Si Hitam Manis Pujaan Hati
Si Hitam Manis Pujaan Hati
Hari itu aku datang lebih awal, di luar pekarangan tampak sebuah sepeda motor matik terparkir, hmm ternyata dia sudah datang rupanya, di lantai bawah ruangan tampak sepi begitu juga di lantai atas, hanya ada seorang perempuan yang tengah duduk di ruangannya sendirian, melihatnya sendiri aku langsung menyapanya.
Cepat banget datangnya, kataku.
Aku selalu cepat kok, balasnya sambil tersenyum.
Kesempatan itu tak ku sia-siakan, aku mengambil sebuah kursi dan duduk di sebelahnya, kami kemudian membahas masalah perusahaan sambil membuka-buka file di komputernya, aku menggeser kursi lebih dekat ketika ia menyuruhku memperhatikan lebih detail file-file yang ada di komputer.
Kesempatan itu tak ku sia-siakan, aku yakin inilah saat yang tepat untuk mewujudkannya, aku meletakkan tanganku di kursinya tepat di belakang punggungnya, aku berharap ketika ia bersandar tanganku akan menyentuh punggungnya, benar seperti dugaanku tanganku terjepit saat ia bersandar.
Au maaf ya, katanya saat lenganku terjepit saat ia bersandar.
Gak pa pa kok, kataku singkat.
Kemudian aku mendekatkan tangan ku ke punggungnya, aku ingin melihat respon apa yang ia berikan, namun ia hanya diam seperti sedang menaham sebuah rasa, aku pikir semua itu hanya membuat ia gugup, ah sudahlah ku akhiri saja pikirku.
Namun saat aku menarik lenganku dari punggungnya ia justru memandangku, tanganku pun akhirnya tak jadi ku lepas, ia menatapku cukup lama membuatku sedikit kebingungan, tanganku tadi kini tersangkut di pundaknya.
Tanpa sadar tubuh kami semakin dekat, aku tak boleh menyianyiakan semua ini pikirku, tak ingin menunggu terlalu lama, akhirnya sebuah ciuman pun mendarat di bibirnya, bibir merah kecoklatan itu terasa begitu lembut, dan hangat.
Semakin lama kedua bibir kami semakin akrab, ciuman itu semakin nikmat ketika kedua bibir kami menyatu, semakin dalam bibirnya terasa makin kenyal,apalagi saat ia mulai membuka mulutnya perlahan, ciuman itu kini telah berubah menjadi hisapan-hisapan dan pagutan yang kuat nan lembut, tak terasa tubuh kami berdekapan erat, entah bagaimana semua terjadi.
Beberapa menit kemudian ciuman itu berakhir secara perlahan, meninggalkan rasa canggung diantara kami berdua, aku tak berani menatap wajahnya, menatap wanita yang usianya lima tahun lebih tua dari ku.
Aku membetulkan rambut dan pakaianku, dari ruang berdinding berkaca gelap aku memandang keluar namun belum ada satu pun karyawan yang datang, andaikan seseorang masuk mungkin kami tak akan menyadarinya, karena kenikmatan yang tak terlukiskan.
Aku menarik kursi menjauh dari meja kerjanya, aku belum bisa membuang rasa gugup yang masih kurasakan, ia tampak sibuk menggerakkan kursor komputer, sibuk membuka-buka folder data, mencoba menyibukkan diri, aku tahu ia sedang menutup rasa malu.
Seorang wanita yang juga pimpinan perusahaan baru saja meraih kenikmata bersama bawahannya.
Hari itu menjadi awal hubungan kami berdua, hubungan yang telah lama kami pendam bersama, setelah hari itu aku tak lagi merasa kesulitan dengannya, kadang aku sengaja datang lebih awal agar bisa melakukannya lagi, berciuman seperti pertama kali melakukannya, kadang tanganku sering bermain di dadanya, meremas-remas kedua bukit yang lumayan besar dengan tangan kiriku.
Meski bukan wanita yang sangat ahli agama ia selalu memakai hijab dan rok yang membuatku sulit merasakan lekuk tubuhnya.
Pernah suatu hari setelah berciuman aku mencoba menciumi leher dan pundaknya yang tertutupi kain,sebelum itu ia harus melepas hijabnyaterlebih dahulu, kesempatan itu tak ingin kusiasiakan, aku langsung menciumi leher dan pundaknya sambil meremas kedua bukit kembarnyadengan dua tanganku, ku nikmati tubuhnya dari belakang, ciuman itu kadang berubah menjadi hisapan yang meninggalkan bekas merah pada kulitnya yang coklat.
Ia tampak begitu menikmati semua yang kulakukan, tak jarang ia mendesis membuatku makin bergairah, namun begitu aku belum bisa melanjutkan permainanku di bagian bawah perutnya, karena ia mengenakan rok, lagi pula ia tak mungkin melepasnya di tempat kerja, aku pun terpaksa harus puas sampai disini.
Aku tahu ia tak mungkin memulainya, seorang wanita seperti itu tak akan turun kebawah untuk menjemput kenikmatan, meski begitu ia tetaplah seorang wanita yang butuh belaian lelaki, bisa saja ia telah lama sendiri, seorang wanita karir yang tak punya banyak waktu untuk cinta.
Harus ku akui sebagai pemuda yang baru saja melewati masa remaja, aku sering lepas kendali saat bersamanya, namun ia cukup pandai menenangkanku melewati hasrat yang tak sanggup kutahan, itu pula yang membuatku semakin mengaguminya, mengagumi sifat seorang wanitayang mampu meredam gejolak seorang lelaki.
Semuanya harus kulakukan dengan sangat hati-hati, aku harus menjagarahasia ini terutama dari para karyawan yang sering membuat lelucon jika aku menjalin hubungan dengan ibu bos, mereka tak menyadari jika lelucon itu akhirnya menjadi kenyataan.,,,,,,,,,,,,,,
The End