Pusat Rehabilitasi
Untuk kesekian kalinya orang tua Nadine memergoki anaknya masih menggunakan obat obat terlarang.
Karena khawatir akan keselamatan Nadine , maka ayahnya menganjurkan agar gadis itu dimasukkan ke panti rehabilitasi. Pada awalnya ibunya Nadine merasa keberatan , namun demi masa depan anakknya ia pun setuju.
Dan untuk menjaga nama baik keluarga diputuskan bahwa Nadine akan dimasukkan ke pusat rehabilitasi alternatif di luar kota pimpinan Ki Guntur.
Nadine tentu saja kecewa dengan keputusan ini , namun ia tak bisa berbuat banyak.
Selama dua jam perjalanan tak sepatah katapun keluar dari mulut Nadine, tanda bahwa ia tak suka dikirim ke panti rehab dimana segalanya diatur.
Nadine agak sedikit terkaget ketika mereka sampai ke tempat rehab, lokasinya sangat terpencil, jauh dari mana-mana, dan strukturnya malah lebih mirip bangunan penjara.
“Ayah…ga salah nih..kita kesini…” tanya Nadine
“Enggak..pokoknya kamu tinggal disini untuk beberapa lama..ini juga demi masa depan kamu…..” jawab ayahnya.
Seorang berpakaian serba putih menyambut mereka dan langsung mengantarkan tamunya ke ruangan Ki Guntur.
“Saya berharap anak saya bisa disembuhkan Ki Guntur……” kata ayah Nadine
“Hmmm…tak usah khawatir pak Frans…..saya jamin anak anda sekeluar dari sini akan sembuh dan menjauhi narkoba….” kata Ki Guntur meyakinkan.
Dan begitulah mulai hari itu , Nadine resmi jadi penghuni panti rehab tersebut, dan harus mengikuti berbagai program dan aturan yang berlaku di tempat itu.
jika ada pelanggaran maka tak ayal lagi hukuman akan menunggu, biasanya hukuman berupa hukuman fisik berupa olahraga atau bekerja, atau hukuman pengasingan alias dikurung di suatu ruangan dengan jangka waktu tertentu.
Suatu waktu , Nadine dipanggil Ki Guntur ke ruangannya , Nadine menduga ia dipanggil karena ia beberapa kali bolos di waktu pelajaran.
“Nadine …Duduk…….” kata Ki Guntur sambil menunjuk sebuah kursi di tengah ruangan.
Nadine duduk di kursi itu, entah mengapa jantungnya berdegub kencang, perasaanya ga enak.
“Nadine…..saya sudah diberi kewenangan penuh untuk melakukan cara apapun oleh orang tua kamu,agar kamu bisa sembuh…….dan juga ingat jika kamu tidak mengikuti perintah, kamu akan kena sangsi…” kata Ki Guntur yang membuat perasaan nadine mulai tidak karuan.
Nadine berusaha duduk tenang meski hatinya gelisah, gadis ini baru berusia 18 tahun , tapi bodynya sungguh mengaggumkan, buah dadanya cukup menonjol sempurna ,kakinya yg lenjang dan bulatan pantat yang menggiurkan. Ki Guntur menatap tubuh gadis itu penuh nafsu, pusat rehabnya sering dititipi gadis cantik anak orang kaya seperti ini , dan Ki Guntur selalu punya therapy khusus untuk gadis gadis kota seperti ini.
“Baik…Coba duduk tegak…..lutut rapat dan tangan dilipat….” Ki Guntur memberi instruksi yang kemdudian diikuti patuh oleh Nadine.
“Ingat Nadine..ikuti semua instruksi saya……kalau tidak kamu kena sangsi….paham..?’
“Paham, Ki….”
“Bagus…..kamu memang gadis cantik yang penurut. sekarang angkat tangan kamu ke atas kepala ,dan duduk tetap tegak lurus..”
Nadine mengikuti instruksi itu dan mulai merasa tak nyaman, karena dengan posisi seperti itu otomatis buah dadanya membusung ke depan, apalagi ia sempat melihat tatapan mata Ki Guntur yang tak lepas dari buah dadanya itu.
“Hahaha..bagus bagus….dada kamu besar juga ya…….sekarang coba kamu buka lebar kaki kamu sampai ke ujung kursi…”
Dengan sedikit risih Nadine membuka kakinya lebar, pahanya terlihat menggiurkan.
“Ayo..kurang lebar…lebih lebar……” perintah Ki Guntur
Muka Nadine memerah saat membuka kakinya makin lebar, ia merasa tak nyaman saat melihat Ki Guntur terus menatap buah dadanya yang membusung ke depan , dan roknya yg terangkat kian tinggi karena kakinya dibuka lebar.
“Hmmm…bagus bagus…….coba sekarang kamu buka blouse kamu….”
Nadine dengan perlahan membuka satu persatu kancing blousenya, sehingga menampakkan buah dadanya yang masih tertutup oleh bra.
“Hmmm..ok……..coba posisinya seperti tadi…tangan ke atas…dada busungkan..punggung lurus/…..”
Saat Nadine melakukan itu, Ki Guntur mengambil kursi dan duduk tepat dihadapan Nadine.
Ki Guntur lalu mengelus elus bulatan dada Nadine yang menonjol dengan lembut
“Diam…jangan bergerak……” kata Ki Guntur lalu meremas buag dada Nadine, tangannga bahkan menelusup masuk mencari puting susu gadis cantik ini. Nadine hanya menahan nafas saat buah dadanya diremas remas, ia tak berani melawan karena khawatir nasibnya akan lebih buruk, ia hanya berharap semua ini cepat selesai.
“Coba buka branya juga…kamu telanjang dada dihadapan saya…..” perintah Ki Guntur
Nadine berdiri dan meraih bagian belakang branya, melepas dan menjatuhkan branya ke lantai.
Belum pernah ada laki laki manapun yang pernah melhat nadine telanjang dada, tapi kini ia harus melakukannya di depan seorang lelaki tua yang katanya dihormati.
“Ya..duduk lagi…..busungkan dadanya seperti tadi……”
Ki Guntur kini leluasa meremas dan mencubiti buah dada ranum milik Nadine, bulatan indah itu ia remas kuat dan putingnya ia tarik tarik, sehingga kian lama puting Nadine kian mengeras, membuat remasan ki guntur makin bersemangat pula, rintihan kesakitan mulai terdengar dari bibir Nadine.
“Ok…bangun dan buka rok dan celana dalam kamu……”
Nadine bangkit dan membuka roknya namun ia ragu ketika harus membuka celananya.
“Ayo…ayo…cepat…..tunggu apa lagi…..” Ki Guntur tak sabar
Dengan perlahan ia melepas celana dalamnya memperilhatkan vaginanya yg membangkitkan birahi.
“Bagus..duduk..dan buka paha kamu lebar lebar…..”
Dan tak membuang waktu sedetikpun , setelah Nadine duduk kembali, Ki Guntur kemudian mengelus elus paha mulus Nadine sampai ke vaginanya, membuat Nadine merintih rintih.
“Kamu pernah telanjang di depan orang lain Nadine….?” tanya Ki Guntur
“Belum…ki, …ini pertama kalinya….” kata Nadine menahan malu
“Nanti juga terbiasa…kamu setiap terapi harus telanjang bulat…biar ilmunya cepat menyerap….”
Jari jari Ki Guntur mulai bergerak naik turun menyusuri bibir vagina Nadine,lalu lanjut menuju ke clistorisnya dan memutar mutarnya, hal ini menyebabkan rintihan Nadine kian kentara.
Tangan Ki Guntur yag lain bergerak ke belakang dan meremas pantat indah Nadine.
“Hmm….pantat kamu juga sempurna…….diam ya….”
Kini kedua tangan Ki Guntur melakukan rangsangan di vagina dan pantat Nadine,membuat gadis ini menggeliat dan menggelinjang tak karuan menahan berbagai rasa, makin lama tubuhnya terasa seoalh akan meledak.
“Aaaahhhh….” Nadine mulai menangis, “Ahhhh…awa…..udahhh..Ki…cukup…aaahhhhh…. “
Tangis Nadine meledak seiring dengan orgasme yg dialaminya.
Setelah beberapa lama terisak, akhirnya gadis itu terdiam juga, perasaan aneh menjalar ke seluruh tubuhnya.
Ki Guntur kemudian memposisikan nadine membungkuk memegang meja, dengan kaki dilebarkan.
Posisi ini membuat Ki Guntur leluasa meremas dan memainkan pantat gadis cantik ini,Nadine hanya menggigit bibir menahan tangis.
Nadine juga mendengar suara restleting dibuka, dan belum sempat berpikir banyak , tiba tiba ia merasakan benda keras mencoba memasuki pantatnya.
“Aaaaaaaaawwwwwwwwwwwwwww……….!!!!!!..” Nadine berteriak kesakitan saat penis Ki Guntur mulai memasuki pantatnya. Nadine kian menangis kesakitan saat Ki Guntur bergerak maju mundur, menekan penis itu masuk makin kedalam, seinci demi inci sampai akhirnya penis itu terbenam di pantat mulus Nadine.
Nadine terengah engah menahan sakit saat pantatnya dipompa sedemikain rupa, ia berusaha berontak agar penis itu dicabut namun sia sia, yang ada malahan gerakan Ki Guntur makin brutal dan menyakitkan.
Sambil terus menekan penisnya di pantat Nadine, ia tak lepas meremas buah dada gadis cantik ini dan mencubiti putingnya, sementara tangan lainnya bermain di seputar vagina.
Pijatan dan rangsangan di clitnya membuat Nadine mengerang nikmat bercampur kesakitan akibat di perkosa di pantat.
Saat Nadine merasa akan mencapai orgasme , ia bisa merasakan penis Ki Guntur masuk semakin dalam dan menyemburkan cairannya di dalam pantat Nadine.
Puas dengan “terapi” , Ki Guntur mencabut penisnya dari Nadine, gadis itu langsung ambruk ke lantai , karena lelah akibat orgasme, juga akibat kesakitan saat pantatnya diperkosa dengan kasar.
“Bagus……kamu boleh kembali ke kamar kamu dan beristirahat. Besok kamu kembali lagi dan terapi lagi, setelah lewat pantat, besok kamu akan di terapi lewat mulut dan kemaluan kamu…..sekarang istirahat dan bersiap siap untuk besok.”
Nadine kembali ke kamarnya dengan pantat yg panas , dan kepala yg penuh kekhawatiran…..apa lagi yang akan dialaminya besok……,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,