Numpang Dirumah Bibi
Dikampung saya bisa masuk sekolah SMA adalah sebuah kebanggaan bagi sebagian masyarakat. Karena kebanyakan mereka sekolah hanya tamatan SD dan lebih memilih berkebun dari pada sekolah.
Saya Andri usia 18 tahun sekolah SMA di daerah yang sangat jauh, untuk sampai ke sekolah tersebut saya naik mobil elf Setelah itu naik motor lagi dengan ongkos 9 ribu, pulangnya pun sama begitu membuat orang tuaku sedikit mengeluh karena biaya ongkos pulang perginya yang mahal.
Waktu itu ketika saya pulang sekolah ada bibiku berkunjung kerumah ibu membawa anaknya yang berusia 5 tahun, usia bibiku 27 tahun Bu Laras namanya tinggi sekitar 165 sedangkan tunggiku 170 beda tipis, rupanya bibiku sudah tahu masalah yang dihadapi orang tuaku, beliau menyarankan ke ibu agar hemat ongkos sekolah Andri biar tinggal sementara dirumah bibi kebetulan ada satu kamar kosong yang tidak dipakai katanya.
Ibuku menyetujui niat baik Bi Laras dan mengucapkan banyak terimakasih mau membantu kesulitan yang dihadapinya.
Besoknya saya berangkat bersama bibi meninggalkan ibu dan ayah dirumah menjaga warungnya.
Saya berjanji sama ibu dan ayah sebulan sekali akan mengunjunginya usia ibu masih mudah sekitar 35 tahun. Ku lihat ibu menangis melepaskan saya pergi bersama bibi.
“Ibu jangan khawatir Andri akan mengunjungi ibu sebulan sekali Andri janji.. hati-hati Bu dirumah kalau ada apa-apa hubungi Andri ya Bu..” ku peluk ibuku kucium keningnya.
Setelah menempuh perjalanan jauh akhirnya sampai juga dirumah bi laras yang sederhana memanjang kebelakang 4X7 meter, kebetulan halaman rumahnya dekat jalan raya sangat pas untuk berjualan.
Bi laras mempersilahkanku duduk istirahat, “Andri kamu istirahat aja dulu kalau mau tiduran kamar kamu yang dibelakang ya..” kata bibiku sambil tersenyum.
“Iyaa bi.. makasih atas bantuan bi Laras pada Andri.. kebaikan bi Laras takkan Andri lupakan.. Andri janji akan membalas kebaikan bi Laras suatu hari nanti…”
“Sudah selayaknya kita harus saling tolong menolong karena kita saudara ndri, tapi bibi akan pegang janji kamu tadi hehee.. ya sudah istirahatlah dulu..” senyuman bi Laras membuatku terpesona begitu manis senyumannya.
Setelah dikamar saya tiduran diranjang kayu dengan kasur sangat empuk warna kuning bermotifkan bunga mawar . Luas kamar belakang hanya 2.5 m X 3 meter cukup memuat satu ranjang kecil.
Ketika tiduran memandang kipas angin yang berputar pelan dilangit kamar, saya terbayang senyuman manis bi Laras yang membuatku selalu teringat, tubuh yang berisi, payudara yang besar, bokong yang lebar dan bulat sangat sempurna jika jadi bintang porno mirip Ai Shinozaki.
Paginya sebelum berangkat sekolah saya bertanya pada bibi, “om Bram nya kemana bi? Kok gak keliatan?”
“Om kamu diluar kota kebetulan sore nanti pulang ndri”
“Ohh..pantesan jarang kelihatan bi.. udah lama yaa om Bram gak pulang?”
“Udah 9 bulan ndri om kamu tuhh gak pulang-pulang tumben”
“Ohh pantesan jarang liat.. ywdh Andri berangkat dulu ya..” ku cium tangannya lalu pergi.
“Hati-hati dijalan yaa ndri..”
Disekolah saya kurang fokus belajar selalu terbayang bi Laras.. padahal sebentar lagi saya masuk kelas 3, saya berusaha fokus belajar agar nanti bisa membahagiakan ibu dan bibiku.
Belajar setengah hari seperti seharian saja mendengarkan ocehan guru bahasa Inggris seperti sedang kumur-kumur saja mulutnya. Akhirnya jam pulang pun tiba, saya ingin cepat pulang entah kenapa hatiku merasa gelisah.
Pas mau masuk 3 meter didepan pintu depan rumah, saya mendengar bibiku sedang cekcok beradu mulut sama seorang lelaki, ternyata dia om Bram.
“Siapa dia mas?!! Kamu berani selingkuh dibelakang aku!!! Aku benci kamu mas!!!” Terdengar sampai luar saya mendengar bibi mengatakan itu sambil menangis.
“Maafkan mas Laras, mas harap kamu mau dimadu sama mas!”
“Tidak mas, lebih baik Laras jadi janda daripada jadi istri yang dimadu.. sekarang mas pilih wanita itu atau saya mas?!!”
“Baik!, Ooke!, Lebih baik kita pisah saja.. mas lebih baik meninggalkan kamu dan pergi menikahi dia.. sekarang juga kita cerai!!” Om Bram emosi.
“Aku tak menyangka mas akan mengatakan itu pada Laras.. benci aku sama kamu mas!!!”
“Terserah sekarang lebih baik saya pergi daripada memilihmu yang tidak mau dimadu dasar wanita tidak tau keinginan lelaki!”
Om Bram pun keluar membawa tas ransel hitam terlihat penuh isinya,, dia melihatku sedang duduk diluar lalu menghampiriku.
“Andri…?”
“Iyaa om.. om udah pulang?” Kataku pura-pura tidak tahu apa yang terjadi.
“Iyaa om baru datang tadi.. kamu pasti denger tadi om berantem sama bibimu ya?, Andri om titip bibimu jaga dia baik-baik, ini uang 10 juta buat kamu sama bibimu, tapi jangan kasih tau bibimu ini uang dari om ya?! Dia pasti menolaknya”
“Baik om.. Andri janji akan menjaga bibi baik-baik. Om mau pergi kemana?”
“Om akan ke Sumatera mungkin untuk waktu yang lama om takkan pulang, om sudah punya keluarga baru lagi disana. Ya sudah om pergi dulu.. jaga bibimu baik-baik ya Andri?
“Iyaa om saya janji”
Om Bram pun pergi menjauh mengendarai motornya dan sudah tak terlihat lagi, uang dari om Bram saya simpan di tas. Saya pun masuk tak ada bibiku di ruang tengah, ku simpan tasku dikamar lalu ganti baju.
Saya mendengar bi Laras menangis tersedu-sedu seperti memukul-mukul bantal. Saya coba masuk ke kamarnya lalu duduk disamping tempat tidurnya, bi Laras sedang memeluk guling menghadapku.
“Bi.. bi Laras ga papa?” Ku pegang bahunya.
Matanya sembab karena kebanyakan menangis, dia berusaha tenang untuk menjawab sapaan ku,
“Bibi gpp.. kamu sudah pulang ndri? Udah makan belum?”
“Udah bi, maaf tadi Andri diluar mendengar om sama bi laras bertengkar.. makanya Andri tadi nunggu diluar..”
“Kamu udah tau yaa.. om kamu sudah menikah lagi ndri.. dia lebih memilih wanita itu daripada bibi..” bibiku hampir menangis lagi.
“Tadi om Bram nitip ke Andri supaya menjaga bi Laras, tentu Andri akan berusaha membahagiakan bi Laras sekuat tenaga Andri.. ijinkan Andri menggantikan om Bram untuk menjaga dan membahagiakan bi Laras..”
“Makasih ndri kamu udah perhatian sama bibi.. usiamu masih muda tapi pikiran dan sikapmu sudah layaknya orang dewasa.. bibi sangat bangga sama kamu.. ada kamu disini bibi merasa tenang tinggallah disini selama kamu mau…”
“Ywdh bi kita makan sama-sama yuk, gak enak kalo Andri makan sendiri.. bibi harus kuat Andri akan selalu bersama bibi apapun yang terjadi..” bujuk rayuku biasanya mempan.
Bi Laras akhirnya mau saya ajak makan bersama meskipun lauknya seadanya, kami makan sepiring berdua meskipun piringnya banyak. Ini adalah inisiatif saya agar kami semakin dekat dan bi Laras mengikuti ideku.
Saya merasa bersyukur bisa mendinginkan suasana yang panas, tak ada tangis kesedihan yang terpancar dari wajahnya, kini hanya ada gelak tawa bahagia dari kami berdua seakan kejadian tadi terlupakan oleh bibiku.
Disela-sela makan saya ngomong ke bibi,
“Bi.. setiap malam mulai sore hari sampai tengah malam andri akan kerja di tempat jus buahnya pak Salim, upahnya sehari kerja 75rb, Andri ingin belajar mandiri bi..”
“Iyaa ndri bibi ijinin mudah-mudahan kamu bisa mengambil pelajaran dari berdagang jus itu..”
Sebulan bersama bi Laras kami seperti sepasang kekasih yang saling memberikan perhatian, sepiring berdua sudah menjadi sebuah kebiasaan yang jika ditinggalkan terasa ada yang kurang.
Uang hasil bekerja di pak Salim saya belikan alat-alat jus buah untuk jualan didepan rumah. Alhamdulillah jualannya laku sehingga membuat perekonomian keluarga bibiku membaik.
Ketika bibiku sakit saya mengasuh anaknya namanya Putri yang masih berumur 4 tahun melihat saya sangat menyayangi anaknya bibiku seperti menaruh hati padaku. Tatapannya, kelakuannya juga perhatiannya sangat beda kurasakan, putri tidur di pangkuanku saya bawa ke kamar bibiku untuk ditidurkan ditempat tidur yang khusus untuk putri.
“Bi, putri sudah tidur istirahatlah.. Sekarang andri akan merawat bi Laras.. bi Laras tiduran aja dikasur..” bi Laras pun beranjak dari kursi menuju kamarnya saya pun ikut membantu bi Laras ke kamarnya sampai bi Laras tidur terlentang membuat payudara dan vagina bibi terlihat mengembung oleh mataku terlihat dari luar celana tidurnya.
Ku kasih obat dan ku kompres kening bibiku dengan lap basah dan air dingin yang saya isi di baskom kecil.
Melihat perhatianku yang begitu besar pada bibiku dan anaknya bibiku menangis,
“Bi..kenapa menangis? Yang Andri lakukan ke bibi salah ya? Maaf bi kalau Andri salah…”
“Tidak ndri kamu tak salah.. bibi hanya terharu melihat perjuangan kamu sama bibi dan putri seakan kamu seperti suami bibi.. malam ini dan seterusnya tidurlah bersama bibi dikamar ini. Bibi merasa takut dan kesepian tidur sendiri..” bi Laras mengganggam erat tanganku dipeluknya dan diciumnya.
Entah perasaan apa yang kurasakan saat ini, saya sangat menyayangi bibiku sepertinya saya jatuh cinta sama bibiku sendiri.
Ku usap kepalanya membuat bibiku semakin erat menggenggam tanganku.
“Bi.. Andri sangat menyayangi bibi juga putri kalaulah bibi bukan sedarah pasti akan Andri nikahi..” ku kecup keningnya bibiku tersenyum kepadaku, kami saling berpandangan sejenak bibir bibiku menggigit bibirnya sendiri tanda apa ini? Entah apa yang merasukiku ku cium bibir bibiku, bibiku sekilas kaget lalu melemas pasrah sambil membalas ciumanku.
Hanya sebentar ku cium bibirnya, lalu saya hentikan, bibiku seperti menahan birahinya dia menarik nafas dalam urat lehernya sedikit tegang.
Sebenarnya saya pun sedang sange ingin ku setubuhi bibiku ini tapi saya merasa kasihan bibiku masih sakit panas.
Malam ini saya tidur seranjang bersama bibiku belum berani melakukannya.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,