Sebagai Bahan Gangbang Sebuah Politik

Di tahun politik ini, perhatian masyarakat luas tertuju pada kontestan pemilu presiden. Pun dengan suamiku dan bapak-bapak di sekitar rumah kami. Kebetulan, suamiku, Arsen (35) adalah seorang fan berat sekaligus sukwan salah seorang capres yang berlaga.

Di tiap obrolannya dengan bapak-bapak tetangga, suamiku senantiasa mati2an membela jagoannya dan membantah isu2 miring perihal capres idolanya. Arsen memang tak terjun langsung dalam suatu partai, tetapi semenjak kuliah ia sudah sering diskusi dengan beberapa tokoh penggiat salah satu partai, sekarang walaupun sudah bekerja kantoran tetapi semangat politiknya masih sama seperti dahulu. Tetangga kami pun maklum dengan pandangan politik suamiku yang spartan dibelanya.

Bersebelahan dengan rumah kami adalah rumah kontrakan yang diisi oleh tiga orang mahasiswa rantau, Astu, Bondan dan Brian. Ketiga mahasiswa itu berperawakan gagah dan berparas lumayan dibandingkan dengan mahasiswa lain di sekitar situ.

Mereka akrab dengan keluarga kami, sebab suamiku, Arsen seringkali mengajak mereka bertiga nonton bareng acara bola / tinju di ruang tamu, terutama saat tim lokal kami bertanding di teve. Mereka sering juga bercengkrama di teras rumah memperbincangkan gosip2 artis sampai politik.

Kawasan tempat tinggal kami termasuk kawasan kampus, sesampai cukup dipadati kos-kosan mahasiswa mahasiswi. Dandanan mahasiswi di sekitar tempat tinggal kami modis-modis, mereka seringkali ke kampus dengan kemeja ketat dan celana jeans aatu rok bahan yang ketat, kadang kujumpai pakaian kasual mereka cuma memakai kaus ketat you can see dan celana gemes saja.

Jika cewek-cewek itu lagi males dandan, biasanya mereka makai celana piyama, dengan atasan sweater / jaket. Suamiku sangat tertarik pada cewek mahasiswi yang memakai bawahan piyama sebab menurutnya pantat mereka akan tercetak lebih menggodal.

Di depan rumah kami ada kamar kos-kosan mahasiswi yang menghadap ke arah jalan (membelakangi). Tiap gadis-gadis itu menjemur pakaian dan pakaian dalam, pasti bisa dilihat dari rumah kami dengan jelas.

saya acapkali menangkap basah suamiku asik memandangi para gadis muda di depan rumah kami, memang kuakui pada usia mereka kecantikan fisiknya sedang ranum-ranumnya. Kulit kencang berkilau dan bodi yang sudah tumbuh sempurna usai masa remaja dan masuk usia dewasa.

Sambil bercengkrama di teras, tiga mahasiswa tetangga seringkali kukuping membicarakan pasangan / gebetan mereka, lalu ku ketahui bahwa mereka semua sudah memiliki pacar dan dari hasil nyolong dengar itu kudapati mereka cukup aktif ngelonnin pacar masing-masing di kosan pacar mereka atau di rumah kontrakan itu.

Memang rumah kontrakan mereka cukup ramai didatangi sahabat sahabat ketiga mahasiwa itu, kadang tak cuma sahabat cowok tetapi sahabat cewek yang ternyata pacar mereka. Keluargaku sudah sangat familiar dengan salah satu pacar mereka, Widi yang berambut panjang bergelombang, bertumbuh tinggi semampai dan chubby.

Widi kerap ikut nimbrung dengan tiga mahasiswa ngerumpi di teras depan rumah kontrakan, Fera orangnya supel dan ramah tetapi tak seperti mahasiswi lain yang banyak bergaul dengan sesama cewe, Widi justru bersahabat baik dengan mahasiswa tetanggaku, bahkan memacari satu diantaranya, yaitu Bondan.

Ketiga mahasiswa itu memang anak berada, mereka memilih mengontrak sebuah rumah daripada ngekos, motor merekapun keren, Ninja dan Tiger. Stelan mereka modis selain supel dan easy going, gak heran mahasiswi2 disana pada kecantol.

Saya sendiri bernama Nisa, berusia 32 tahun, dengan seorang anak perempuan berumur 6 duduk di TK bernama Fatin. Bodiku lumayan padat di usiaku sekarang, dengan tinggi 165cm, dada cukup besar dan pinggul dan pantat yang agak melebar menungging, namun saya menjaga lingkar perutku cukup langsing menurutku.

Kata suamiku, paras mukaku manis dan menurutku juga begitu, mata bulat bibir tipis dengan rambut melebihi bahu, saya memiliki keturunan Bugis dan Jawa. www.filmbokepjepang.net   saya sekarang bekerja sebagai staf sebuah sekolah dasar swasta, dan menurut sahabat seprofesi di sekolah badanku masih seperti gadis. Itu yang membuat suamiku senantiasa bernafsu saat kami bersetubuh yang cukup rutin kami lakukan tiap minggu beberapa kali.

Di rumah saya seringkali berpakaian santai dengan kaos gombrang dan celana atau rok pendek selutut. Di rumah saya kalah modis dengan mahasiswi-mahasiwi, tetapi ketika bekerja saya sama modisnya dengan mereka, dengan blazer dan rok ketat atau celana panjang.

Tiap pagi saya dan suamiku bekerja dengan mengendarai motor bebek kami, sambil suamiku pergi ke kantor, saya dibonceng dan pulang ke rumah dengan naik angkot. saya senantiasa bersikap ramah pada ketiga mahasiswa tetanggaku, merekapun menghormatiku sebagai Bu Arsen, istri sahabat ngobrol mereka di teras.

Akhir-akhir ini obrolan suamiku dengan tiga mahasiswa perihal pemilihan umum makin seru, anak-anak muda itu apdet berita dari internet perihal kedua capres. Mereka tertawa-tawa sambil ngegosip capres. saya sih asik nonton teve di ruang tamu, dan tak fokus mencuri dengar perbincangan mereka.

Malam harinya, sesudah anakku tidur. Arsen, suamiku curhat padaku bahwa ternyata ketiga mahasiswa itu swing voters, pemilih ngambang. Arsen tak berhasil merayu mereka memilih capres yang dibelanya, sebab menurut mereka capres Arsen masih banyak kekurangannya.

Aku iseng menanggapinya, “Sogok aja pakai hadiah bang, biar mau nyoblos pilihan Papih, hihihi”

“Apa hadiahnya mih… Mereka kan anak kaya… Masa saya mau kasih kamu?”

Agak terkejut juga mendengar celetukan itu, memang masalah ranjang kami tak bermasalah selama ini, tetapi saya juga mulai bosan dan jengah dengan permainan suamiku di ranjang. Mungkin itu juga yang dirasakan suamiku.

“Gapapa kok pih, mamih rela dijadiin hadiah asal Papih seneng kalo yang nyoblos capres abang jadi nambah”

“Hahahaha, seriusan nih mih” kata Arsen sambil meremas pantatku.

Saya cuma tertawa mendengarnya, namun suamiku masih memasang raut wajah serius lalu mencium keningku.

Kehidupan seks keluarga kami cukup fatinmis sebenarnya, kami tak menganggap seks sebagai suatu hal sakral melainkan refresing dan rekreasi. Sampai lebih dari dua kali kami melakukan swinger dan threesome. Swinger pertama kami dengan pasangan sahabat kantor suamiku, Fera dan Sidik suaminya di resort pantai, swinger selanjutnya di hotel dengan mantan pacarku di SMA Dudi dan istrinya, sewaktu kami tak sengaja bertemu di sebuah mall sampai kami CLBK, terakhir swinger kami lakukan dengan sahabat kami sesama tim sukses salah satu caleg yang gol di DPRD Kota di rumahnya.

Sementara trisom kami lakukan beberapa kali dengan wanita panggilan, pemijat pasutri, sahabat kantor suamiku dan adik sepupu perempuan suamiku. Cuma orgy / gangbang yang beum perlah kurasakan, sesampai saya penasaran untuk melakukannya.

Dahulu, saya pernah punya pacar sesudah menikah dengan Arsen, ketika perselingkuhanku dimulai, usia anakku baru 1 tahun lebih. Ketika itu rumah kami masih di kompleks perumahan pegawai kantor Arsen, selingkuhanku saat itu adalah atasan Arsen sekaligus tetangga kami yang menduda berumur 44.

Selama berpacaran, kami beberapa kali bersetubuh di rumahku atau di rumah selingkuhanku di pagi sampai siang hari saat para penghuni kompleks bekerja dan beraktifitas dan pulang ke rumah jam 3 sore, Pak Dodo, selingkuhanku seringkali pulang dahulu ke rumahnya dan kami bisa memadu kasih dengan bebas sebab rumah kami berhadapan dan suasana sekitar jam segitu senantiasa sepi, tiap perselingkuhanku itu saya membawa anakku Fatin yang masih bayi, dan mesti menidurkannya dahulu.

Penghuni lain / istri para pegawai di komplek asrama sibuk dengan pekerjaan rumah mereka, saya pun dahulu begitu sebab cuma sebagai Ibu Rumah Tangga. Pak Dodo adalah orang pesisir, badannya gelap kokoh dan tegap, gemar bercanda dengan suamiku dan aku. Hubunganku dengannya dimulai saat anakku sakit panas dan pak Dodo mengantar kami ke rumah sakit dengan mobilnya saat malam hari.

Aku merasa berhutang budi dan jatuh hati, dan ternyata Pak Dodo menanggapi dengan positif, ia sering menggodaku sampai akhirnya kami mulai selingkuh dan telah bersetubuh sampai beberapa kali dalam hubungan perselingkuhan itu tanpa diketahui Arsen, suamiku.

Saya sangat menikmati permainan ranjang Pak Dodo, batang kontolnya lebih besar beberapa senti dari milik Arsen, suamiku. Staminanya juga lebih baik senantiasa mampu membawaku merasakan nikmatnya orgasme hebat beberapa kali dalam tiap persetubuhan. Bahkan, ia yang memperawani lubang anusku dan mengenalkanku pada dildo untuk kupakai merangsang lubang kawinku.

Dadaku senantiasa diremasnya saat kami bersetubuh dan ia meminum ASI yang keluar dari sana, hal itu tak dilakukan Arsen, suamiku. Namun sebisa mungkin, Pak Dodo tak menjarah dada dan leherku dengan meninggalkan cupangan, cuma mulutku saja yang diciuminya saat kami bersenggama dan saya menyambutnya dengan frenchkiss yang antusias.

Tiap menyenggamaiku, Pak Dodo tak pernah memakai kondom dan senantiasa menumpahkan pejuhnya di dalam rahimku dan seringkali juga saya hadiahkan Pak Dodo dengan blowjob dan meminum semua sisa spremanya dan kujilati. saya rutin minum Pil KB semenjak kelahiran anakku saat itu sebab menilai belum waktunya ia punya adik.

Saat itu kehidupanku sangat bahagia dengan dua batang kontol rutin mengisi rahimku, Pak Dodo di pagi hari kerja, suamiku di hari lain dan di malam harinya. Mulai saat selingkuh itulah dadaku semakin membesar beberapa ukuran, sebab senantiasa diremasi dengan brutal oleh Pak Dodo.

Mulanya saya menyesal telah berselingkuh, namun sebab terbuai dengan kegagahan selingkuhanku saya akhirnya mengesampingan rasa bersalahku. Walau begitu hubungan suami istri ku dengan Arsen tetap harmonis, ia masih bisa membawaku meraih orgasme. Kami pindah dari komplek asrama itu ketika anakku hampir berusia tiga tahun.

Ia sudah pintar berkata kata, dan sudah menganggap Pak Dodo sebagai ayah keduanya. Pak Dodo pun sangat menyayangi anakku dengan membelikan mainan, jajanan bahkan baju untuk anakku di hari hari tertentu seperti lebaran atau ulang tahunnya. Sementara Arsen tak curiga pada atasannya yang sangat akrab dengan Fatin dan aku, ia menganggap Pak Dodo sebagai pakde buat Fatin.

Sesudah kami pindah ke rumahku sekarang, otomatis perselingkuhanku dengan Pak Dodo berakhir. Di hari terakhir kami bercinta, saat saya memberitahunya bahwa kami akan keluar dari komplek pegawai dan pindah tempat tinggal di kota lain. saya sempat menangis sebab telah sangat menyayangi suami keduaku ini, perpisahan kami berlangsung dengan persetubuhan lebih brutal dari biasanya.

Kami mengkonsumsi obat kuat dan obat perangsang sesampai kami benar benar puas bersetubuh sepanjang pagi itu. Pak Dodo sampai memfoto beberapa poseku dengan hapenya sebagai kenang-kenangan, saya berusaha tak menampakkan wajahku sebab malu bila tersebar. Kami menyudahinya jam 12 siang, ketika saya harus menjemput anakku di playgroupnya.

Saya sebetulnya masih menyimpan kontak Pak Dodo dengan menambahkan akunnya di Facebook, tetapi kami tak saling berkirim pesan di FB, kami berhubungan cuma lewat sms saja. www.filmbokepjepang.net   Dari sana kutahu bahwa Pak Dodo menikah dengan seorang wanita yang cantik berumur 30an berjilbab. Sebab jarak kota kami cukup jauh, kami belum pernah bertemu lagi apalagi menumpahkan perasaan di atas ranjang.

Sudah tiga tahun ini saya menjadi istri yang setia. Kawasan pemukiman yang padat dan pekerjaanku cukup menahan kenakalanku untuk kembali berselingkuh lagi. Walaupun beberapa tetangga dan rekan kantor suka flirting denganku, tetapi saya ingin setia pada suamiku seorang.

Dengan ibu-ibu tetanggapun, saya cuma sering mengobrol dengan satu dua ibu-ibu tetangga saja dan aktif di arisan saja atau acara2 hari besar, saya tak mengikuti pengajian sebab tak suka.

Malam itu, saya dan suamiku mengayuh nikmat persetubuhan di ruang tamu sebelum tidur. Sambil menonton bola, saya mengkaraoke kontolnya sampai berdiri dan mengeras penuh, lalu suamiku gantian mengoral memekku sampai saya kelojotan dan diakhiri dengan saya menduduki kontolnya di kursi tamu sambil saling berciuman.

“Mamih sayang Papih…” kataku mesra padanya.

“Papih juga…”

“Terus pih, mamih mau muncak niih…”

Dengan semakin keras menggoyang pinggulku di atas kursi, akhirnya saya raih orgasmeku dan disusul orgasme suamiku didalam rahimku. Sarung yang kami jadikan alas pertempuran kami menghalangi cairan lendir menodai kursi sesampai kami bisa tenang.

Soal memacu birahi, kami memang lumayan kreatif melakukannya selain di atas ranjang, kami biasa bercinta di kursi ruang tamu, dapur, toilet bahkan beberapa kali kami lakukan di hotel atau quickie di toilet umum.

Pagi harinya, hari minggu Arsen dan anakku pergi berenang cuma berdua, saya kebetulan kedatangan tamu bulanan dan ingin beristirahat di rumah. Astu, Bondan dan Brian, mahasiswa tetangga sebelah kami pergi ke acara car free day di kota kami.

Saya mengerjakan pekerjaan rutin di minggu pagi, mencuci dan merapikan rumah. Sesudah itu leyeh leyeh di ruang tamu menonton teve. saya memakai daster gaun sepanjang lutut dengan lengan terbuka. Belahan dadaku agak terbuka saat itu, tetapi sebab kutarik ke atas belahan dadaku bisa tertutup. Sekitar pukul 11 pagi, Bondan sudah pulang dari car free day dan telah bersantai di teras rumah kontrakannya sesudah masuk rumahnya sebentar.

Seperti rutinitas biasanya, ia menyalakan rokok disana dan ngopi cemilan. saya keluar dan bergabung dengannya. Sesudah kupikirkan celetukan suamiku semalam, saya jadi tertarik dengan usulan menghadiahi badanku agar mereka mau milih capres pilihan saya dan suamiku. saya tak perlu khawatir meninggalkan rumah, sebab dari teras rumah kontrakan mahasiswa rumahku bisa langsung terpantau, dan kawasan ini memang aman walaupun agak lengang.

“Eh bu Arsen, silakan duduk teh. Pada pergi yah si bapa sama Fatin (anakku)?”

“Iya nih a Bondan, kemana Brian sama Astu kok belum pulang?”

“Lagi nyari spiker ke Kandaga, teh. Saya dahuluan aja pulang sebab capek.”

“Btw, a Bondan beneran masih bingung milih capres 9 Juli nanti?”

“Iya nih teh, mending golput aja kali yah, dua duanya ga ada yang bener, banyak boroknya.”

“Jangan gitu dong a, sini teteh bisikin”

Akupun mendekati Astu dan menempelkan mulutku ke kupingnya, dadaku sampai menyenggol dan agak menggesek bahu kirinya.

“Mendingan pilih pilihannya pak Arsen, kemaren pak Arsen bilang jika nyoblos pilihan pak Arsen nanti dikasih mau hadiah loh…”

“Emangnya apaan hadiahnya teh?” Bondan tergagap menanyaiku yang tiba-tiba agresif.

“Teteh, hadiahnya”

“Maksudnya gimana teh?”

“Ya bebas, a Bondan mau gimanain teteh terserah asal nyoblos pilihan pak Arsen, terus ada buktinya, semalem pak Arsen ngomong gitu ke teteh” saya ngarang. Lalu kembali menjauh dari kuping kirinya Bondan.

“Beneran teh? Asik atuh hehehehehe” Bondan tersenyum dan ketawa cunihin kepadakau.

Saya lihat keadaan sekitar, ternyata aman lalu saya mencium basah pipi kiri Bondan beberapa detik, “tuh Depenya, hihihihi”

Bondanpun tersipu dan ku tangkap matanya mengarah pada dadaku, tetapi saya langsung melanjutkan “Astu sama Brian, dibilangin juga ya a, temennya di kampus juga boleh deh asal syarat dan ketentuan berlaku.

Syaratnya harus ada bukti, kamera hapelah minimal terus tunggu hasil di TPS kalo capres pilihan pak Arsen di TPS menang baru goal, yah.

Ketentuannya, teteh cuma jadi hadiah satu malem aja sampe pagi gapapa deh, maennya nanti di rumah kontrakan a Bondan sama temen2, nanti teteh datengin malem2”
Bondan masih terlihat agak syok walaupun tetap tersenyum.

Saya sendiri sebenarnya syok sebab saya ngejanjiin yang engga-engga. saya juga gak tahu apa Arsen bakal ngijinin, tetapi saya senang seenggaknya bisa bantu Arsen perjuangin capres yang ia bela walau dengan kehormatan kami.

“Deal lah teh, saya usahain di TPS kita capresnya pak Arsen menang, entar buktinya nyusul kita bersenang senang ya teh”

Sambil tersenyum manis dan cabul, Bondan menggenggam tanganku sambil bilang “Deal!”

“Pak Arsen jangan dahulu dikasih tahu yah, nanti shock dia, ini inisiatif teteh aja”

“Siap teh, laksanakan.”

Saya pun kembali ke rumah dan melanjutkan obrolan cabul dengan Bondan lewat aplikasi wechat. Hal ini sudah kulakukan sekitar beberapa bulan secara diam diam dan curi curi, tetapi saya masih jaim dan malu malu dalam flirting dengan aplikasi hape ini. Suamiku tak tahu kegiatan nakal ku ini, sebab dari dua handphoneku, satu diantaranya saya proteksi dengan ketat. Toh, saya tak pernah otak atik hape suamiku juga.

Hari-H pencoblosan saya deg-degan. saya belum memberitahu Arsen perihal kesepakatanku dengan Bondan dan sahabat temannya, walaupun suamiku tiap hari mengobrol dan bersenda gurau dengan ketiga mahasiswa itu. Di rumahpun, Arsen tak menyinggung nyinggung celetukannya menghadiahi saya untuk menyogok mahasiswa mencoblos capres idolanya.

Cuma, belakangan ini Arsen memintaku menghentikan minum pil KB dan relatif lebih giat melakukan persetubuhan denganku, Fatin udah waktunya punya adik ujarnya. Sesudah mencoblos di TPS, kami kembali dan berpapasan dengan Astu, Bondan dan Brian, kami saling tukar senyum saat berpapasan, di wechat kami masih berkirim pesan dan ketika Bondan menagih janjiku, saya mengkonfirmasinya bahkan dengan foto muka tersenyumku dan jari kelingking tanda janji.

Mahasiswa itu sebelumnya pada pemungutan suara di PILEG, golput dengan tak pergi ke TPS. Sore hari, ketika penghitungan suara di TPS diumumkan ternyata capres pilihanku dan suamiku menang. Sebelumnya Fatin, anakku saat itu sedang berada di rumah pamannya (kakakku) sebab disana ada sepupunya yang sepantaran dan ia menghabiskan waktu disana selama 3 hari.

Saya mengajak Arsen suamiku sesudah Isya’ untuk mendatangi rumah kontrakan mahasiswa, ternyata ia memberi izin untuk saya dipakai oleh tiga mahasiswa itu. ia bahkan telah melakukan deal dengan Bondan, agar pacarnya yang paling sering berkunjung ke rumah kontrakan mereka turut dalam kegiatan pesta ini.

Saya menagih bukti berupa foto mencoblos dan ketiga anak mahasiswa menyertakan buktinya masing-masing, bahkan selain tiga mahasiswa itu ada dua lagi sahabat kampus mereka yang berasal dari Papua menyertakan bukti yang serupa, dua orang itu bernama Boas dan Cakra. Darahku berdesir sebab malam ini akan menjadi malam yang panjang bagi kami. Sesuai kesepakatan sebelumnya, saya siap untuk mereka pakai sampai pagi.

Sesudah kunci rumah dikunci, kami bertujuh masuk ke ruang utama di dalam rumah, dari ruang tamu saya sudah didempet oleh Bondan dan Boas mereka membopong tubuhku ke dalam, disana telah digelar kasur tiga buah berseprai dan rapi. Arsen duduk di kursi dan menyalakan rokok sambil nonton teve dan quick count hasil pencoblosan dengan wajah sumringah sebab pilihannya sementara unggul.

“Pih, Mamih mau bersenang-senang dahuluan sama mereka yang muda ini ya pih…” saya minta izin suamiku.

“Silakan mih, bersenang-senanglah. Kalian yang udah bantuin pilihan saya menang silakan bersenang-senang. Fatin udah pingin punya adik, tolong bantu ya, hehehe”

Degup jantungku semakin keras, akhirnya saya akan merasakan digangbang juga. Sambil membayangkan, apakah dari gangbang ini ada pejuh yang berhasil membuahi sel telurku didalam rahim sampai menjadi janin. saya didudukkan di tengah kasur dengan kaki menjuntai kedepan, baju kaosku dilolosi oleh Brian dari depan, dari belakang toketku diremasi Boas yang berkulit gelap, ia membantu melolosi bra yang kukenakan.

Pantatku kuangkat saat Astu menariknya, menyusul kemudian celana dalamku yang ternyata sudah basah bagian tengahnya. Agak jengah juga sebab jembutku yang kupangkas tipis langsung memberikan pemuda ini gambaran bibir memekku yang sudah agak menjuntai.

Ketika ku menatap ke arah Arsen, suamiku cuma tersenyum,

“Makasih ya mih…” kubalas “Makasih ya pih…” Kelima cowok ini masih bercelana dengan cuma melepas baju atasnya, Astu mulai menjamah memekku dengan jari-jarinya lalu digantikan dengan lidahnya, klitorisku diusap-usap lidahnya dan dijilatinya lendir dari lubang memekku.

Boas dan Brian masing-masing mengemuti buah dada dan aerolaku. Nikmat rasanya, saya melayang ke awang-awang, Badanku yang sudah terlentang didorong pinggulku menyamping, ternyata Cakra mengarahkan mukanya pada belahan pantatku, ia menciumi bagian itu dan mencoloki lubang matahariku yang ditutupi rambut sekitar anus. Sementara Bondan menciumi wajahku dan kami berfrenchkiss, lidah kami saling mengait.

Sesudah beberapa menit mereka menciumi bagian badanku, saya berinisiatif mempeloroti celana yang dikenakan Boas yang berada di sisiku, kubuka celana dalamnya dan kugenggam kontolnya yang ternyata sangat besar, lalu ku karaoke dengan bernafsu sekaligus menyalurkan nikmat rangsangan mereka di tubuhku.

Keempat kawannya juga kulihat melepaskan celananya sendiri sambil mengarahkan pada wajahku, dadaku dan tanganku, sementara Astu yang pertama mengarahkan kontolnya ke arah memekku sambil duduk mengangkangi memekku.

“Siap ya teh, titit Astu mau masuk liangnya teteh dahuluan”

Dengan masih mengoral kontol Boas dan mengocok kontol Brian, saya cuma mengangguk. Bondan dan Cakra tak diam, sebab mereka terus meremasi dada dan pantatku.

Saat itulah, Widi, pacar dari Bondan tiba dan menyusul masuk ke ruangan itu. Arsen membantunya memasukkan motor maticnya ke dalam rumah. Widi ternyata juga sudah dikasih tahu perihal pesta yang direncanakan kami, pacarnya, dan teman-temannya.

Dari obrolan di teras rumah ini, Widi dan Arsen ternyata satu kubu dan sama-sama fanatik. Arsen mengajak Widi berbaring disebelah ku yang dijamah para pemuda, tak lama berselang Arsen dan Widi sudah sama-sama telanjang dan mereka saling berciuman mesra laiknya sepasang kekasih, perlahan kontol Arsen mulai diarahkan ke wajah manis Widi untuk dioral.

Dari obrolan para mahasiswa dan suamiku, kami mengetahui bahwa Widi sudah beberapa kali digilir oleh pria-pria sahabat sekelasnya di kampus termasuk Brian, Astu, Boas dan Cakra di rumah ini. ia menikmati kegiatan pesta seks karena, sensasinya dicumbu banyak pria dalam saat bersamaan sangat menyenangkan.

Memang daripada pacar temannya yang lain, Widi adalah gadis yang paling menarik dan binal. Walaupun nilai nilainya cemerlang, namun kebutuhan seksnya tergolong tinggi sampai sering gonta-ganti pacar dan sekarang berpacaran dengan Bondan.

Bahkan sempat ia mengaku beberapa kali menemani oom-oom di hotel dengan bayaran yang tinggi, namun kali ini ia berseia gabung dalam pesta kami sebab ingin having fun dengan suamiku yang menurutnya tampan dan lagi fanatik pada capres yang sama.

Astu terus mengocok kelaminnya dalam lubang memekku, sampai akhirnya saya orgasme dan melolong saat mengoral kontol Boas. Cairan nikmat mengalir dari rahimku ketika orgasme datang, Astu tetap menggenjot kontolnya sampai bersuara kecipak kecipak. Ia mengakhiri genjotannya dengan semburan pejuh di dalam rahimku, lalu mencabutnya dan meninggalkan rahimku yang makin merah ditambah tumpahan pejuhnya.

Saya menyukai Astu semenjak awal bertemu sebab ia adalah yang tertampan daripada teman-temannya, sebelum kontol yang lain menggantikan posisi Astu saya meminta kakiku diangkat tinggi-tinggi beberapa saat sesampai cairan mani Astu bisa berenang lebih dalam dalam siapa tahu bisa mebuahi telurku disana. Teknik ini seringkali diperbincangkan teman-temanku sesama istri muda yang ingin segera mengandung.

Boas yang sebelumnya kuoral kemudian menggantikan posisi Astu, ia menindih tubuhku yang agak mengangkang, ia menciumi mulutku beberapa saat, sebelum Brian menarik wajahku ke selangkangannya, kembali saya mengoral kontol sambil disetubuhi. Kontol Boas adalah kontol terpanjang dalam sejarah persenggamaanku, dengan batang yang gemuk yang saat ku oral tadi cuma sebagian saja batangnya bisa kukulum.

Bondan dan Cakra masih tunggu giliran dari samping sambil mengelusi batang kontol masing-masing dengan memandangiku yang tengah mengolah birahi dengan kontol Boas di selangkangan dan kontol Brian di mulutku.

Sementara saat kami bertiga berlenguh kenikmatan, suara desahan juga datang dari Widi yang tengah bercinta dengan suamiku dengan doggie style. Toketku agak lebih besar dibandingkan milik Widi, namun aerola miliknya masih kecil dan berwarna lebih muda. Jembut Widi lebih tebal dibandingkan milikku.

Saya yang telah orgasme bersama Astu, kembali meraih orgasme dari batang kontol yang besar milik Boas. Memekku terasa perih dan panas saat dipaksa menerima serangan kocokan kontol Boas, toketku diremasinya juga. Lengan dan kepalaku kadang diusapi oleh Cakra dan Bondan, sementara mulutku sibuk mengoral kontol Brian.

Hantaman kontol Boas mampu membawaku orgasme dan merasakan nikmat yang teramat dalam persetubuhan ini. Badanku menggigil dan memeluk badan besar Boas yang agak gempal. Sayang wajahnya tak bisa kuciumi sebab wajahku sekarang sedang mengolah kontol Brian yang ternyata meledak di dalam mulutku disertai desisan dan lenguhan menyemburkan pejuh ke dalam mulutku. Tanpa ragu, saya menelan dan menjilati cairan nikmat Brian yang berisi protein dan calon anak.

Didalam rahimku, kurasakan kontol Boas lebih menusuk dengan tempo yang dipercepat, tangannya meremasi toketku semakin liar dan kuyakin Boas berada diujung ejakulasinya. Sambil memindahkan tangannya ke pantatku dan meremasinya dengan kencang, Boas menembakkan pejuh panasnya ke dalam rongga memekku, kurasakan semprotannya menembaki dinding rahimku dengan deras dan nikmat.

Untuk beberapa saat, Boas mendiamkan kontolnya mengecil di dalam memekku lalu melepasnya keluar. saya sudah lelah bercinta dengan Astu dan Boas, saya minta break beberapa saat untuk membersihkan diri ke wc. Bondan juga memberiku air minum minuman suplemen energi.

Di toilet, saya membersihkan sisa pejuh Brian yang ada di mukaku, sambil kencing pejuh Astu dan Boas juga turut keluar mengental bersama urineku. saya menadah sebagian dan meminumnya. Urine dianggap beberapa orang di luar negeri sebagai diet yang baik untuk tubuh sebab mengurangi lemak katanya. Sesudah mencebok memekku, rasa perih masih terasa disana saya melapnya sampai kering dan kembali ke ruangan utama.

Di sana kulihat, Arsen sudah selesai bercinta dengan Widi. Sekarang Widi tengah menunggangi kontol Cakra yang tiduran di kasur. Widi berdesis kenikmatan sebab memeknya dioboki kontol hitam besar milik Cakra. Tangan hitam Jo meremasi dua bukit kembar di dada Widi yang berayun seiring gerakan naik turun si empunya.

Sementara dengan masih bertelanjang, Arsen, Astu, Brian dan Boas beralih posisi ke kursi depan TV sambil merokok dan meminum kopi.

“Giliran Bondan ya teh, main sama teteh” Bondan menungguku dengan duduk di kasur. Dibandingkan Astu, Bondan memang tak tampan tetapi wajahnya masih lebih baik daripada Brian, Bondan berpostur tinggi dengan jambang dan kumis yang agak lebat.

“Hayu… Duaan aja yah” jawabku. saya lelah ternyata bermain trisom bersamaan, kali ini saya ingin lebih intim bercinta dengan satu pasangan seks saja. Sambil mendekati Bondan yang kontolnya sudah mengacung, kucoba menggodanya dengan mengoral kontol Bondan.

Ia mendesis keenakan saat lidahku menyelimuti batangnya dan menggiti kecil helmnya, lidahku menyusuri batang dan bermain-main dengan kantung zakarnya. Lalu badanku naik dan mencium mulut Bondan, kami berfrenchkiss sambil tangannya memeluk badanku, dadaku ditekankannya ke dadanya yang bidang.

Kumis dan jambangnya membuat mukaku kegelian tetapi juga nikmat sebab tangannya ternyata bergerilya sampai ke selangkanganku. Tangan kanannya meremasi bongkahan pantatku, sementara jari-jari tangan kirinya mengusap dan mengobeli memekku yang sudah kembali dibasahi lendir pelumas.

Tak tahan kugenggam kontolnya dan mengarahkannya ke lubang memekku sambil terus ber-frenchkiss. Akhirnya kekosongan di memekku kembali terisi oleh sodokan hangat dari batang kontol, kali ini milik Bondan.

Diantara ketiga mahasiswa di rumah ini, Bondanlah yang paling agresif mendekatiku terutama lewat wechat, kami sering mengobrol lewat aplikasi itu namun saya senantiasa jaim cuma flirting flirting biasa ala anak abg Hal ini membuat kami sudah cukup saling mengenal, sebab selain lewat hape kami juga sesekali berbincang di teras, dan lagi Bondan bisa disenangi anakku Fatin, sampai Fatinpun mau bermanja-manja bermain dengannya.

Kocokan kontol Bondan yang mengobeli memekku serta ciuman kami yang mesra semakin membuai diriku. saya untuk sesaat ingin waktu berhenti agar keindahan ini bisa kusimpan, rasa panas dari memekku menyebar ke seluruh badanku sampai ku tergigil dan kembali dilanda lautan orgasme. Gerakan dinding memekku semakin mencekik kontol Bondan yang kuyakin akan terlena dan kebawa nikmat seiring dengan lelehan juice cinta dari memekku.

Genjotan naik turun pinggulku di atas pangkuannya kuhentikan sesaat, ku duduki kontolnya sambil mengerami di dalam rahimku. Tangan Bondan turut menambah keerotisan yang melandaku dengan meremasi kedua toketku. Sesudah orgasmeku berangsur pulih, ku rebahkan badan Bondan ke kasur sampai saya menindihnya.

Kami melanjutkannya dengan posisi tiduran menyamping sampai memekku disemprot tembakan hangat pejuh dari kontol Bondan beberapa kali. Tubuh kami masih berpelukan dan Bondan tak bosannya menciumi bibirku dan wajahku sampai kutatap matanya dan saya agak jengah juga sekaligus malu.

“Teh, baru jam 11, sampe pagi masih lama… Teteh masih kuat kan?” goda Bondan kepadaku sesudah melepaskan ciumannya dan kontolnya sudah keluar dari memekku. Sementara di sebelahku ada Brian yang memegang handuk basah dan tissue, segera mengelapi memekku yang dibanjiri pejuh Bondan.

“Kuat atuh, kan capresnya menang, hehehe… Nanti teteh minta bukti pencoblosan masing-masing ke memek teteh yaaah pake hape, biar komplit” saya menantang tiap pria memasukkan kontolnya ke memekku lalu memotretnya sebagai bentuk imbalan sebab di TPS kami, capres idolaku dan suami menang.

Brian dan Bondan cuma tertawa. Sementara saya beralih dari tubuh Bondan ke Brian yang berpostur sama denganku, kontolnya sudah menegang sesudah tadi sempat memuntahkan isinya di mulutku. Rambutnya lurus agak panjang dan saya digagahinya dengan gaya doggie, sampai kontolnya ejakulasi didalam rahimku.

Selanjutnya Cakra mengambil posisi Brian mendoggie memekku dari belakang sementara mulut dan tanganku menservis kontol Arsen suamiku, hal yang sama kulihat juga pada Widi, ia dipaksa melayani kontol kontol tegang milik pacarnya Bondan dan temannya Astu.

Kulihat wajah cantik dan makeup tipisnya serta rambut panjangnya sudah acak-acakan dan dinodai pejuh kering disana, namun wajah cantik Widi tetap sensual dengan nikmat birahi yang ia peroleh.

Sampai jam 1 pagi, saya yang sudah kelelahan bermadu asmara dengan suamiku dan lima orang mahasiswa tidur berselimut di atas kasur dengan memeluk Astu yang ada di kiriku dana Bondan memeluk ku dari kanan.

Mereka sesekali usil dengan meremasi bagian tubuhku yang sensitif. Kami berdelapan tetap bertelanjang semalaman itu, sampai jam 5 ku terbangun masih dengan posisi yang sama. Widi juga tengah dipeluk oleh Boas dan Arsen di sebelah kami Cakra juga ada disana meringkuk tidur di kasur sementara Brian menonton teve acara bola.

Sesudah saya buang hajat dan mandi barulah kukenakan pakaianku dan kembali pulang ke rumah dahuluan, sesudah berpamitan pada Brian sementara yang lain tidur.  www.filmbokepjepang.net  Di rumah, bayangan keganasan permainan kami semalam melintasi pikiranku. Sensasi perih masih sedikit tersisa di memek dan anusku yang dijarah enam pria semalam, dua diantaranya berkontol tak normal sebab lebih besar dan terasa sangat sesak menggagahi lubang kenikmatanku.

Sesudah matahari terbit, Arsen datang menyusul kemudian Boas dan Jo mereka beranjak keluar dari rumah itu dan pulang ke kosan mereka. saya cuma mengintip dari ruang teve, sambil memikirkan keganasan mereka mengolah tubuhku sampai terbuai nikmat birahi. Widi menyusul pulang dengan baju yang berbeda dari yang kulihat semalam. Di teras, Arsen sempat mengobrol ringan dengannya.

Sementara hubungan kami dengan tiga mahasiswa itu tak berubah, mereka tetap santun dan respek pada kami. Kamipun bersikap ramah pada mereka dan teman-temannya. saya dan Bondan masih mengobrol dengan aplikasi hape, ia kadang menggodaku dengan mengungkit pesta seks kami dan menagih melakukannya lagi.

Saya menolak, sebab sibuk dengan pekerjaan dan tak ingin melukai Arsen. Bulan berikutnya, saya telat datang bulan. Arsen dan Fatin senang mengetahui saya mengandung, sementara saya deg-degan siapa yang berhasil membuahi telurku di rahim ini. www.filmbokepjepang.net

Related posts