya yang kalah dalam lomba. Aku menjadi sedikit terharu, terharu dengan diriku sendiri.
“Mbak dulu juga lama kosong kok. Hampir tiga tahun.”
“Iyaa ya Mbak?” aku baru tahu kalo Mbak Erna ternyata juga lama dapat momongan.
“Mas Richie sudah coba cek ke dokter?” tanya Mbak Erna.
“Sudah sih Mbak, tapi kata dokter gak ada masalah baik sama Anja maupun sama aku. Semuanya sehat. Kata dokter sih dicoba terus aja” jawabku “Mungkin bikinnya yang gak bener kali ya Mbak heheheehe.” aku bercanda tanpa maskud menggoda.
Mbak Erna tersenyum kecil kemudian menjawab dengan nada serius “Sama mas Richie, dulu Mbak juga cek ke dokter dan kata dokter suami Mbak dan Mbak sehat semuanya.”
“Ohhh” jawabku singkat.
Aku melahap suapan terakhir mie ku, Mbak Erna terlihat fokus kembali menyetrika. Kami terdiam sejenak.
“Terus akhirnya bisa dapat Rina gimana Mbak?” aku memecah keheningan “Kata temenku sih aku disuruh banyak-banyak makan toge dan minum jus pinang muda, emang bener ya?”
“Kalo toge sih emang bagus buat laki-laki mas,” kata Mbak Erna sambil melipat kemeja yang baru selesai disetrika “Katanya dapat meningkatkan kualitas itunya.”
“Itunya?” aku memasang muka heran, aku menangkap maksud Mbak Erna adalah bahwa toge dapat meningkatkan kualitas ereksi atau ketahanan penis.
“Bukan anunya mas?” Mbak Erna terkikik, “eee..itu kualitas..ee sperma.” sepertinya Mbak Erna agak risih mengucapkan kata sperma dihadapanku.
“Ouww. Kirain hehee..perasaan aku dah banyak makan toge tapi gak ada perubahan kualitas di situ hehehee” Mbak Erna ketawa mendengar komentarku.
“Jadi dulu suami Mbak banyak makan toge juga ya?” tanyaku.
“Ya gak banyak juga sih mas biasa aja, kalo Mbak kebetulan pas masak sayur toge aja.” Mbak Erna kemudian menambahkan,
“Oohh…”
“Trus kalo Jus Pinang muda, apa suami Mbak juga sering juga minum ??? Tanyaku antusias
“Kalo itu mahh sering mas, suami Mbak biasanya minum dicampur dengan madu dan kuning telur ayam kampung…katanya bagus biaar stamina tetap terjaga”
“Wowww….kuat dong” jawabku spontan
“Yah lumayanlah mas…” jawab Mbak Erna tersenyum malu sambil menunduk. Suasana terlihat lebih santai seolah tidak ada sekat diantara kami….sekat antara juragan dengan seorang pembantu.
Tak lama berselang suasana menjadi hening seketika dan tiba-tiba Mbak Erna berkata
“Mbak dulu ke tukang urut mas.”
“Tukang urut?” aku bingung.
“Iya kebetulan nenek Mbak dulu tukang urut.” Jelas Mbak Erna sambil mengusap keringat dikeningnya, sepertinya hawa panas strika membuat Mbak Erna gerah.
“Waktu itu nenek bilang supaya bisa cepet dapat momongan suami Mbak harus mau diurut karena menurut nenek ada syaraf suami Mbak yang bekerja kurang maksimal.”
Waktu itu aku masih berpikir kalo ‘diurut’ yang diceritakan Mbak Erna sepeti diurut pada umumnya.
“Mbak sih awalnya gak ngerti tapi karena gak ada ruginya ya kenapa gak dicoba aja. Apalagi yang nyuruh orang tua kalo gak mau malah takut kualat nanti.”
Aku menyimak cerita Mbak Erna dengan serius.
“Jadi ya sudah Mbak sama suami berangkat ke rumah nenek di dusun. Kemudian suami Mbak diurut, nenek juga mengajari Mbak cara ngurutnya. Kata nenek supaya berhasil gak bisa hanya diurut sekali jadi nenek mengajari Mbak cara ngurutnya yang bener supaya Mbak bisa ngurut sendiri nantinya sehingga gak perlu bolak-balik ke rumah nenek yang cukup jauh.”
“Nenek juga ngasih ramuan gitu, harus rutin diminum selama proses penyembuhan”
“Percaya gak percaya sih Mas Richie. Dua minggu setelah itu Mbak langsung isi.” Mbak Erna mengakhiri ceritanya sambil melipat pakai terakhir yang disetrikanya.
Dia menghela nafas lega, setrikaannya sudah selesai semua. Mbak Erna mengusap butir-butir keringat diwajahnya dengan bagian bawah kaosnya. Otomatis kaosnya sedikit terangkat dan terlihat perut Mbak Erna yang putih, perut Mbak Erna ramping dan masih kenceng.
Maklum Mbak Erna kan bukan tante-tante berduit yang hobi kuliner gak jelas tapi membanting tulang demi membantu suami menafkahi anaknya. Mbak Erna waktu itu memakai kaos warna krem yang agak kedodoran dan sudah kusam. Di bagian bawah dia menggunakan legging sebatas lutut warna biru gelap.
Mbak Erna Pembantu Serba Bisa – Cerita Dewasa
Meskipun legging jangan bayangkan seperti legging-lengging yang dipakai ABG sehingga terlihat ketat dan sexy. Legging yang dipakai Mbak Erna sepertinya sudah sering dipakai sehingga agak melar.
Mbak Erna dalam berpakaian memang seadanya, kaos, legging, celana pendek, kolor terkadang dia juga memakai daster dan semua pakaiannya sudah kusam bahkan ada beberapa yang terdapat bagian yang sobek atau bolong. Aku rasa di dunia ini tidak ada wanita yang tidak ingin tampil cantik dan menarik, begitu juga Mbak Erna. Namun keadaan yang memaksanya begitu.
Mbak Erna berjalan ke dapur dan mengambil segelas air minum. Setelah minum dia kembali mengusap keringat di dahi dengan punggung tangannya. Mbak Erna menyisir rambutnya kebelakang dengan jari mengumpulkannya menjadi satu dan mengikatnya dengan karet gelang.
Dia berjalan menuju mesin cuci dan mulai mengeluarkan baju yang telah selesai dicuci untuk dijemur. Aku melihat jam dinding, jam 09.00. Sebentar lagi berangkat ke kantor pikirku. Aku berjalan kebelakang untuk menaruh piring kotor ditempat cucian. Tempat cuci piring ada di luar rumah bersebelahan dengan tempat Mbak Erna menjemur.
Aku perhatikan Mbak Erna agak kesulitan menjemur selimut, aku datang mendekat membantu Mbak Erna menaruh selimut di tali jemuran. Angin berhembus dan aku mencium aroma yang aneh, bukan, bukan, bukan aroma yang tidak enak tetapi aroma yang khas. Ini bau tubuh Mbak Erna dugaanku. AKu seperti sedang terhipnotis, aroma itu masuk melalui hidungku dan langsung membekukan otakku. Aku merasakan sensasi yang aneh.
“Makasih Mas.” Mbak Erna menyadarkanku.
“Ah..iyaa.” Gantian aku yang gugup.
Mbak Erna melanjutkan menjemur sisanya. Aku berdiri bersandar didinding tempat ujung tali jemuran ditambatkan.
“Mbak aku kayaknya tertarik juga urut sama neneknya Mbak Erna, siapa tau berhasil juga.” Aku melanjutkan obrolan kami tadi. Aku menunjukkan keantusiasanku.
Mbak Erna menjemur celana jeansku dan kembali mengusap keringat di dahinya, sepertinya dia mulai kelelahan.
“Masalahnya mas,” dia kembali mengambil sisa pakaian yang akan dijemur, “Nenek Mbak dah meninggal satu tahun yang lalu.”
“Ahh..maaf Mbak.” aku tidak menduga jawaban Mbak Erna. “Sakit Mbak?”
“Yaa memang sakit..tapi juga karena memang sudah umur”
Angin kembali berhembus dan lagi-lagi bau aroma tubuh Mbak Erna mengalir melalui hidungku. Aku kembali blank.
“Kalo nenek masih sehat mungkin aku bisa berhasil juga kali ya Mbak?” aku berbicara dengan pandangan kosong. Jujur ada sedikit perasaan kecewa dan sedih dalam hatiku. Sebelum Mbak Erna sempat menimpali aku menyadari sesuatu, “ehh..bukannya Mbak Erna pernah diajari cara ngurutnya juga ya?”
Mbak Erna tiba-tiba berhenti bergerak, dia kaget dengan pertanyaanku.
“Ee..em..EMbak gak bisa.” Mbak Erna gugup.
“Loh tadi kan Mbak cerita, Kalo Mbak diajari cara ngurutnya supaya Mbak bisa ngurut sendiri tanpa harus ke rumah Nenek? Suami Mbak kan cuma diurut sekali sama nenek, iya kan? Selebihnya Mbak Erna yang ngurut kan, Iya kan Mbak?” aku membrondong Mbak Erna karena merasa ada harapan.
Maklumlah pembaca, sejak menikah beberapa tahun yang lalu….Aku sangat mengiginkan punya momongan. Apalagi teman-teman sebayaku udah punya anak semua.
“Bukan gitu mas Richie.” Mbak Erna menjawab sambil berjalan masuk rumah. Keringatnya sepertinya semakin menjadi.
Kenapa Mbak Erna panik pikirku? Aku berjalan masuk rumah mengikuti Mbak Erna. Mbak Erna menuju ruang tengah, dan duduk di depan TV.
“Jadi gimana Mbak? masa Mbak Erna gak mau nolongin aku?…..pleaseee” Aku memohon.
Mbak Erna mengambil sapu sepertinya dia hendak menyapu tapi kemudian dia menghela nafas dan kemudian menarik kursi makan dan duduk memandangku dengan serius. Mbak Erna menarik nafas kemudian mulai berbicara.
“Mbak Erna bukannya gak mau menolong Mas Richie tapi Mbak gak bisa.” Aku bingung, Mbak Erna kembali menarik nafas dan melanjutkan. “Soalnya….”
“Eee..Maksud Mbak cara ngurut itu..Ehh..pokoknya Mbak gak bisa ngurut Mas Richie.”
Aku memandang Mbak Erna, semakin bingung. Mbak Erna menarik nafas panjang seperti sedang mengumpulkan kekuatan.
“Mas..Mbak gak bisa membantu Mas Richie karena yang harus diurut itu ada di…syaraf yang harus diurut itu ada di..” Mbak Erna memelankan suaranya, mukanya memerah. “bu….burungnya…” kata si Mbak terbata-bata.
Caaassss. Tubuhku seperti diguyur air es. Akhirnya aku paham kebingungan Mbak Erna. Aku mendadak jadi malu memaksa Mbak Erna untuk mengurutku. Aku melihat Mbak Erna, dia menunduk memainkan gagang sapu, mukanya merah padam. Perlahan dia mulai mengangkat kepalanya memandangku. Mbak Erna tersenyum, senyum yang terlihat grogi dan kikuk.
“Maaaf….Mbak, waduhhhh aku kirain urut badan kayak biasa gitu.” Aku menimpali sambil nyengir.
Kami berdua melihat TV tapi sama sekali tidak tahu apa yang kami tonton, pikiran kami melayang entah ke mana. Kami berdua jadi salah tingkah.
“Yaaahh mungkin memang belum waktunya Mbak, nanti juga pasti dapat kalo sudah waktunya kan?” ujarku sambil tersenyum getir.
Mata kami berdua masih melihat TV. Aku bangkit dari tempat duduk, “Aku siap-siap dulu ya Mbak mau ke kantor ada janji sama temen.” Aku menuju kamarku ganti baju.
Aku baru selesai mengganti kaos yang aku kenakan dengan polo shirt ketika tiba-tiba Mbak Erna sudah di depan pintu kamarku yang tidak tertutup.
“Mas Richie..” mukanya menunjukkan raut merasa bersalah.
Aku jadi serba salah, sebenernya aku sudah memahami kondisinya dan maklum.
“Mas Richie…memangnya Mas Richie mau kalo Mbak urut?” Duaarr aku jadi bingung sendiri. Aku jadi gak enak sama Mbak Erna, karena dari awal aku sudah salah memahami maksud ‘diurut’ yang diceritakan Mbak Erna.
“Mbak…” aku duduk di tepi tempat tidurku, “Mbak Erna gak usah merasa bersalah gitu, aku gak papa kok Mbak, tadi cuma salah paham.”
“Kalo aku tau maksud diurut yang Mbak ceritain itu seperti itu, aku gak mungkin minta tolong ke Mbak Erna kan?” aku melanjutkan.
Mbak Erna menunduk, jarinya memainkan ujung kaosnya. “Mbak bukannya gak mau nolong Mas..apalagi Mbak Anja sama Mas Richie sudah baik dan banyak membantu Mbak,” Memang istriku suka memberi makanan, baju dan uang tambahan untuk Mbak Erna. “Cuma Mbak ngerasa gak pantes aja kalo harus ngurut Mas Richie.”
Nahhh. Aku paling gak bisa kalo wanita sudah merasa rendah seperti ini.
“Bukan gitu Mbak…aku mau aja kok cuma kan..” Aku terdiam berpikir. Aku bukannya gak mau cuma aku gak membayangkan bakal ‘diurut’ Mbak Erna dan aku berpikir Mbak Erna juga pasti gak bakal mau. Aku jadi bingung.
“Gini aja Mbak Erna, aku sekarang ada janjian sama temen, ada kerjaan kantor. Kalo Mbak emang mau, gimana kalo nanti malam Mbak Erna ke rumah lagi buat ngurut aku?” jujur aja sejauh ini aku belum berpikir macam-macam. Aku setuju untuk diurut hanya karena gak tega melihat Mbak Erna. Mbak Erna mengangkat kepalanya melihatku, mukanya agak cerah, “Mas Richie yakin?”
“Yuupp!” aku menjawab yakin.
“Baik mas ntar Mbak coba urut, semoga berhasil juga, supaya Mas Richie dan Mbak Anja cepet punya momongan.” Mbak Erna tersenyum ringan namun jauh di dalam matanya aku masih melihat keraguan. Aku tahu Mbak Erna pasti sama bimbangnya denganku.
Jam tujuh malam aku sudah mengendari motorku menuju ke rumah. Aku mampir ke warung untuk makan malam sekalian, karena tidak ada istriku artinya di rumah juga tidak ada makanan. Hari ini sudah seminggu sejak kepulangan istriku ke jawa. Kemarin dia telepon sepertinya masih belum bisa pulang karena masih harus menemani ibunya.
Jam setengah delapan aku sudah sampai di rumah. Tepat waktu pikiriku. Sebelumnya aku sudah bilang Mbak Erna untuk ke rumah jam delapan saja. Aku segera mandi dan berganti pakaian, setelah mandi aku tiduran sambil nonton TV di kamar.
Tak terasa mataku terpejam. Aku dikagetkan suara ketukan pintu, aku terbangun setengah sadar. Ahh iya Mbak Erna pikirku, aku segera menuju ruang tamu dan membuka pintu. Bener saja Mbak Erna yang datang.
“Mas Richie dah di rumah ya?” Mbak Erna tersenyum menyapaku.
“Iya Mbak, ini barusan juga sampainya.” Setelah Mbak Erna masuk, aku langsung menutup pintu.
“Sudah makan Mbak?” tanyaku.
“Sudah mas.”
“Ouuw ya udah, soalnya di rumah juga gak ada makanan Mbak….heheee.” Kami duduk di depan TV.
Memang di ruang tengah biasa aku gunakan untuk duduk santai, atau ketika ada keluarga datang biasanya kami mengobrol di sofa yang ada di depan TV. Begitu juga malam ini, rasanya akan terlalu resmi kalo aku mengajak Mbak Erna duduk di ruang tamu, jadi di sinilah kami duduk, di depan tv.
“Ohh Mas Richie belum makan ya?” tanya Mbak Erna.
“Sudah kok Mbak, tadi mampir makan sekalain pas pulang.”
Kami terdiam sejenak. Terus terang aja aku juga sedikit grogi masalah urut-mengurut ini. Aku bingung harus bagaimana memulainya. Untungnya Mbak Erna yang berinisiatif memulai.
“Mau diuuurut sekarang mas?” Mbak Erna bertanya sambil menatapku sekilas. Suara Mbak Erna terdengar agak gemetar mungkin karena grogi juga.
“Boleh Mbak, ayuk. Di kamar aja kali ya Mbak?” maksudku agar aku bisa sambil tiduran dengan nyaman di tempat tidur.
“Iya mas.” Mbak Erna berjalan mengikuti aku ke kamar.
Sampai di kamar aku bingung harus gimana “Gimana nih Mbak?”
“Mas Richie ada handbody?”
“Ada Mbak.” aku segera mengambil handbody lotion istriku di meja rias.
“Mas Richie tidur tengkurap ya mas.”
Aku langsung tengkurap masih dengan pakaian lengkap, kaos dan boxer. Detak jantungku mulai berakselerasi. Aku pikir Mbak Erna akan langsung mengurut burungku hehe. Ternyata Mbak Erna memulainya dengan menotok saraf di telapak kakiku memakai ujung jari telunjuknya.
“aukkh….sss..” Aku meringis menahan sakit.
“Tahann…ya Mas, emang agak sedikit sakit karna mas jarang dipijit..” sahut Mbak Erna
Kemudian Mbak Erna mengoleskan sedikit lotion ke tangannya dan mulai mengurut telapak kakiku. Dia memijatnya di berapa titik bagian tapak kaki dan kemudian mengurutnya naik dari betis ke paha. Dia melakukan beberapa kali, dimulai dari kaki kiri kemudian pindah ke kaki kanan.
“Maaf ya mas Mbak urut di sini.” Mbak Erna lanjut mengurut beberapa titik dipantatku.
“Gapaapa Mbak, lanjuut aja..” Jawabku
Dia memijat sebentar dan sepertinya agak bingung karena aku masih mengenakan boxer.
“Mas Richie maaf celananya diturunin dikit ya, Mbak agak susah ini ngurutnya.”
“Ahh.. iya Mbak.” Aku menurunkan sedikit boxerku, sehingga setengah pantatku terlihat.
Mbak Erna melanjutkan mengurut pantatku. Tekanan dan urutan jari Mbak Erna didaerah pantat mulai mempengaruhi si “junior”. Aku mencoba mengalihkan perhatian supaya penisku tidak menjadi tegang.
Malu kalo ketahuan si Mbak, masa baru mulai aja udah tegang. Tapi lama kelamaan urutan Mbak Erna membuatku merasa nikmat, sehingga aku tidak bisa melawannya. Akibatnya si junior menjadi separuh tegang. Aku hanya bisa memejamkan mata sambil menikmati urutan Mbak Erna. Aku menikmati sensasinya.
“Mas Richie balik badannya.”
“Ahh..iya.” deg deg deg detak jantungku meningkat dengan pasti, telapak tanganku dingin. Dengan kondisi penisku yang separuh tegang dan dengan boxer longgar yang aku pakai, pasti Mbak Erna akan melihatnya. Ahh tp toh nanti dia juga akan mengurutnya pikirku.
Aku segera membalikkan badan. Aku melihat Mbak Erna ketika membalikkan badan, dia sama gugupnya denganku, kepalanya menunduk tidak berani menatapku. Setelah aku mendapat posisi nyaman aku kembali memejamkan mata biar Mbak Erna lebih nyantai dan fokus bekerja.
Mbak Erna meneruskan memijat,kembali memijat bagian luar dan dalam kaki ku dan kemudian mengurut dari atas ke bawah dari kaki kiri berganti kaki kanan. Aku berusaha mengendalikan nafasku agar jantungku tidak berdetak terlalu cepat, tapi soal si junior aku tidak bisa mengendalikannya, tekanan darah terus dipompa mengalir terpusat. Tangan Mbak Erna beranjak ke memijat pahaku, dia mengurut dari sisi luar mengarah ke pangkal paha.
“Ahh..” Aku reflek melenguh pelan, mungkin Mbak Erna tidak mendengarnya. Dia terus mengurut seperti itu berulang-ulang. Penisku semakin tegang, tegang sejadi-jadinya sehingga tampak menonjol dari boxerku. Dari luar nampak penisku bergoyang luntang lantung kanan-kekiri mengikuti irama pijatan Mbak Erna ke pahaku.
Getaran-getaran kenikmatan mulai kurasakan, gila padahal Mbak Erna sama sekali belum menyentuhnya. Perlahan nafasku memburu. Kurang lebih 15 menit dia mengurut pahaku. Selama itu pula aku menahan malu karna “juniorku” sesekali dilihatin si Mbak. Sensasinya jadi beda, aku terangsang amat kuat. Aku mulai menikmati setiap pijatan Mbak erna.
“Mas sekarang perutnya,” kata Mbak Erna sambil menyelesaikan urutan terakhir di pahaku.
Tanpa menjawab aku sedikit menarik kaosku ke atas. Aku mencoba mengendalikan diriku kembali. Terasa tangan Mbak Erna menyentuh perutku, pergelangan tangan Mbak Erna sempat menyentuh penisku ketika tangannya menuju perutku. Membuatku bergetar. Mbak Erna mengurut perutku pelan dari atas ke bawah menuju ke penisku.
Aku yang sedang mencoba mengendalikan diri kembali memburu. Sensasi kenikmatan kembali kurasakan. Sesekali ketika mengurut ke bawah pergelangan Mbak Erna kembali mengenai ujung penisku yang membuatku merinding menahan nikmat.
Aku mulai khawatir tidak dapat menahan kenikmatan dan menyemburkan cairanku, aku rasa diujung penisku mulai keluar lelehan cairan mani. Pelumas itu mulai membasahi sedikit ujung boxerku tepat diatas kepala penis. Rasa Malu perlahan mulai pudar seiring kenikmatan yg kurasakan dari ijatan Mbak Erna.
Mbak Erna menghentikan urutannya di perutku, dia mengambil botol di dalam tasnya dan menuangkan sedikit di tapak jari tangannya.
“Mas sekarang itunya,” Detak jantungku meningkat tak karuan, penisku semakin berdenyut tegang.
“I..iya a Mbakk,” aku membuka mata. Mbak Erna mengusap butiran keringat didahinya, sepertinya dia cukup tenang dan fokus mengurutku.
“Minyak apa tu Mbak..???” Aku berusaha untuk mencairkan ketegangan akibat nafsu birahi yang telah menjalarr ke seluruh otakku.
“Minyak ramuan nenek, untung masih ada Mbak simpan sdikit di rumah”
“Ooow…” hatiku merasa bersyukur mendengarnya walaupun minyak itu baunya terasa agak sedikit menyengat di hidungku.
“Tolong diturunin sedikit mas celananya,” Mbak Erna melihatku sekilas kemudian menunduk, suaranya sedikit bergetar, sepertinya tidak setenang yang aku kira.
Perlahan aku menurunkan boxerku, Batang penisku yang sudah tegang meloncat keluar, aku tidak melepas boxerku hanya menurunkan sebatas paha. Terlihat Mbak Erna mengendalikan nafasnya sepertinya dia mencoba untuk tak terlihat grogi.
Dia kembali mengusap keringaat di dahinya dan melap tangannya dengan daster yang dikenakannya. Emang dari awal sewaktu memulai proses pijit, Mbak erna berpesan supaya AC jangan dihidupkan karena pori2 tubuh aku terbuka. Alhasil ruangan jadi panas dan kami berdua bercucuran keringat.
“Maaf ya mas,” dia memajukan tangannya ke penisku, aku bersiap-siap.
“Nyantai aja Mas…biar hasilnya akan terasa nanti..” Mbak Erna berusaha menenangkanku.
“Yakh…”
Sentuhan tangannya mulai terasa di penisku “eghh..” aku menahan nikmat. Mbak Erna diam saja.
Mbak Erna mengurut batang penisku perlahan dengan sedikit tekanan dari bawah ke atas menggunakan jempolnya. Dia mengulangnya kembali dari bawah ke atas. Penisku terasa tegang sekali dan aku merasa kenikmatan yang sangat.
Aku melihat Mbak Erna, dia sepertinya menghindari memandang langsung penisku, pandangannya sedikit lebih ke atas ke arah perutku. Karena agak membungkuk ketika mengurut, aku dapat melihat sedikit belahan dada Mbak Erna melalui lubang atas dasternya, membuat sensasi yang kurasakan semakin menjadi.
Kami sama-sama diam, entah apa yang dirasakan dan dipikirkan Mbak Erna. Aku? Tak ada pikiran apapun di kepalaku tapi apa yang kurasakan membuatku melayang, seluruh tubuhku dibaluri oleh sensasi kenikmatan, aku tak dapat menahannya. Dan benar saja, aku rasa Mbak Erna baru mengurut penisku lima atau enam kali ketika aku merasakan puncak kenikmatan tiba.
“Akhhhhhhh…Kluarrr” aku mengerang nikmat, memejamkan mata, menegangkan badanku ke atas, tanganku meremas sprei.
Cerita Porno – Mbak Erna Pembantuf Serba Bisa
Seketika Mbak Erna menghentikan urutannya, dia menekan agak keras urat yang ada di pangkal sebelah bawah batang penisku dengan jarinya. Sementara Jari yang lain menotok urat di bawah buah zakar. Aku merasakan denyut berulang dipenisku, ledakan-ledakan kenikmatan menghantamku, orgasme, aku mencapai klimaks.
Terengah-engah, perlahan ketika kenikmatanku mulai mereda aku mulai merasa heran, sepertinya aku tidak mengeluarkan sperma sama sekali ketika orgasme. Aku membuka mataku, tangan Mbak Erna masih menekan batang penisku, kulihat diujung penisku hanya terdapat sedikit lelehan cairan bening.
Perlahan Mbak Erna melepaskan tangannya dari penisku, kulihat dahinya dipenuhi butiran peluh dan terlihat nafasnya sedikit memburu. Dia melap keringat di wajah dan lehernya, aku mengambil tisu yang ada di samping ranjangku dan menyodorkan ke Mbak Erna. Mbak Erna tersenyum mengambilnya. Aku masih terbaring, penisku mulai menyusut, rasa gugupku hilang seketika.
“Mbak kok aneh ya?” aku membuka percakapan. Mbak Erna duduk di sampingku menghadapku.
“Aku tadi kayaknya orgasme deh, tapi kok gak keluar spermanya ya?”
“Iya mas,” Mbak Erna maklum dengan keherananku, “tadi pas Mas Richie mau keluar Mbak tekan supaya gak keluar.”
Suasana memang sudah lebih cair tapi terlihat Mbak Erna masih belum tenang seperti menahan sesuatu. Aku hanya menerka-nerka sepertinya dia terbawa suasana.
“Ohh.. bisa ya seperti itu, aku baru tahu Mbak, belum pernah kayak gini, tapi tadi bener-bener enak banget Mbak,” aku ngomong asal tanpa mempedulikan kondisi Mbak Erna dan sepintas lupa tujuan urut sebenarnya. Begitulah lelaki kalo sudah klimaks, nafsu langsung hilang seketika hehehee.
Mbak Erna hanya tersenyum menanggapiku.
“Mbak minum sebentar ya mas, ntar Mbak lanjutkan lagi,” Mbak Erna bangkit keluar dari kamar menuju dapur.
Aku tersadar, aku masih dalam prosesi urut, heran bercampur penasaran, dan ternyata ini belum selesai?
Minyak yang dioles Mbak Erna di Penisku tadi mulai terasa agak sedikit panas, mungkin ini salah satu kunci rahasia pijatan Mbak Erna dalam lamunanku.
Tidak lama Mbak Erna kembali ke kamarku, dia duduk disampingku. Aku mendapati dia melirik si Junior yang sekarang terkulai lemas, sadar aku memperhatikannya Mbak Erna membuang muka pura-pura mencari bodylotion.
“Mbak lanjut urut ya mas,” Mbak Erna meneteskan lotion ke tangannya.
“Iya Mbak,” aku kemudian mengungkapkan rasa penasaranku, “Kirain dah selesai Mbak.”
“Masak cuma gitu aja mas,”jawabnya sambil tersenyum.
“Kata nenek yang tadi itu untuk mengecek apakah syaraf-syarafnya masih normal,” tangan Mbak Erna meluncur ke kedua pahaku, kemudian mengurut dari sisi luar ke arah tengah, nyaris mengenai pangkal penisku. Karena aku baru saja mencapai klimaks, maka si “junior” belum terlalu terpengaruh. Aku merasakan urutan Mbak Erna ini sengaja untuk memperlancar aliran darah ke penisku.
“Jadi punyaku masih normal gak Mbak?” aku bertanya,
“Tadi aku cepet banget langsung klimaks, padahal biasanya gak gitu. Apa memang karena ada yang salah ya Mbak?”
Sesi kedua ini berbeda, rasa gugupku sudah hilang dan aku menjadi lebih santai menghadapi Mbak Erna makanya aku jadi blak-blakan aja ngomong ke Mbak Erna, mungkin karena pengaruh klimaks tadi.
“Baguus dan normal kok mas,” kembali Mbak Erna tersenyum, “Memang sengaja diurut pas ke syarafnya, kalo tidak ada masalah pasti langsung itu mas,” terangnya.
“Itu?” aku bingung.
“Itu mas..langsung keluar.”
“Ohh..” aku paham.
“Mbak dulu juga kaget, waktu lihat suami diurut nenek, tahu-tahu dia mengerang kayak kesakitan, Mbak kira dia kesakitan karena nenek salah urut,” dia berbicara sambil terus mengurut pahaku, “ehh ternyata…”
“ternyata keenakan ya Mbak hehee,” aku menyahut. Geli juga aku membayangkan waktu suami Mbak Erna diurut oleh neneknya yang sudah tua, bisa keluar juga ya hehehee.
Mbak Erna tersenyum. Dia mengambil lotion dan melanjutkan mengurut. Kali ini perutku kembali diurut dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Si junior mulai merespon dan sedikit demi sedikit mulai membengkak lagi.
“Waktu itu suami Mbak baru diurut juga langsung keluar ya Mbak?” aku iseng bertanya.
“Iya mas baru sebentar, padahal biasanya juga gak secepat itu loh mas,” Mbak Erna juga jadi lebih terbuka mungkin terpengaruh olehku.
“Wahh.. biasanya lama ya Mbak, enak dong hehehe,” aku mulai berani menggoda Mbak Erna.
“Ahh..Mas Richie,” Mbak Erna menunduk malu, mukanya memerah.
Aku tersenyum, kembali memejamkan mata, sensai kenikmatan mulai aku rasakan. Penisku semakin membengkak tapi belum sepenuhnya tegang. Kami kembali terdiam.
“Ahh…” aku mengerang halus, tangan Mbak Erna kembali menyentuh penisku.
Mbak Erna mengurut penisku dengan jempolnya, sama seperti tadi tapi kali ini tidak terlalu banyak tekanan lebih seperti mengelus. Penisku perlahan mulai tegang. Aku membuka mata, melihat Mbak Erna.
Dia mengurut sambil melihat langsung penisku kali ini. Kulihat ke arah lubang kepala dasternya berharap bisa melihat belahan dada Mbak Erna lagi. Nafsu mulai membuaiku. Aku memperhatikan Mbak Erna, jika diperhatikan baik-baik ternyata Mbak Erna menarik juga, wajahnya menggambarkan dia wanita yang kuat dan juga terlihat manis dihiasai dengan rambut sebahu, meski kulitnya sudah dihiasai kerutan-kerutan kecil.
Terlintas di kepalaku gambaran Mbak Erna sedang bersetubuh dengan suaminya, bagaimana ya dia di atas ranjang. Ahhh aku sungguh menikmati sensasi ini. Mbak Erna mengangkat tangannya menyisir sebelah rambutnya dengan jari dan menyisipkan ke belakang telinga.
Tiba-tiba dia mengangkat kepalanya melihat ke arahku. Aku tersenyum tipis, memandangnya sayu, menahan kenikmatan yang ku rasa. Mbak Erna kembali menunduk mengetahui aku tidak terpejam, nafasnya sedikit tersengal.
Apakah Mbak Erna lelah mengurut atau mulai terangsang, aku tidak tahu tapi melihat Mbak Erna dalam kondisi tersebut malah membuat pikiran liar tentangnya terlintas di kepalaku. Setahuku wanita pada umumnya lebih susah terangsang dari pada laki-laki tapi bersentuhan dengan penis orang lain yang bukan suaminya dan membuatnya terangsang hingga orgasme, apakah hal seperti ini tidak mempengaruhinya?
Aku menjadi ingin mengetahuinya, lebih-lebih aku jadi tertarik untuk membuatnya terangsang. Aku ingin Mbak Erna merasakan apa yang ku rasakan. Tapi aku belum kehilangan kendali, akal sehatku masih bekerja jadi aku gak mungkin main tubruk aja, sabarrr hehee.
Hembusan angin dari luar jendela kamarku menghantarkan aroma tubuh Mbak Erna, sungguh aroma yang khas, membuatku merasa diawang-awang, aku menarik nafas dalam memasukan aroma Mbak Erna ke dalam tubuhku.
Urutan Mbak Erna berubah menjadi pijitan-pijitan ringan. Dia menekan beberapa titik di penisku secara bergantian. Rasanya aliran darah di penisku menjadi lancar sehingga membuat penisku mengeras.
“Aghh..Mbak,” tiba-tiba Mbak Erna mengurut ujung kepala penisku dengan melingkarkan jempol dan jari telunjuknya.Aku menggelinjang, tanganku secara spontan menepuk dan mencengkram paha Mbak Erna yang duduk bersimpuh disampingku.
“Ahh..ahh…” aku terengah, nikmat sekali.
Setelah aku bisa mengendalikan diri aku baru sadar tangan kananku berada di paha Mbak Erna, namun tidak secara langsung bersentuhan dengan kulitnya karena masih tertutup daster. Aku melihat Mbak Erna, dia diam saja masih mengurut, tidak ada protes darinya dan tidak ada usaha untuk menyingkirkan tanganku, akupun tidak berniat memindahkan tanganku.
Seiring dengan urutan Mbak Erna dan desahan nafasku, aku menggesek-gesekan tanganku ke pahanya, perlahan. Aku melirik ke arah pahanya, dasternya bergerak seiring gesekan tanganku.
Mister Sange – Kumpulan Cerita Seks Pembantu
Muncul ideku untuk menyingkap sedikit dasternya aku melakukannya seolah-olah tidak sengaja hingga sekarang tanganku bersentuhan langsung dengan kulit pahanya, namun baru sedikit di atas lutut belum terlalu masuk ke dalam. Aku mengelusnya pelan, aku tatap Mbak Erna, dia terlihat mencoba mengendalikan nafasnya yang tersengal. Rasanya ingin memasukan tanganku jauh lebih dalam tapi aku masih ragu, aku belum berani berbuat nekat.
Mbak Erna menghentikan urutannya di kepala penisku. “Uhh..” aku melenguh pelan. Aku hentikan gesekan tanganku di pahanya tapi aku tidak memindahkan tanganku.
Mbak Erna menarik nafas panjang, mengusap keringatnya, dan sedikit membetulkan dasternya yang tersingkap, tidak berani menatapnya, aku pura-pura menutup mataku. Tanganku masih di pahanya, Mbak Erna hanya sedikit menarik turun dasternya sehingga kini ujung jariku kini sedikit tertutup oleh dasternya.
Mbak Erna kembali melanjutkan, sekarang buah zakarku yang menjadi sasaran pijitannya. Ujung jari Mbak Erna kemudian berpindah menotok urat di antara buah zakar dan anus. Hmmm rasanya seperti aliran sperma berkumpul menjadi satu di situ, buah zakarku mengencang. Aku mulai menggesek-gesekan tanganku kembali. Mungkin sekitar sepuluh menit Mbak Erna memijatnya, rasanya air maniku sudah siap untuk diledakkan.
Sesaat kemudian ujung jari tengah Mbak Erna pindah ke daerah lubang anus, sambil sesekali menusuk pelan ke arah lubang diiringi jari lain mengurut pelan kantong Zakar. Kepala Penisku mengangguk2 pelan mengikuti irama urutan buah zakarku. Benar-benar sensasi yang sungguh luar biasa nikmat dan berkesan.
Setelah itu Mbak Erna kembali mengurut kepala penisku seperti tadi, kali ini dengan tempo yang sedikit lebih cepat.
“Arrrgghh…” aku tidak siap karena aku memejamkan mata. Tanganku mencengkram pahanya.
“Ahh..” aku tidak yakin tapi sepertinya aku mendengar Mbak Erna melenguh pelan.
Beberapi kali Mbak Erna mengurut kepala penisku kemudian dia melingkarkan seluruh jarinya di batang penisku, penisku ditarik ke atas sehingga sekarang posisinya berdiri 90 derajat. Kemudian dia kembali mengurut pelan naik turun.
Cairan mani bening mulai keluar dari ujung penisku. Lumayan banyak keluar pelumas, mungkin karena pikiranku udah benar-benar terangsang hebat sehingga penisku udah siap tempur.
“Ahh..ahh..aahh” nafasku memburu. Tanganku terus mengelus dan meremas paha Mbak Erna berusaha semakin masuk ke dalam.
Lama-lama aku rasakan urutan Mbak Erna semakin cepat, ini lebih seperti mengocok.
“Ahh..ahh..Mbak..” diperlakukan seperti itu membuat gerakan tanganku semakin liar, ujung jariku sudah menyentuh pinggang Mbak Erna, tanganku sudah masuk cukup dalam.
“Mbak ahh..Mbak Erna” aku menyebut namanya dalam desahanku, nikmat sekali. Aku mencoba menahan klimaksku, aku tidak mau ini cepat berakhir. Aku mencoba mengarahkan tanganku supaya dapat masuk ke bagian dalam paha Mbak Erna.
“Ahh..” aku yakin mendengar Mbak Erna melenguh.
“Ma..mass…jangan ditahann” suara Mbak Erna bergetar, sepertinya dia tahu aku menahan klimaksku, “Ini memang harus ahh..dikeluarkan” dia mencoba mengendalikan diri supaya dapat berbicara.
“Harus dikeluarkan mas richie, kalo enggak gak bagus.”
Nantinya Mbak Erna bercerita bahwa sebenarnya ini memang prosesi terakhir dari proses urut yang sengaja ditujukan untuk mengeluarkan sperma karena sebelumnya sperma ditahan untuk tidak keluar.
Aku masih berusaha mati-matian menahan klimaksku, tanganku menyusup ke bagian dalam paha Mbak Erna, aku ingin meraba…memeknya.
“Aghhh…” Mbak Erna mempercepat kocokan jarinya.
“AGGHHHH…Mbaaaakk..jangan berhentii!!!” aku tidak dapat menahannya lagi, tanganku mencengkram kuat paha Mbak Erna, tangan kiriku meremas sprei.
Crretttt..crett…cretttttt……!!!! berkali-kali penisku berdenyut-denyut meledakkan Sperma yang begitu banyak dan kental, tubuhku menegang merasakan kenikmatan yang luar biasa. Semburan kenikmatan itu meluap deras dari mulut penisku dipompa kuat bertebangan ke segala arah tak terkendali. Mbak Erna tidak berhenti mengocokku.
Aku merasakan tumpahan sperma berceceran di perut dan hampir mengenai wajahku, sebagian lagi mengenai kasur. Mbak Erna terus mengocok pelan hingga penisku tidak mengeluarkan sperma lagi.
“Ahh..ahh…” aku masih terengah-engah, aku merasakan Mbak Erna masih mengusap penisku pelan.
Aku membuka mata. Kaget aku melihat ternyata sebagaian spermaku mengenai sedikit daster Mbak Erna dibagian dada dan rambutnya juga terkena. photomemek.com Mungkin karena posisi duduk si Mbak yang sejajar di samping badanku ditambah lagi penisku berdenyut kuat memompa sperma keluar. Sungguh pemandangan yang luar biasa.
Mbak Erna menatapku, nafasnya juga terengah-engah, dia mencoba tersenyum ditengah deru nafasnya. Setelah selesai membersihkan sperma dari penis dan perutku, dia membersihkan tangannya kemudian memegang dan menarik tanganku dari pahanya. Dia menariknya tanpa bicara dan menatapku.
Ada sedikit rasa khawatir padaku, aku takut Mbak Erna marah. Tanpa sedikitpun bicara, setelah meletakkan tanganku dia membersihkan sperma yang ada didasternya. Mbak Erna beranjak bangkit dari duduknya.
“Mbak..” aku meraih handuk kecil dari tangannya.
“Maaf Mbak, itu rambutnya juga kena,” ucapku sambil meringis dan membersihkan sperma dari rambutnya, sepertinya dia tidak tahu ada sperma dirambutnya.
Mbak Erna hanya diam saja dan beranjak keluar dari kamar setelah aku selesai membersihkannya.
Aku masih terbaring lemah di tempat tidur dengan penis terkulai lemah tak berdaya. Aku berniat untuk mengenakan kembali boxerku namun aku masih penasaran apakah prosesi ini sudah selesai. Jadi aku urungkan niatku dan masih terbaring di kamar tanpa sehelai benangpun.
Mbak Erna kembali ke kamar dengan membawa baskom berisi air hangat kuku beserta sebuah handuk kecil. Dia segera mengakhiri ritual pijat dengan mengelap ulang seluruh badanku yang kena cipratan sperma dengan handuk hangat perasan air panas. Sensasi yang begitu luar biasa nyaman aku rasakan detik demi detik sentuhan tangan Mbak Erna.
“Mas sudah urutnya..Mbak Pulang dulu ya.”
“Eh..iya Mbak,” sudah selesai pikirku, aku menyambar boxerku dan memakainya, “Terima kasih ya Mbak”.
Kami berbicara seolah-olah tidak ada hal luar biasa yang terjadi. Hanya pijatan biasa.
“Mbak aku antar aja pulangnya?” aku menawarkan, karena sudah malam aku tidak tega membirakan Mbak Erna pulang jalan kaki.
“Enggak usah mas,” dia menolak.
“Enggak papa Mbak,” aku memaksa, Mbak Erna tidak menjawab. Aku segera bangkit memakai kaos dan mengambil celana pendek. Aku beranjak keluar kamar, Mbak Erna mengikutiku.
“Jadi harus berapa kali diurut Mbak?” aku berharap Mbak Erna mau mengurutku lagi.
“Harus beberapa kali sih mas, tapi tidak boleh terlalu sering. Dua atau tiga hari sekali bagusnya,” Mbak Erna menjelaskan.
“Jadi lusa diurut lagi Mbak?” aku bertanya lebih seperti memohon.
“Kalo Mas Richie mau?” Mbak Erna menawarkan.
Mau? Bukan mau, tapi aku mengharapkannya. Akhirnya kami menyepakati akan kembali melakukannya besok lusa. Aku sungguh antusias mendengarnya tidak sabar menanti esok lusa.
“Ayo Mbak.” aku sudah siap di atas motor.
Mbak Erna memboncengku. Sepanjang ja!an kami hanya diam. Aku tersenyum masih terbayang urutan
Mbak Erna. Aku tidak tahu apa yang Mbak Erna pikirkan dalam diamya.
Senin. Hari yang ku tunggu-tunggu tiba, nanti malam Mbak Erna akan kembali mengurutku. Aku jadi tidak konsen bekerja, ingin segera pulang. Berputar-putar di kepalaku rasa penasaran.
MrSange – Kumpulan Cerita Seks Pijat
Penasaran dengan apa yang Mbak Erna rasa dan pikirkan waktu mengurutku dan penasaran mencari cara bagaimana mempengaruhi Mbak Erna karena aku juga ingin melihat dan membuatnya terangsang hingga orgasme. Dengan membayangkannya saja membuat si junior sudah berontak. Ahh Damn! Aku fokuskan pikiranku kembali untuk menyelesaikan kerjaanku. Bisa gawat kalo nanti malam harus lembur.
Sore hari aku telah menyelesaikan seluruh pekerjaanku. Yupp beres semua. aku segera mengemas barang-barangku dan bergegas pulang. Oh ya pembaca, sebelum pulang aku menyempatkan membeli jus pinang muda dicampur telur ayam kampung plus madu jahe.
Aku biasa beli di tempat langgananku Kang mamat yang berjualan di tepi jalan masuk komplek perumahan. Kata teman ramuan itu sangat berkhasiat menjaga stamina dan membuat junior tahan lama…Wallahu a’lam hehe. Aku juga membeli pisang goreng untuk cemilan nanti malam.
Tepat jam setengah enam aku sampai ke rumah. Di luar mendung sepertinya akan turun hujan dan benar saja baru separuh perjalanan air mulai menetes dari langit, gerimis. Sampai rumah aku buru-buru mandi, badanku basah oleh air hujan. Selesai mandi air panas badan jadi segar apalagi sebentar lagi akan diurut Mbak Erna jadi tambah semangat.
Rasa capek akibat seharian bekerja sirna sudah. Jujur aku mulai merasakan efek dari pijatan Mbak erna, batang penisku jadi lebih keras dari biasanya dan muntahan spermapun lebih banyak pekatt. Padahal kalo dipikir baru sekali terapi udah terasa khasiatnya, apalagi kalo teratur…..wah bisa super Jreng nih pikirku.
Tak lama setelah aku mengenakan baju terdengar ketukan pintu. Mbak Erna pikirku semangat bergegas menuju pintu.
“Masuk Mbak,” ku bukakan pintu dan mempersilahkannya masuk.
Dia datang berja!an kaki dengan payung yang sudah usang dan agak reyot. Sebagian kaosnya basah terkena air hujan. Aku tadi sempat berpikir mungkin Mbak Erna tidak akan datang karena hujan atau mungkin mengurungkan niatnya untuk kembali mengurutku.
Aku sedikit kecewa dengan pakaian yang dia kenakan petang ini. Mbak Erna mengenakan kaos yang agak kebesaran. bergambar salah satu produk rokok. Yang membuatku kecewa adalah Mbak Erna mengenakan celana pendek, ahh ini akan menghambat aktivitas tanganku di area pahanya.
Padahal aku membayangkan akan kembali mengajak jemariku menari-nari dipangkuannya seperti sebelumnya. Sia!. Apakah Mbak Erna sengaja mengenakannya agar tanganku tidak kembali bergerilya? We’ll see.. Pejuang pantang menyerah pembaca hehehe.
Aku ajak Mbak Erna masuk ke ruang tengah. “Sudah Makan Mbak?” “Sudah mas.” Mbak Erna sedikit menggigil kedinginan karena air hujan. “Aku makan dulu bentar ya Mbak.”
“Oh iya mas tidak pa pa.”
Aku menuju dapur mengambil piring. Ketika pulang tadi aku mampir beli makan, aku sudah memperkirakan mungkin Mbak Erna tidak mau aku tawarin makan atau memang dia sudah makan jadi aku membelikan cemilan saja untuknya.
“Mbak ini ada pisang goreng masih anget lumayan biar enggak kedinginan.” aku menyodorkan pisang goreng yang tadi aku beli. Ku taruh di meja kecil di samping tempat Mbak Erna duduk.
‘Iyaa, terima kasih mas,” dia mengambil satu, dan melahapnya.
Aku mengajaknya mengobrol sambil melahap makan malamku. Suasana kami yang awalnya sempat agak grogi jadi lebih cair karena kami bercerita panjang lebar layaknya dokter dan pasien.
Baru kali ini aku berkonsultasi dengan seorang pembantu yang ternyata punya kelebihan lain. Setelah 20 menitan makan, aku menyudahinya dengan meminum obat ramuan yang diberi Mbak Erna. Katanya ramuan ini diminum tiap hari selama tiga minggu guna membuang racun dan menambah vitalitas badan terutama si junior.
“Yuk Mbak kita mulai, takut keburu malam,” aku berjalan menuju kamar diikuti Mbak Erna.
Karena di luar gerimis suhu di kamarku jadi dingin sekali. Mbak Erna mengusap lengannya, kedinginan ketika masuk kamarku. Aku meraih remote AC dan menaikan suhunya biar tidak terlalu dingin. Handbody lotion sudah aku siapkan di atas ranjang.
“Mbak celanaku di buka sekalian aja ya. biar gak kena lotion,” aku langsung menurunkan boxerku tanpa menunggu jawabannya. Mbak Erna juga tidak menjawab hanya diam saja sambil meraih lotion. Aku membaringkan tubuhku diranjang. Mbak Erna duduk di sampingku dan segera mengurutku. Mbak Erna melakukannya sama dengan sebelumnya.
Ketika urutan Mbak Erna sudah sampai penisku aku pura-pura mengerang dan mengarahkan tanganku ke pahanya. Memang nikmat sih tetapi aku sedikit overacting agar terkesan pendaratan tanganku ke pahanya terlihat natural hehehee. Berhasil.
Well…kali ini aku memang tidak bisa merasakan halusnya kulit paha Mbak Erna. Dengan celana pendek yang dia pakai, dalam posisi duduk tidak memberikan celah sedikitpun untuk tanganku dapat masuk ke dalam.
Tapi aku aku tidak kehabisan akal. aku tetap mengusap-usap paha Mbak Erna dari luar celananya, menggeser sedikit tanganku ke sisi dalam pahanya dan meluncur sedikit menuju pangkal pahanya.
Prosesi urut yang dilakukan Mbak Erna sama persis. Pada sesi kedua aku berusaha mati-matian supaya aku tidak cepat keluar hingga Mbak Erna mengocok penisku dengan RPM tinggi. Bukannya keluar tapi penisku malah jadi sedikit perih dengan kocokan Mbak Erna yang brutal.
“Ahh … ahh …” Mbak Erna terengah setelah akhirnya berhasil meledakkan penisku. Aku? lebih-lebih lagi “ahhh … ahh …makasih Mbak.” aku berterima kasih karena sudah diberikan kenikmatan yang luar biasa.”ahh … ah ..,” Mbak Erna masih mengatur nafas.
“Mas Richie nakal banget sih … kan Mbak sudah bilang jangan ditahan keluarkan aja”. Mbak Erna sedikit cemberut karena kesusahan mengeluarkan spermaku.
“Ha..habisnya..enak banget Mbak.” aku ngomong apa adanya, “bener-bener enak banget Mbak, sumpahhh.”
Mbak Erna diam saja, masih agak cemberut. Dia membersihkan ceceran spermaku di perut dengan handuk hangat. Kepala penis yang mulai kendur diusap pelan dengan handuk hangat, kemudian buah zakar dan anus juga tak luput diusap bersih. Aku baru sadar tanganku masih berada di paha Mbak Erna. diam. aku tidak berani menggerakkannya.
Mbak Erna duduk bersimpuh dengan tanganku di tengahnya. Jariku sudah menyentuh pangkal paha Mbak Erna. Karena bahan celana Mbak Erna tidak terlalu tebal. aku bisa merasakan kelembapan di pangkal pahanya. Mbak Erna juga terangsang? Otakku langsung berputar. Mbak Erna selesai melap sisa sperma di penis dan perutku dia beralih membersihkan celananya.
“Duhh …Mbak maaf kena celana juga. Jadi basah ya Mbak.” sambil berkata seperti itu aku mengelus dan sedikit menekan pangkal paha Mbak Erna. sepertinya jariku menyentuh memeknya dari luar. “Sampai sini basah juga Mbak.”
“Arrhh …. mass!!” Mbak Erna kaget dan melenguh. dengan cepat dia menarik tanganku.
“Ehh ..kenapa Mbak?? maaf..maaaff,” aku pura-pura tidak tahu apa yang aku lakukan. hehehe aku tersenyum dalam hati berhasil mengusili Mbak Erna.
Mbak Erna diam lalu segera keluar setelah selesai membersihkan celananya. Aku bangun mengenakan pakaianku, bersiap mengantar Mbak Erna pulang.
“Mass, Ramuannya jangan lupa diminum teratur….Ntar kalo lupa diminum gak terasa khasiatnya”
“Ya Mbak..” sahutku
Diperjalanan kami tidak banyak bicara. Aku hanya memastikan lusa dia akan kembali mengurutku. “lya mas,” Mbak Erna hanya menjawab pendek.
Seperti biasa ketika hari pengurutan tiba aku selalu antusias hehehe. Tapi kali ini aku dibuat kecewa. Mbak Erna tidak datang. Aku menjadi berpikir. jangan-jangan aku bertindak terlalu jauh. Damn!!!
Semalaman aku jadi susah tidur. karena kecewa dan sedikit khawatir Mbak Erna marah padaku. Karena banyaknya pekerjaan keesokan harinya aku tidak terlalu memikirkan Mbak Erna. Malamnya badanku terasa lesu dan lelah sekali.
Pekerjaan hari ini sungguh menguras tenaga dan pikiran. Setelah mandi aku membaringkan badan di tempat tidur. suhu AC aku set cukup sejuk. Tok tok tok. Aku mendengar suara pintu diketuk. Dengan malas aku berjalan ke luar kamar untuk membukakan pintu.
“Eh Mbak Erna,” aku kaget ternyata yang datang ke rumah adalah Mbak Erna pembantuku.
“Iya Mas.” Mbak Erna menjawab, “Hari ini mau diurut lagi mas?”
Degg deg!! Aku masih tertegun dengan kedatangan Mbak Erna. “bo … boleh Mbak.” aku jadi salah tingkah, “ayo masuk Mbak.”
Detak jantungku meningkat dan tanganku sedikit dingin. Perasaanku campur aduk antara kaget dan antusias. Aku segera mengarahkan Mbak Erna ke kamar, aku jalan duluan diikuti olehnya. Tanpa banyak bicara setelah sampai kamar aku langsung menyiapkan posisi. Mbak Erna duduk disampingku dan mulai memijat.
Aku tidak menanyakan kenapa Mbak Erna kemarin tidak datang dan dia juga tidak membahasnya. Mbak Erna tidak banyak bicara. aku juga hanya diam menikmati pijatannya.
Meski diam, Mbak Erna tidak terlihat marah padaku, jadi aku juga tidak mau merusak suasana dengan menanyakannya, kehadirannya malam ini yang tidak terduga sudah cukup membuatku bahagia. Semakin membuatku senang, malam ini dia memakai daster. Artinya tanganku bakal bebas berpetualang hehehee.
Prosesi urut terus berlanjut, aku sudah berhasil mendaratkan tanganku di paha Mbak Erna. Langsung menyentuh kulitnya. menelusup dibalik daster Mbak Erna.
“Ahhhhhh mbaakkk … ” aku mencapai orgasmeku yg pertama. Tanganku kutekan masuk semakin ke dalam dan meremas paha Mbak Erna. Jari tangan kanan Mbak Erna menekan pangkal batang penisku untuk menahan laju spermaku keluar.
Sementara ujung jari tangan kirinya menotok titik syaraf dibawah lobang anus dan kantung Zakar. Denyut-denyut Syaraf penisku seketika berhenti seolah tak kuat memompa sperma keluar. Emang proses ini agak sakit dan ngilu kurasakan di kantung zakar. Tapi demi keberhasilan terapi gapapalah berkorban dikit pikirku.
Setelah gelombang orgasmeku mereda Mbak Erna melepaskan genggaman jarinya dari penisku. Dia mengangkat tangannya mengusap keringat di wajahnya. Tanganku masih di dalam pahanya, aku merasakan kelembaban di dalamnya. Mbak Erna melanjutkan mengurutku. aku melanjutkan mengusap pahanya.
Ku geser tanganku ke sisi dalam, dengan sedikit tekanan ujung jariku sudah mengenai celana dalamnya. Sangat lembab dan terasa agak basah karena ujung jariku sepertinya tepat di memeknya. Penisku langsung menegang.
Aku mendengar deru nafas Mbak Erna. Pelan-pelan aku mengusap memeknya dari luar celana dalamnya. Sesekali Nampak Mbak Erna berusaha menarik pahanya dari tanganku tapi aku gak pantang nyerah. Aku mulai berani menusuk-nusuk kecil belahan memek si Mbak dengan jari tengahku.
“Ahh ..” aku mendesah Mbak Erna sudah mulai mengurut penisku. Kurasakan celana dalam Mbak Erna sudah basah. aku meningkatkan kecepatan usapanku di memeknya. lni sudah tidak terlihat natural lagi, jelas-jelas aku sedang merangsangya.
Aku menekan-nekan jariku mencoba menemukan belahan memeknya meski masih dari luar celana dalamnya. Kugesek-gesek belahan memeknya yg sudah basah sehingga terasa sampai luar celana dalamnya.
“Ahh ..ahh ..ahh … ” meski pelan aku bisa mendengar desahan Mbak Erna.
Ku arahkan pandanganku ke Mbak Erna, dia mengurut penisku sambil menunduk tapi aku bisa melihat raut mukanya yg memerah menahan rangsangan. Berhasil! Aku berteriak dalam hati.
Penisku sudah sangat tegang. Aliran sperma sepertinya sudah sulit untuk dibendung, namun aku masih bisa menahannya untuk tidak meledak karena urutan Mbak Erna terasa mulai tidak konstan, kadang cepat, kadang lambat tapi tetap dia meneruskannya.
Mbak Erna kemudian mengubah teknik mengurutnya yang semula fokus pada batang penis, sekarang berpindah ke buah zakar. Buah zakar diurut pelan sambil jari tangan kanannya menjepit kuat kepala penisku dan dikocok.
Aku fokus mengatur nafasku untuk menahan klimaksku sembari meneruskan usapanku di memek Mbak Erna.
“Ahh … aghh …aghh …” desehan kecil Mbak Erna semakin jelas.
Tanpa ku duga Mbak Erna mengambrukkan tubuhnya di dadaku. Nafasnya tersengal. samar aku bisa merasakan jantungnya berdetak kencang. Meskipun tanganku menjadi tertahan oleh badannya tapi jariku masih dapat menggesek-gesek memeknya. Mbak Erna sudah tidak dapat menahan nafsunya. Kendali ditanganku sekarang!
“Aghh ..aghh … ” nafasnya berat, “Mas… Richie … kok nakal sih …”
“Jangan dong Mas…” Mbak Erna berbicara dengan nafas yang tidak karuan, “Mbak jadi gak bisa ngurut ni.”
Meskipun berkata seperti itu tapi dia tidak menyingkirkan tanganku. Mbak Erna tersungkur lemah di atasku.
‘Iya Mbak … aku selesai dulu ya biar Mbak bisa ngurut lagi.”
Mbak Erna tidak menjawab, hanya desahan yang ku dengar.
Tanpa melepas tanganku dari memeknya aku sedikit mengangkat badannya untuk aku baringkan disampingku. Begitu sudah kubaringkan, Mbak Erna mengangkat tangan kanannya dan menutup mukanya dengan lengannya. Nafasnya semakin memburu. Pergerakanku jadi semakin mudah.
Aku duduk di samping kanannya, sekarang posisi kami terbalik. Malah aku yang akan mengurut Mbak Erna. Aku sibakkan dasternya ke atas hingga kini aku bisa melihat celana dalamnya dengan jelas. Tidak ada perlawanan.
Tampak bagian tengah celana dalam Mbak Erna sudah sangat basah. Begitu jelas terlihat karena celana dalamnya tipis dan berwarna kuning cerah. Bulu kemaluan Mbak Erna sepertinya dicukur bersih karena tidak terlihat mencuat dari samping celana dalamnya. Aku mengesek-gesek memeknya dari luar semakin kencang.
“Akhh … aahh … ” Mbak Erna tak berhenti mendesah, walaupun pelan tapi nampak Mbak Erna mulai menikmatinya. Ini nampak dari matanya yang dipejam dan mulutnya sedikit menganga.
Aku menyelipkan jariku dari samping celana dalamnya, langsung jariku menyentuh bibir kemaluannya yang tembem. Jariku merayap mencari belahan memeknya. Kini aku bisa merasakan langsung memeknya yang sudah dibasahi dengan cairan nafsu. Ujung jari tengahku menyusup lubang memeknya mencari klitorisnya.
“Arggghh … Maaass …” Mbak Erna melenguh agak keras ketika jariku menyentuh dan kemudlan menggesek klentitnya. Jariku basah sepenuhnya oleh cairan memek Mbak Erna.
Ku usap dengan lembut klirotisnya. Setelah beberapa saat kususupkan jariku masuk ke lubang memeknya lebih dalam.
“Ahh .. ahh … ahhh”
Karena pergerakan tanganku terganggu oleh celana dalam, aku menariknya lepas dan tentu saja tidak akan ada perlawanan.
Lubang memek Mbak Erna masih terasa cukup rapat walau udah mempunyai anak. Ketika pandanganku tertuju ke memek Mbak Erna, kulihat memeknya malah mirip memek ABG karena dicukur plontos dan tembem. Bibir vaginanya tipis merekah berwarna coklat gelap, benar-benar suatu pemandangan yang gak bisa kulupakan.
MrSange – Kumpulan Kisah Dewasa Mesum Terlengkap
Aku menggerakan jariku keluar masuk. Setiap gesekan kupastikan mengenai klitotisnya. Selagi tangan kananku sibuk dengan memeknya, tangan kiriku menyusup melalui bawah daster menuju payudaranya.
“Aghhh … ” Mbak Erna kaget dengan remasan tanganku di dadanya. Tangan kirinya menangkap tanganku tapi tidak menariknya. Ku usap dan remas payudaranya dari balik bra.
Ku angkat dasternya semakin ke atas sehingga aku bisa melihat langsung payudaranya. Meskipun disangga oleh bra, yang sudah lawas, tidak dapat menyembunyikan bahwa payudara Mbak Erna sudah sedikit kendor.
Karena bra yang dikenakan Mbak Erna agak kedodoran, dengan mudah aku bisa mengeluarkan payudaranya dari cup branya. Yahh meskipun sudah mengendor tidak menurunkan minatku untuk terus bermain dengan tetek Mbak Erna hehehe.
Aku mengusap dan meremas payudara Mbak Erna tapi menghindari menyentuh putingnya. sengaja aku lakukan untuk membangkitkan rasa penasarannya. Putingnya terlihat mengacung keras menghiasi payudaranya yang menggelambir. Kutaksir ukuran payudara Mbak Erna adalah 32 A. Yup memang tidak terlalu besar.
Apa yang kalian harapkan dari wanita yang tidak punya kesempatan untuk merawat dirinya? Tubuh Mbak Erna lumayan sempurna, memiliki daya tarik tersendiri. Terlebih lubang memeknya kuakui masih sangat rapet, jauh lebih rapet dari punya istriku. Ntah apa ramuan yang dipakai Mbak Erna, padahal dia udah punya 2 orang anak.
“Aghh … ahh … ahh.” Mbak Erna mendesah semakin keras. nafasnya sudah sangat memburu. Kurasakan denyutan-denyutan memeknya dijariku. Sepertinya Mbak Erna medekati orgasmenya. Pergerakan jariku di memeknya semakin ku percepat.
“Crepp… crepp … cepp.” Bunyi Memeknya berdecek semakin basah. Cairan nafsu meleleh keluar dari lubangnya.
Tanpa diketahui Mbak Erna kudekatkan kepalaku ke payudaranya. Dengan tiba-tiba ku kulum dan ku jilati putingya.
“Argghh … mass.. Ri i.. ch iie .. eghhh ”
Terus ku kulum dan ku jilati puting dan payudara Mbak Erna. Terus ku kocok semakin cepat memeknya. Tidak lama Mbak Erna mengejang.
“Maaaaaaass … Arrrggggghhhhhh!” badannya membusung ke atas. Matanya terpejam pahanya mengapit tanganku. Jari tangan kanannya meremas bantal, dan tangan kirinya menekan dan meramas kepalaku tapi aku tak menghentikan jilatan dan kocokanku. Ledakan kepuasan melanda Mbak Erna. Tubuhnya mengejang berulang-ulang. “eeerghhsss … shhh … argghh.”
Ketika gelombang orgasmenya sudah mereda kuangkat kepalaku dari payudaranya. Perlahan kutarik jariku dari memeknya, jariku sangat basah. Kuhirup jariku, aroma memek Mbak Erna sungguh nikmat. Memek itu tidak berbau seperti memek-memek perempuan lain yang pernah kutiduri. Karena fokus memuaskan Mbak Erna, aku lupa kalo penisku masih mengacung tegang dan belum terpuaskan dengan tuntas hehehe.
Kutatap Mbak Erna. “Esshh … esss …” dia mulai mengendalikan nafasnya. Matanya masih terpejarn tapi tangannya sudah diturunkan dari mukanya. lni baru permulaan, aku menyeringai, nafsu sepenuhnya sudah menguasaiku. Aku harus segera bertindak sebelum Mbak Erna bisa mengendalikan dirinya. Aku berbaring di samping Mbak Erna dan memeluknya.
Tubuh Mbak Erna sedikit bergidik, kaget dengan pelukanku. Tanganku mengusap dari perut ke dadanya dan kuusap dengan lembut pipinya. Ku kecup pipi Mbak Erna. Ku bisikan ditelinganya. “Mbak tolong gantian aku diurut ya.” Ku raih tangan Mbak Erna dan ku arahkan ke penisku. “Ayo Mbak diurut dong.”
Tangannya menggenggam penisku dan mulai mengelus pelan. Kumiringkan sedikit muka Mbak Erna, dia masih memejamkan matannya. Ku arahkan mulutku ke mulutnya, kulumat bibir Mbak Erna. Mbak Erna kaget. dia membuka mata, berusaha memalingkan mukanya tapi aku menahannya.
Meski Mbak Erna sepertinya menolak untuk kucium tapi aku terus melumat bibirnya dengan lidahku, aku berusaha membuka mulutnya. Tanganku merayap menyerang dadanya, kembali aku remas payudaranya dan ku pilin-pilin putingnya. Mbak Erna menurunkan perlawanannya. Ketika mulutnya sedikit terbuka langsung kususupkan lidahku.
Aroma mulutnya menjalar ke rongga mulutku. aku hisap dan lumat mulumya. aku mainkan lidahku menyentuh lidahnya. Tak lama dia mulai mengikuti permainanku. Mbak Erna mulai memainkan lidahnya dan kembali memejamkan matanya. Kami berdua udah dilanda nafsu birahi yan semakin membara.
“Mbak jangan berhenti dong.” Dia berhenti mengelus penisku karena ciumanku yang tiba-tiba. Kembali dia menggerakan tangannya.
“Ahh … terus Mbak … enak … ”
Kami masih saling menikmati bibir satu sama lain. lidah kami saling membelai. Tanganku merayap turun ke memeknya. Kembali jemariku bermain di klirotis dan lubang memeknya.
“Argghhh …” Mbak Erna menggelinjang. Aku terus merangsangnya tanpa henti, aku tidak mau Mbak Erna tersadar dan mengubah pikirannya jika rangsangannya mereda.
Aku memegang kendali .sepenuhnya, “Cpeekk … cekk …cekk” bunyi jariku dimemeknya yang basah menggema di seluruh sudut kamarku. Mbak Erna mengkornbinasikan kocokan dan elusan di penisku. Tanpa disadari tangannya yang satu telah memelukku, kami berusaha saling memuaskan satu sama lain.
“Aghhh … ahhh …ahh … mass … ” desahan Mbak Erna semakin keres dan cepat. Aku merasakan kedutan-kedutan di memeknya. Sepertinya dia akan segera mencapai orgasme keduanya. Sebenarnya aku pun juga sudah mulai merasakan klimaksku tapi aku tidak mau selesai di sini. Aku menunggu waktu yang tepat untuk menghentikannya.
“Maaass … agghhhh … ” hanya beberapa saat sebelum orgasmenya aku menarik jariku dari memeknya. Mbak Erna mengangkat pantatnya tldak mau melepaskan jariku tetapi jariku telah meninggalkan memeknya. Aku tahu dia kecewa dan memang itu yang aku harapkan. Aku melepaskan kulumanku dari mulutnya.
Aku tarik kedua tangannya pelan dan aku letakkan di samping kepalanya. aku tahan tangannya namun tidak terlalu kuat. Aku mengangkat badanku menindih Mbak Erna, dia membuka matanya.
Aku kulum bibirnya sebentar. dan menggeser mulutku ke arah telinganya, aku jilati dengan lembut telinganya. Tampak Mbak Erna menggigit kecil bibir bawahnya menahan geli yang merangsang. Aku arahkan penisku ke memeknya. aku usapkan kepala penisku ke bibir memeknya.
“Ahh … jaa .. ngann mass… ” Dia kemba!i menolaknya namun tidak melakukan perlawanan sama sekali. “Bantuin aku ya Mbak. sebentar aja.” aku berbisik pelan di telinganya. Aku lumat telinganya kemudian turun ke arah payudaranya, kujilati dengan gemas putingnya.
“Shhhh aahh” desahan terus keluar dari mulutnya.
“Ahhh enak banget memek Mbak Erna” Aku terus memainkan kepala penisku di lubang memeknya. Ujung penisku sudah penuh dengan cairan memeknya.
Aku menggesek batang penis di celah bibir vagina Mbak Erna dan terkadang memasukan ujung penisku ke memeknya dengan ritme yang random. Aku ingin Mbak Erna tetap bernafsu tapi aku ingin sedikit menurunkan rangsangan di memeknya sebelum ku amblaskan penisku di sana.
Setelah ku rasa pas, perlahan mulai kumasukan batang penisku ke lubang memeknya. Aku masukkan setengah trus aku tarik lagi. perlahan semakin dalam. Aku sungguh menikmati posisi seks misionaris ini. Kedua kaki Mbak Erna sedikit terbuka mengangkang ke samping biar penisku bisa masuk lebih dalam.
“Aghh ahhh … ” Desahan Mbak Erna lebih keras setiap aku tusukan penisku.
“Ahh Mbak..enak banget kontolku.” Aku sengaja bicara vulgar untuk memancing nafsu Mbak Erna. Ketika penisku sudah seluruhnya rnasuk ke memeknya aku diamkan beberapa saat.
“Ahh … ahh … ” Hanya ada suara desahan nafas kami berdua. Aku lepaskan pegangan tanganku dari tangannya. Aku peluk Mbak Erna dan melumat bibirnya.
Setelah beberapa saat aku mulai menggoyangkan pinggulku. Ku lakukan dengan pelan dan kemudian menaikan temponya berlahan. Seiring dengan bertambahnya tempo Mbak Erna juga mulai memainkan pinggulnya mengikuti iramaku.
Sleppp….sleep…slep terdengar bunyi gesekan setiap penisku menghujam vagina pembantuku ini. Bunyi yang semakin memacu gelora nafsu kami.
“Ahhh …aghh … mass …aghh.” Mbak Erna tak mengucapkan sepatah katapun dia hanya terus mendesah. Entah apakah karena tadi aku menghentikan rangsangan ketlka dia hampir orgasme, sekarang belum ada tanda-tanda dia akan mencapai klimaks tapi memang terlihat setiap saat Mbak Erna semakin bernafsu.
Aku memeluk Mbak Erna dan menggulingkan badanku tanpa menarik penisku dari memeknya sehingga kini dia berada dl atasku. Mbak Erna membuka matanya menatapku.
“Gantian ya Mbak.”
Mbak Erna tidak menjawab tapi mulai menggerakan pinggulnya.
Teruss …Mbak … ahh.” Memek Mbak Erna memang nikmat sekali. Bibir memek itu seakan mencengkram kuat kepala dan batang penisku . Dia mempercepat kocokan memeknya di penisku. Tangannya diletakkan di dadaku dan kemudian dia sedikit mengangkat badannya. Payudaranya yang menggelantung terlempar naik turun, langsung menarik perhatianku. Kedua tanganku langsung meremasnya.
“Arrghh … arghh … ” Mbak Erna mendesah dan bergerak liar di atasku. Aku semakin terangsang melihatnya. Ternyata Mbak Erna bisa seliar lni kalo sedang bercinta, aku tersenyum sayu memandangnya. Dia memalingkan mukanya, mungkin dia masih agak risih berada diatas tubuh majikannya. Keringat kami semakin deras bercucuran keluar bercampur, sungguh panas sekali permainan kami malam ini. Kami seolah tidak peduli dengan sprei yang basah dan lengket oleh keringat dan cairan lendir nafsu.
Sebenarnya aku melakukan kesalahan dengan meminta Mbak Erna di atas sekarang ini. Penisku telah menerima rangsangan cukup lama dan Mbak Erna pegang kendali ritme permainan. Aku tidak bisa menahan lebih lama lagi. Aku di ujung tanduk.
“Teruss Mbak …jangan berhenti …kencengannn.” Dan gilanya Mbak Erna memenuhi semua ucapanku, dia menggoyangkan pinggulnya semakain cepat. Aku merasakan kedutan-kedutan di memeknya sepertinya dia juga akan segera orgasme. Tapi dengan gerakannya yang seliar itu pertahananku mulai hancur dibuatnya. “ARRGHHHHH … Mbak ERNNAAA … aku mau keluaaarr!!”
Mendengar ucapanku sontak Mbak Erna agak panik dan segera melambatkan sedikit goyangan pinggulnya.
“Keluarinnya diluar yahh Massss…..” Sahut Pembantuku dengan posisi siap-siap untuk mencabut batang penisku dari vaginanya. Aku mengangguk mengiyakan, mulutku tak sanggup berbicara lagi akibat menahan nikmatnya surga dunia ini.…hotttt.
Aku semakin kenceng menghujamkan batang penisku ke dalam dinding memeknya. Gesekan demi gesekan seolah semakin memaksa spermaku untuk segera keluar dari sarangnya. “Sleerrpp…sleppp…sleeppp…” bunyi gesekan pahaku ketika beradu dengan buah pantat Erna. Irama itu beraturan dan semakin lama semakin kencangg.
Aku mendorong tubuh Mbak Erna keatas sebagai isyarat penisku mau menyemburkan sperma.
“Akhhhhhh….ahhhhhhhh……akkkhhhhhhh” …..Croottt crot crooottttt . Aku mengerang kerasss tatkala penisku memuntahkan sperma. Letupan dahsyat air mani bercampur sperma putih kental keluar dari ujung penisku. Payudaranya aku remas kuat-kuat. Mbak Erna membantu mengocok kecil penisku sampai spermaku habis keluar.
Nikmat yang sangat luar biasa aku alami. lngin rasanya aku berteriak sekeras-kerasnya.
“Aghhh … aghh… ” Mbak Erna mengerang sangat liar sedang berusaha mengejar klimaksnya dengan kembali menggesekkan bibir clitoris vaginanya ke batang penisku yang mulai terkapar tak berdaya. Tapi sebelum Mbak Erna mencapai klimaks penisku sudah mulai melemah. Dia sepertinya menyadari dan memelankan gerakannya. Kulihat mukanya sungguh kecewa, tapi aku senang sekali melihat raut mukanya saat itu. Sexy. Sangat sexy.
Mbak Erna menarik pinggangnya sehingga penisku tidak lagi bergesek dengan bibir memeknya. Entah apa yang akan dilakukannya tapi aku segera menarik badannya jatuh ke tubuhku aku memeluknya.
Aku berbicara pelan di telinganya. “Terima kasih ya Mbak …enak bangeeet aku berbicara pelan di telinganya.
“lstirahat bentar ya Mbak … habis ini giliran Mbak Erna.” Kemudian aku kecup bibirnya dan aku gulingkan Mbak Erna disebelahku. Aku bersihkan sperma yang menggenangi perutku dengan tisu di samping tempat tidur. Sungguh banyak spermaku yang keluar hari ini hingga perlu 3 lembar tisu untuk melapnya.
Mbak Erna hanya diam saja memandang ke langit-langit. Nafasnya masih terengah-engah. Aku ragu apakah dia ingin melanjutkan permainan ini atau tidak.
Sejenak aku terbaring lemah sambil kembali mengumpulkan tenaga untuk memulai permainan baru lagi…
Aku kembali berbaring di sampingya. Kupeluk dan kukecup pipinya, dia memejamkan mata. Sebenernya aku sudah puas karena baru saja orgasme tapi aku harus menyelesaikan apa yang telah aku perbuat. Setelah beberapa menit istirahat, Aku bangkit dan duduk di antara paha mulus Mbak Erna.
MisterSange – Kumpulan Bacaan Sex Dewasa
Aku tundukkan kepalaku dan tanpa ada rasa malu aku memberanikan diri melumat bibir memeknya. Sontak kedua Kaki Mbak Erna langsung menggelinjang sementara jarinya meremas sprei tempat tidur menahan geli bercampur nikmat Aku terus menjilatl memeknya karena bagaimanapun memeknya masih terus mengeluarkan cairan kenikmatan .
“Ahh …ahh …” Tak berapa lama desahan kembali keluar dari mulutnya.
Sambil menjilati klitorisnya, aku susupkan jari tengahku ke lubang memeknya. Nafsu Mbak Erna mulai bangkit lagi. “Eghhh Ahhh……Ahhh …”
“Mass … ehh pakai itu dong.” Aku kaget mendengar Mbak Erna bicara seperti itu. Aku menghentikan jilatanku. Kulihat mukanya merona. sepertinya dia malu tapi nafsu sudah merasukinya. “Apa Mbak?” Aku tidak yakin dengan yang aku dengar.
“Ehh … ” Mbak Erna hanya memandangku sayu.
“lni ya?” Aku tersenyum mengarahkan penisku ke pandangannya.
“Bantuin dong Mbak biar keras dulu.” Mbak Erna langsung duduk meraih penisku dengan tangannya.
“Mbak diemut dong.” Aku ingin merasakan kulumannya. Ku Iihat dia agak kaget dengan permintaanku. Aku turun dari tempat tidur dan berdirl disampingnya. Aku tarik kembali tangan Mbak Erna ke penisku, kemudian ku arahkan kemulutnya. Aku melihat keraguan di rnukanya.
“Ayo dong Mbak, gantian.” bujukku. dan mendorong penisku hingga mendekati bibimya.
“Iihhh…..bentaaar bersihin dulu dong Mas..” Mbak Erna memalingkan mukanya sambal berusaha mengambil tisu basah di meja sebelah tempat tidurku. Emang penisku bau sperma kering gitu….amis yahhhh maklumlah pembaca. Belum sempat dicuci….Hihihiii
Kepala dan batang penisku dibersihkan dengan teliti oleh jari lentik pembantuku ini. Perlahan penisku mulai berdenyut berayun ayun.
“Udah bersih kok” sahutku ke Mbak Erna. Meski awalnya ragu akhirnya Mbak Erna mulai menjilat penisku.
“Ahhh .. .iya Mbak gitu.”
Beberapa saat dia mulai mengulum kepala penisku. “Ahhh enak banget Mbak.” Penisku mulai mengeras.
Jari Mbak Erna kembali mengocok pelan batang penisku sambal lidahnya bermain di kepala penis. Sesekali Mulut pembantuku ini menyedot kepala penisku.
“Uppsss…..ekhhhhs masih ada isinya mas….” Mbak Erna tersendak seakan mau muntah tatkala sisa spermaku tersedot keluar dari ujung penisku. Kembali Mbak Erna membersihkan kepala penisku dan mulai ber’karaoke’ lagi.
Setelah penisku cukup keras aku menarik keluar dari mulutnya. Aku mengarahkan Mbak Erna untuk posisi doggy style. Dia sedikit bingung, sepertinya Mbak Erna belum pernah mencoba posisi ini dengan suaminya.
Aku gesek-gesekan terlebih dahulu penisku ke belahan pantat Mbak Erna sambil kuremas-remas. Air ludah kulumuri ke batang penisku supaya lebih licin tatkala kugesekkan ke dinding pantatnya. Bongkahan pantat pembantuku ini kutarik melebar biar lubang anusnya keliatan.
Aku semakin penasaran melihat lubang anus pembantuku ini karena ada semacam daging kecil tumbuh di lubang anusnya mirip di film-film bokep jepang yang kutonton. Ingin rasanya aku memasukkan penisku ke lubang anusnya alias Anal Sex tapi rada ngeri juga takut penyakit. Tapi Nafsu yang besar mengalahkan akal sehatku. Aku mencoba menusuk pelan lubang anus pembantuku, pengen merasakan gimana nikmatnya Anal Sex.
“Jangann….Jangan Massss Richie…..Sakitttt” Jawab Mbak Erna komplain tatkala aku semakin keras menusuk anusnya. Nada suaranya terdengar sedikit meninggi. Yahhhh pupuslah sudah rasa penasaranku. Akhirnya aku mngubah arah permainan ke bawah lubang anus.
Perlahan mulai ku benamkan penisku ke memeknya. Karena penasaran kutarik belahan pantatnya ke arah berlawanan sehingga terpampang lagi lubang pantatnya yang ditumbuhi bulu halus. Samar tercium aroma lubang pantatnya.
Penisku sudah sepenuhnya masuk dalam memeknya. Mbak Erna sepertinya tidak sabar dia berinisiatif untuk menggerakkan pinggulnya terlebih dahulu. Dalam hitungan detik kami sudah berpacu dengan RPM tinggi. Mbak dengan penuh semangat mengejar klimaksnya yang tertunda, gerakan menjadi liar. “Argghh … aghhh … mass… ”
“lyaa Mbakk … aaaahh …memek Mbak enak banget.” Nafsuku sudah sepenuhnya kembali. “Kontolku enak gak Mbak?”
“Ahhh … ahh … ” Mbak Erna tidak menjawab.
Aku memperlambat gerakanku tapi Mbak Erna terus menggerakkan pinggulnya dengan liar. Kutarik kontolku, Mbak Erna menengok menatapku bingung. Aku rebahkan tubuhnya terlentang dan kutindih tubuhnya.
“Kontolku gak enak ya Mbak?” aku kembali bertanya.
“Mass …jangan gitu ah.” mukanya merona merah. Langsung saja aku hujamkan penisku ke memeknya.
“Arghhhh …” Dia menggelinjang. Aku gerakkan pinggulku maju mundur dengan cepat .
“Gimana Mbak enak kan?”
Mbak Erna masih tidak mau menjawab, dia hanya mengangguk pelan dengan mata terpejam. Aku tersenyum menatapnya.
Aku sedang bercinta dengan seorang pembantu, dengan penampilan yang biasa aja setiap harinya mungkin bagi beberapa orang dianggap tidak menarik. bahkan dianggap beda kasta, namun dia juga manusia seorang perempuan yang harus diperlakukan dengan layak dan jika kamu melihat raut mukanya malam ini, sungguh menawan sekali.
Aku mampu bertahan cukup lama kali ini. Kami berpacu dalam kenikmatan. Aku mengulum bibir Mbak Erna, lidah kami saling menari. Butiran keringat membasahi wajah dan tubuh Mbak Erna. begitu juga tubuhku. Meski kamar ini berAC tetap tidak dapat meredakan panasnya gairah kami.
“Aghh … ” Mbak Erna menarik lepas mulutnya dari kulumanku.
“Teruuss maass… ” Dia akan segera mencapai klimaks.
“Mbak keluarin bareng yaa.” Aku mempercepat gerakanku berusaha meraih kenikmatanku. “Heeh ..ehh ..aghh … ahhh” Mbak Erna semakin keras mendesah.
“Tahann Mbak ..” Kedutan di memeknya mulai kurasakan. Mbak Erna menuruti permintaanku dia berusaha menahan klimaksnya meskipun penisku terus menghujam memeknya.
“Eghghhh … eghhhh … mass..” Dia sudah tidak mampu menahannya. Bunyi gesekan Penisku dengan memeknya semakin kencang dan keras….Sleeppp sleep sleeeeppppp….
“Masss EGHHHHHHGAHH.” Mbak Erna mendapatkan orgasmenya. Tangannya mencengkeramku kuat sekali. Badannya membusung ke atas. Mengelinjang berulang-ulang.
Aku terus mengocok memeknya dengan batang penisku.
“Aghhhh … aghhhh …” Gelombang kenikmatan melandanya terus menerus.
“AGHHHHHHH.” Giliran ledakan kenikmatan menyerangku, kuamblaskan seluruh penisku ke dalam memeknya. Crottt crotttttt……Crottt. Penisku berdenyut mengeluarkan lahar sperma panas ke lobang vagina pembantuku. Kami berdua hanyut dalam Surga dunia…..benar-benar nikmat tiada tara.
“Ahhh …ahhh …” kami berdua masih terengah engah. Aku masih menindih Mbak Erna dan memeluknya, kubiarkan penisku di dalam memeknya. Aku masih bisa merasakan kedutan di memeknya. Malam ini sungguh luar biasa. Saking luar biasanya sampai-sampai Mbak Erna lupa menyuruhku untuk mencabut penis jika mau keluar sperma.
Ketika aku mengangkat badanku menatapnya, dari sudut matanya yang terpejam keluar air mata. Kuusap lembut air mata di pipinya dan ku kecup keningnya, kembali ku peluk Mbak Erna. Aku tau mungkin dia kecewa, menyesal. atau marah.
Tanpa bicara sepatah katapun Mbak Erna mendorong badanku, aku menahannya.
“Maaf ya Mbak …aku .. :•
“Sudah mas… sudah malam” Mbak Erna memotongku, suaranya bergetar.
Penisku yang tadi membengkak keras otomatis layu mengecil dan keluar sendiri dari vagina pembantuku.
Aku mengangkat tubuhku darinya. Mbak Erna menyaut pakaiannya dan keluar menuju kamar mandi. Tampak spermaku tumpah berceceran di sekitar selangkangan Mbak Erna. Wowww….sungguh berkesan.
Aku sendiri membersihkan dlriku ala kadarnya dan mengenakan pakaian kemudian menunggu Mbak Erna keluar dari kamar mandi.
Mbak Erna keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap rambutnya dikeramas diikat ke belakang, mukanya basah. sepertinya dia habis membasuhnya. Aku mendekatinya dan langsung ku peluk sebelum dia menghindar.
“Mbak maafin aku ya sudah kayak gini sama Mbak Erna. Aku yang salah Mbak, Mbak boleh marah sama aku, Mbak boleh pukul aku sepuasnya.” Aku mencoba meredakan apa yang sepertinya disesalinya. “Tapi bagaimanapun, aku juga terima kasih sama Mbak. Mbak Erna sungguh luar biasa membantuku”
Mbak Erna mendorongku pelan. Meski raut mukanya sedih dia tersenyum simpul. “Mbak pulang dulu ya Mas.” Hanya itu yang keluar dari mulutnya.
Aku mengantarnya pulang. Di perjalanan kami tidak berbicara sepatah katapun….mungkin diantara kami masih tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi. Sesampai di rumah Mbak Erna, aku spontan menyelipkan amplot yang telah kusiapkan sebelumnya ke tangan Mbak Erna.
“Gak usah Mass…..” Mbak erna tampak ragu untuk menerima, aku langsung membalas dengan mendorong tangannya kembali
“Gakk Mbakk….aku ikhlass, mungkin gak seberapa tapi benar aku ikhlas ngasih ke Mbak….jangan nolak ya Mbak ….pleaseeee”
“Anggap aja sebagai ungkapan terima kasihku…pleaseee…aku jadi gak enak kalo Mbak gak nerima” aku sedikit memohon ke Mbak Erna. Aku takut terjadi salah paham akan niat baikku ini.
“Terima Kasih Mas Richie….” Suara Mbak erna terlihat agak gemetarrr.
Aku tersenyum senang dan segera meninggalkan Mbak Erna
“Jangan lupa rutin minum ramuannya ya mas, Smoga terkabul impiannya…” kata Mbak Erna sebelum aku naik ke motor.
“Aminn…”
Sejak saat itu dalam waktu yang agak lama aku tidak bertemu dengan Mbak Erna. Beberapa hari kemudian istriku pulang, aku sedikit khawatir dan cemas. Aku khawatir jika ada perubahan sikap dari Mbak Erna atau lebih parah lagi jika Mbak Erna bercerita ke istriku.
Tapi aku tidak mendengar cerita apapun dari Istriku tentang Mbak Erna. Sekitar satu bulan kemudian aku bertemu dengan Mbak Erna ketika dia datang ke rumah dan kebetulan aku juga sedang di rumah. Dia menyapaku ramah sepertl tidak pernah terjadi apa-apa. Aku sedikit lega.
Bulan demi bulan berlalu, aku terus berdoa semoga terapi Mbak Erna berhasil. Tak lupa juga aku rutin minum ramuannya dan memperbanyak frekuensi berhubungan badan dengan istri. Setiap siap berhubungan aku merasakan sperma yang keluar lebih banyak dari sebelumnya dan lebih kental.
Setahun berikutnya kami berhasil memperoleh momongan. Anakku lahir perempuan dengan kondisi sehat dan kami sangat sangat mensyukurinya. Aku benar-benar bersyukur kepada Tuhan ternyata doaku dikabulkan….tak lupa juga aku berterima kasih ke Mbak Erna pembantuku yang telah me”nyembuh”kanku.
Ohh ya pembaca, hampir lupa aku ceritakan……Ternyata Mbak Erna pembantuku juga melahirkan seorang anak laki-laki. Kalau dihitung-hitung jarak kehamilan dengan waktu kami berhubungan badan saat terakhir terapi emang klop.
Tapi aku tak tahu apakah anak itu hasil dari benih suaminya atau aku…..yaachh whateverlaah yang penting kami berdua tetap teguh memegang rahasia sampai Akhir. Tidak ada yang dirugikan dari kami berdua pikirku. Semua berakhir indah,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,