The Good The Slut And The Bitchy LKTCP 2020
Seantero gedung konser itu mendadak disergap kesunyian. Hanya terdengar sayup-sayup gumaman kecil dari sekitar ribuan penonton yang memadati tiap sudut yang ada. Pijaran-pijaran cahaya mungil dari lampu ponsel serta lightstick, membentang indah bagaikan bintang-bintang di langit gelap. Suasana mengharu. Menguar satu dua teriakan dari pengunjung yang histeris, tak mampu menerima kenyataan mendebarkan ini.
Di atas panggung, berdiri tiga sosok gadis cantik menjadi pusat kehidupan. Silau sorotan cahaya lampu berwarna-warni mengarah ke mereka. Tiga orang bidadari. Cantik anggun mempesona, mengenakan kostum seragam kekompakan mereka yang selalu manis, seksi dan menggairahkan.
Satu orang gadis maju melangkah. Kedua tangannya yang erat menggengam mic tampak bergetar. Untaian senyum terukir lembut di wajahnya, meski terlihat amat pilu dan memaksa.
Sejenak, gadis tersebut menyampaikan sepatah dua patah kata. Hingga akhirnya tiba pada bagian kalimat yang ditunggu-tunggu.
dan, untuk lagu terakhir di malam ini, mungkin ini lagu terakhir bagi saya. Penampilan terakhir saya bersama Vexana. K-Karena benar kabar yang sudah beredar b-bahwa saya s-saya memutuskan untuk mundur. B-Beristirahat dari Vexana.
Tangis tertahan sang Gadis pun pecah di atas panggung. Dua temannya beringsut mendekat, mencoba menghibur. Penonton seketika histeris. Berteriak. Mengacung-acungkan sumber cahaya dalam kegelapan gedung konser di tangan mereka.
VEXANA! VEXANA! VEXANA!
BIANCA! BIANCA! BIANCA!
Tangis haru sang girlband idol favorit jutaan remaja itu pun kian pecah, saat namanya disebut-sebut dan dielukan para penggemar. Ia menyeka air mata. Berusaha tersenyum, tersenyum, dan tersenyum. Dalam sorotan layar TV dan kamera, wajah sedihnya sungguh membuat para pemirsa menahan napas. Namun, sama sekali tidak ada yang tahu tidak ada yang tahu apa yang ada dalam benak sang Idol berwajah cantik tersebut. Isi hatinya.
Damn! What a fuckin night! What a fuckin tear! Fuckin good actress am I? Hihhi!
===+++===
LKTCP 2018
THE GOOD, THE SLUT,
AND THE BITCHY
Senin, 06.05
Good morninschool!
Aku melangkah turun dari CRV 2018-ku tepat pukul 06.05. Area parkir sekolah masih terbentang amat sepi. Udara dingin serta hawa malam membeku masih bersisa. Ahahaha, sepertinya aku datang terlalu pagi. Well, tentu saja, sangat kepagian untuk ukuran siswi cantik dan ratu sekolah macam diriku! Aku sudah biasa datang terlambat. And, thats cool. Because Im faboulus. Mantan anggota girlband terkenal Vexana. In other words, Im a schoolgirl celebrity. Bahan coli kalian semua, hihi.
Oke, sambil aku berjalan menuju kelas, biar aku ceritakan sedikit tentangku.
Nama lengkapku, Bianca Kapriena Gorchakov. Terlahir blasteran dari mama asal Indonesia dan papatentu sajaRusia. Paras wajahku, imut dan cantik. Dihiasi rambut ikal panjang kecokelatan yang kerap kuikat kuncir dua alias twin tail.
Bagi gadis berkategori berdarah campuran, tinggi badanku memang terbilang tak terlalu menjulang. Bahkan, bisa dikatakan sepantaran dengan tinggi-tinggi gadis Indonesia pada umumnya. Tapi, walaupun banyak yang bilang aku ini cute, jangan bayangkan badanku ini rata dan tepos ya, kayak loli-loli underage. Lekuk-lekuk tubuhku sudah terbentuk seksi dan feminim, meski aku masih berusia 18 tahun. Buah dadaku kencang dan padat, selalu membuat baju seragam SMU-ku ini terlihat kesempitan. Perutku langsing dan rata. Bulatan pinggul pantatku? Ah, itulah sebabnya aku suka sekali memakai rok abu-abu seragam yang agak pendek. Aku bangga memamerkannya! Aku bangga memperlihatkan pinggul kewanitaanku yang beranjak tumbuh dewasa!
Ah, aku tahu. Kalian pasti menyangka aku ini siswi yang nakal, kan? Well, nggak salah juga, sih, sebenarnya, hihihi. Meski aku selalu memakai kalung salib kecil kemanapun and dimanapun, aku bukanlah cewek yang religius. Aksesori yang umum dan biasa, bagi orang-orang Rusia. Bukan hal yang aneh lagi bagiku untuk bercinta serta bermain cabul-cabulan bersama teman lelaki. Pacar? Nggak punya! Serius. Aku belum pernah punya pacar. Walau banyak pria-pria yang menginginkanku, tapi entah kenapa aku tak bisa mengalihkan hatiku dari dia! Yup. Satu-satunya lelaki yang bisa membuatku jatuh cinta dan tergila-gila sepanjang hari.
Sayang, sepertinya dia kurang memperhatikanku. Dia malah pacaran dengan gadis lain.
Tapi, kini, kesempatan terbuka lebar! Karena si pacar lelaki itu, sudah mati BUNUH DIRI dua bulan yang lalu! Aaaw, girl, bukannya aku nggak bersimpati, yah, tapi gimanapun, dia single kan sekarang? Dua bulan adalah waktu yang cukup untuk masa berkabung, kurasa. Aaaand, here I come. Nanti, deh, aku kenalin pada kalian lelaki itu.
Oh iya, namanya Rifan Aldebaran. Mantan ketua klub literatur di sekolahku. Orangnya dingin dan pendiam. Walau bermuka teduh dan datar tanpa riak bak air tenang, aku sering melihat kilatan-kilatan sorot tatap ganjil di matanya. Thats why I love him, hihi! Aku yakin, dia membutuhkanku. Dia membutuhkan cintaku. Dan aku, akan memberikan segalanya untuk Rifan.
Absolutely!
Bianca! Eh, tumben dateng pagi-pagi!
Sini bentar, Cha! Cerita dong, ihhh!
Kak Biancaaaa!
Huft, aku baru tiba melangkah di lobi depan sekolah kala teriakan-teriakan histeris itu menerpa kupingku. Dalam sekejap, aku sudah dikelilingi teman-teman sekolah perempuanku termasuk adik kelas. artikelbokep.com Mereka langsung menghujaniku dengan puluhan pertanyaan yang sejujurnya, aku sendiri sudah melatih diri dengan baik bagaimana menjawabnya. Tentu saja gadis-gadis ini bertanya perihal pernyataan kemunduranku dari girlband Vexana yang ditayangkan secara live Sabtu kemarin. Aaaah, memang repot sih jadi selebritis! Huhu.
===+++===
Senin, 14.55
Eeeh~ Rifaan. Emm, masih di sini?
Ha? Hahaha. Ya, iya lah. Kamu kan tau sendiri, aku selalu ke perpustakaan tiap pulang sekolah.
Ummm, omong-omong, akhir-akhir ini, perpus jadi cepet sepi, ya?
Dari dulu juga sepi, Cha. Cuma kayanya sekarang lebih sepi. Apalagi,
.
Apalagi, semenjak Hanna yah, aku sih paham kalo banyak yang jadi takut dateng ke perpus. Kesannya, jadi angker.
Rifan aku,
Kalaupun hantu Hanna gentayangan di tempat ini aku pengen banget ketemu dia, Cha. Aku pengen minta maaf. Aku,
Kedua tanganku sontak beringsut memeluk Rifan yang berdiri kaku di depan sebuah rak buku besar. Kuhirup aroma tubuh serta parfum wanginya dari belakang. Kudekap erat-erat lelaki berjaket baseball biru cobalt ini. Ingin rasanya kutularkan seluruh energi kehangatan dan kebahagiaanku padanya, tapi Rifan, dengan lembut langsung berlepas. Ia berbalik. Menatapku dalam-dalam membuat jantungku berdegup pelan. Aku coba tersenyum, dan ia pun balas tersenyum. Wajah tampannya merampas seluruh sendi perhatian dalam tubuhku.
Pukul 14.55, selepas bel habis jam pelajaran. Aku mendatangi Rifan di tempat pertapaan abadi-nya di perpustakaan sekolah. Aku lebih suka menyebutnya berkesan sepi dan sunyi ketimbang angker. Ruangan ini menghampar luas dijejeri oleh rak-rak buku besar yang bernuansa klasik eropa. Tanpa AC pun, hawanya sudah terasa dingin plus creepy. Gosipnya, banyak murid-murid yang pernah melihat penampakan di sini. Well, tiap sekolah, pasti memiliki cerita-cerita semacam itu. Ugh, sekolah mana sih yang tidak ada hantu-nya? Tapi.
Tapi sekarang, kondisinya menjadi lain.
Semenjak, seorang siswi ditemukan gantung diri di tempat ini.
Namanya, Hanna Devianti Yulanda. Pacar Rifan. Gadis manis kutu buku yang baik, yang selalu menemani hari-hari Rifan di perpustakaan ini.
Cha, aku,
Aku melihat Rifan tampak gelisah dan ragu-ragu.
Ada apa, Rifan?
Cuma Hanna yang bisa mengerti aku, Cha. Maaf, kalo aku belum bisa,
Hey, aku juga bisa mengerti kamu, Sayang. Gak apa perlahan aja, batinkutentu sajadalam hati.
Cha?
Yup.
Aku mau bicara sama kamu sebentar. Ada waktu sambil makan di kafetaria?
Aku pun mengangguk. Tentu aja. Sekarang?
Ya.
Tanpa jeda menyela, kami langsung melangkah beriring beranjak pergi menuju tempat dimaksud. Kafetaria sekolah yang menyajikan makanan favoritku beef teppanyaki beserta hot cappuccino latte. Seketika, muncul kilatan-kilatan aneh di bola mata Rifan saat ia menggenggam tanganku. Uuuh~ I like this, hihi! Apa yang akan kau katakan, Rifan? Jantungku serta merta berdebar-debar senang.
===+++===
Senin, 15.30
Mulutku baru saja menggigit potongan daging pertama kala Rifan memulai pembicaraan kami. Aku buru-buru memasukan beef teppanyaki yang terapit di sumpitku agar lebih berkonsentrasi mendengar ucapanya.
Aku udah denger semuanya. Dari Karen.
Ha? Alisku terangkat sebelah.
Aku aku bingung kenapa Hanna gak pernah cerita ini ke aku. Tapi ah, semuanya udah terlambat.
Maksud kamu apa, Rifan? Karen bilang apa?
Emmm, pemberitahuan saja, Karen adalah siswi cantik anak cheerleader yang dikenal binal dan sedikit (maaf) murahan di sekolah ini. Ngoceh apa si Jalang itu pada lelaki kesayanganku, Rifan, huh?
Kamu tahu, Cha? Udah lama kalo Hanna tuh sebenernya sering dibawa pergi dan diperkosa rame-rame ama Zacky dan begundal-begundal brengseknya tanpa sepengetahuan aku?
.
Aku menggeleng, memulai kebisuan mati yang sejenak melingkupi meja tempat kami duduk.
Luar biasa betapa tenang dan tanpa emosinya Rifan berkata demikian padaku. Namun justru, itulah yang membuat aku ngeri. Ada semacam kemarahan yang amat dalam yang berusaha ia pendam keras-keras.
Hanna diancam, pake rekaman video. Pengecut-pengecut itu ah
Kamu percaya omongan Karen, Fan?
Aku memotong perkataan Rifan. Sebagai balasannya, Rifan mengangguk mantap.
Dari dulu aku udah curiga, ada yang aneh dari sikap Hanna. Tapi aku gak mau memaksa dan berprasangka apa pun pada Hanna.
.
Zacky, si Anjing Brengsek itu, seringkali cengar-cengir gak jelas tiap kali ngeliat aku bersama Hanna. Siul-siul kayak bangsat pinggir jalan tiap kali kami papasan. Aku nggak tau apa maksudnya, tapi sekarang,
Karen punya bukti?
Lagi-lagi, aku bertanya. Berusaha sekuat mungkin menjernihkan kepala Rifan dari hal-hal yang seharusnya tidak ia terima mentah-mentah.
Lagi-lagi, Rifan mengangguk.
Video terakhir kali waktu Zacky memperkosa Hanna, sebelum Hanna bunuh diri. Karen yang ngasih ke aku.
Sontak, aku terperanjat tak terkira! Rifan menyodorkan ponselnya padaku, dengan maksud memperlihatkannya. Tapi, dengan tegas aku tolak. Telapak tanganku mendorong lengan kanan Rifan yang terulur kaku.
C-Cukup, Rifan! Aku gak tega liatnya! sentaku sedikit keras. Rifan pun menarik kembali pelan ponselnya. Kita lapor polisi. lanjutku memberi arahan pada Rifan.
Tapi, Rifan menggeleng. Dingin. Membuat bulu kudukku merinding.
Ah, sinar mata itu sinar mata liar dan chaos milikmu, Rifan!
A-Aku tau apa yang kamu pikirin, Rifan. Pendapatku, jangan.
Kalau kamu ingin membunuh Zacky, biar aku yang melakukannya! Aku tak ingin tanganmu berlumuran darah, Honey
Hampir saja kata-kata penuh cinta itu meluncur dari mulutku. Syukur, semua tercekat mampet di tenggorokan. Aku hanya menatap tajam Rifan yang sedang menggengam erat pisau steak pesanannya. Memotongnya dengan tenang, rapi tanpa cacat.
Hmmm, nope. Rifan tersenyum, balas menatapku hangat. Bola mata Rifan berpijar normal kembali. Andai Hanna ada di samping aku, pasti dia juga akan mengatakan hal yang sama sepertimu, Bianca, hahaha. Jangan khawatir, aku nggak akan berbuat hal yang bodoh.
Jadi kita akan laporin ke polisi? Aku temenin kamu, ya, kalo
Nggak juga, sih. Rifan menyela ucapanku. Aku nggak yakin. Kamu tahu Zacky itu anak siapa? Ah, I know it sucks, tapi lapor polisi cuma bakal bikin si Brengsek itu kalap dan nyebarin video apapun yang dia punya ke internet, Cha. Cuma bikin aurat Hanna kesebar kemana-mana. Hukuman yang Zacky terima? Gak bakal sepadan! Meski aparat hukum udah bertindak adil sekalipun.
So? Masa kita gak bertindak apa-apa?
Rifan tak menjawab, hanya bergeleng-geleng sambil mengunyah lambat daging steak-nya.
Sabar, ya, Fan. Aku percaya, suatu saat Zacky akan mendapat balasannya. Dengan lembut aku pun menggengam tangan Rifan. Tangan kirinya yang ia pakai memegang pisau. Bergetar halus. Hangat. Penuh denyutan kemarahan. Bisa kurasakan semuanya.
Anyway, kamu percaya apa kata-kata Rifan tadi? Aku tidak. Aku malah merasa, perkataan tersebut adalah usaha Rifan untuk memendam segala amarahnya. Aku yakin, di dalam kepala Rifan sekarang, ada sekelumit niat dan keinginan untuk membunuh Zacky. Dan, please, jangan bilang aku sedang berhalusinasi atau berinterpretasi seenaknya mengenai isi hati Rifan. Gak ada yang lebih mengenal Rifan di dunia ini selain aku! Gak ada!
Sejujurnya, aku juga benci pada Zacky dan ingin segera mengenyahkan bajingan itu. What is good for Rifan, its good for me too, right, darlin?
Huft, agak sulit kelihatannya mendiskusikan hal-hal yang tabu dan high adrenalin macam gini dengan Rifan. Well, kalau Rifan gak berani untuk membunuh Zacky, aku yakin Felly punya pendapat lain. Haha, that psycho bitch!
Felly? Sabar, pasti kalian akan segera mengenal dia. Yup. Malam ini, aku akan segera pergi ke Curacao Lounge. Kuharap, pelacur nista itu sudah hang out dari jam 21.00, jadi aku punya waktu untuk ber chit-chat sebentar, sebelum dia diangkut Om-nya kira-kira jam 10 atau 11 malam.
Cha, aku mo kebelakang dulu, ya, mau ikut? ujar Rifan sembari mengeluarkan sebungkus Sampoerna Mild dari jaketnya. Tak terasa, beberapa menit lewat seraya kami habiskan hidangan sore. Jelas, si Tampan ini mau merokok.
Oke. Aku temenin. Jawabku. Tapi, aku nggak ikut ngerokok, ya. Lagi gak pengen aja. Maunya rokok kulit, hihi.
Hahaha, dasar! Gak masalah. Kita sambil ngobrol aja. Rifan tertawa.
===+++===
Senin, 21.05
I fall in love too easily
I fall in love too fast
I fall in love too terribly hard
For love to ever last
Alunan lembut irama jazz membuai telinga. Hadirkan rasa nyaman serta hangat membekas dalam kalbu. Aku menyisip seteguk cairan wine di tanganku. Hmmmh exciting. Beberapa detik aku sejenak menikmati suasana remang nan romantis di tempat ini. Curacao Bar and Lounge.
Kutaruh kembali gelasku di meja. Mengambil sebatang Dunhill Lights dari kotaknya. Ah, hanya di tempat ini aku bisa menghisap rokok secara seksi mengenakan gaun hitam kemben ketat yang amat menggoda. Tak perlu khawatir besoknya ada berita Bianca eks girlband Vexana asyik menikmati rokok dengan busana seronok di laman-laman gosip murahan. Im still teenager, anyway. Masih berkategori putih abu-abu, meski usia sudah legal di atas delapan belas tahun.
My heart should be well-schooled
cause Ive been fooled in the past
But still I fall in love so easily
I fall in love too fast
Aku sedang menikmati gelas wine keduaku saat kulihat sesosok gadis mencolok di pintu masuk sana. Ugh, dari penampilannya saja, orang akan mengira bahwa gadis ini adalah cewek nggak bener. Dia memakai fishnet stocking berpadu dengan rok mini latex yang menutupi pahanya saja tidak. Mengenakan sepatu platform heels tinggi 15 senti yang berbunyi amat nyaring tiap kali ia melangkah. Tank top putih kecilnya dibalut oleh jaket hitam kulit yang cukup tebalbiar tak masuk angin kupikir, hihihi.
Hai!
Aku melambai tangan, menunjukan diri pada Felicita yang segera mendekat ke arah mejaku. Felly lalu menarik kursi dan duduk dengan genit tanpa ragu. Blyat! Asli slutty banget make-up-nya! Lipstick merah cherry menyala, bulu mata palsu lentik panjang, smokey eye shadow ungu, emang bener-bener totalitas, yah, perek satu ini dalam melayani papa-nya. Shes so beautiful! Gak heran kalau seketika meja kami kian menjadi pusat perhatian. Dua gadis seksi, menikmati bergelas wine bersama, sungguh memprovokasi fantasi-fantasi liar adegan hot lesbian!
Hihi, kalau itu sih fantasiku. Ehmmh.
Udah lama, di sini? Felicita menyapa ramah sembari memanggil seorang waiter. Ia lalu berkata, tolong esse mild-nya satu ya, A, Sama tiramisu cake-nya.
Asap rokok berlahan meniup dari bibirku. Lumayan, ada lah lima belas menitan.
Sorry~ tadi aku kelamaan,
Kelamaan apa? Dandan? Aku menatap bola mata Felly yang berkontak lens biru dengan nakal. Gadis itu malah terkikik menyebalkan, memainkan rambut hitam layer-nya yang panjang sebahu.
Hangatnya anggur balbi soprano lantas menemani kami habiskan sedikit waktu dalam pembicaraan basa-basi yang ringan, hingga perlahan-lahan, topik mengenai Zacky pun mengemuka.
Jadi? Eh? Serius kamu, Cha, mau bunuh si Zacky? Beneran? Felly berbisik pelan lalu menggigit-gigit bibirnya yang ber-lipstick merah bernuansa sensual. Tampak menggairahkan. Bahkan, aku yang sesama perempuan pun gemas ingin melumatnya.
Muncul empat buah tanda tanya dalam perkataan Felly. Jawabku? Cukup satu kata. Ya.
Felly menarik napas. Mataku terus menatap wajahnya yang bitchy.
Kamu niat ngelakuin ini semua cuma demi Rifan? Balesin dendam untuk dia? tukas Felly.
Yup. Aku mengangguk, mendelik langit-langit lounge seakan Rifan ada di atas sana. Aku tau apa yang Rifan butuhkan, Fel. Zacky harus mati. Cuma itu yang bisa bikin Rifan ehm, lega. Iya, kan, Fel?
Felly berdecak geleng-geleng. Kamu itu ya, Cha suka seenaknya, ih. Jangan-jangan sebenernya kamu ngelakuin ini cuma buat kepuasan diri kamu aja! Obsesi sinting kamu terhadap Rifan!
Aku menaruh gelas anggurku. Kutatap muka Felly dengan intensitas yang lebih tajam.
Kalo iya, kenapa? Kalo aku terobsesi dengan Rifan, kenapa? Kalo aku pengen banget dapetin dia, kenapa? Kenapa, Felly?
Giliran aku yang memberondong Felly dengan pertanyaanku, membuat pelacur berbulu mata lentik itu membuang muka.
Rifan lelaki pengecut, desis Felly. Aku heran kenapa kamu segitunya cinta ama dia.
.
Aku tau kenapa Hanna gak pernah ceritain masalahnya dengan Zacky ke pacarnya. Karena Hanna tau, diceritain pun, Rifan pasti gak bisa apa-apa. Cowok itu gak akan berani
CUKUP!
Aku membentak Felly oleh suara yang agak meninggi. Felly terkesiap. Mematikan rokok aneh rasa madunya, lalu menyambung kembali dengan batangan baru. Kilat percikan korek api terlihat jelas.
So? Ini terakhir kalinya aku bertanya, Fel. Kamu mau bantu aku bunuh Zacky, nggak? Aku berbisik tegas pada Felly. Bola mata Felly yang berkontak lens biru nampak bergetar. Entah bagaimana ekspresi wajahku kala itu. Mungkin terlihat dingin atau psycho, hihi?
Kapan?
Ahhh, akhirnya, ada kemajuan.
Malam ini juga. Jam 11 tepat. Jawabku.
Serius? Si Pelacur membelalakan mata. Aku pun mengangguk.
Aku sudah mempersiapkan semuanya. Jebakan yang sempurna aku pikir.
But how? Where?
Gak jauh dari sini, Honey. Di taman Evicula. Aku udah ngajak Zacky ketemuan di sana jam sebelas malem. Kamu tau kan tempat itu? Dari sini aja, jalan kaki lima belas menit aja bisa nyampe. Gak perlu kendaraan.
Felly menarik napas. Sekarang juga? Gimana kamu yakin si Zacky bakal datang?
Hahahaha! Aku tertawa lepas. Lalu, sambil meremas kedua buah dadaku sendiri dengan tangan, kulirik wajah Felly dengan jalang. Demi bisa ngisep puting susu dan nodain tubuh aku, aku tau Zacky bakal ngelakuin apa aja. You know lah, dari dulu dia emang udah pengen banget ngentotin aku.
What?
Aku suruh dia ketemuan di taman Evicula jam sebelas. Dan, kusuruh juga Zacky tutup mulut. Gak ngoceh ke siapa-siapa perihal pertemuan ini. kontak melalui chat atau ponsel denganku pun kularang. Jadi, data digital dia steril dari jejak-jejak pertemuan ini. So, tiada seorang pun yang tahu Zacky pergi ke mana, dan bertemu dengan siapa. Dengan kata lain timing dan momen yang sempurna untuk menggorok leher bajingan itu!
Sejenak, aku menyesap gelas anggurku. Rasa darah. Aku benar-benar sudah siap melumuri jemariku yang mungil dan berkuteks merah ini dengan darah.
Cowok-cowok bangsat macem Zacky, emang paling gampang dibujuk pake memek, hihihi. Kayak bocah rakus dikasih permen.
Felly terdiam sambil menghembusi asap rokoknya. Dari mimik paras seksinya, aku tahu dia tengah menimbang-nimbang.
Kira-kira, Zacky bakal dateng, nggak? Dia nggak curiga ama kamu, Cha? Kamu nyerahin badan gitu aja? tanya Felly lagi, membuat bola mataku berputar jenaka.
Haduuh, ya nggak lah. celetuku, Siapa bilang aku ngasih ke dia memek gratis? Tentu saja aku bilang, tarifku lima puluh juta dua kali nge-crot. Dan si Bodoh itu menyanggupi. So, karena itulah aku yakin Zacky bakal dateng. Yakin dia serius banget dan nurutin instruksi aku. Keliatan, kok, tadi sore mukanya udah napsu banget, hihi.
Fuck! Lima puluh juta? Felicita membeliak lebar, aku mengedipkan sebelah mata padanya.
Dengan atau tanpa kamu, aku bakal tetep ngelakuin ini, Fel. ucapku tak henti memanasi.
.
.
Oke. Aku ikut, desah Felly pelan akhirnya. YEAH! Tapi, aku bilang dulu ke Om Nick ya, kalo aku tiba-tiba masuk angin, gak bisa nemenin dia bobo di hotel. Jangan khawatir, dia orangnya baik, kok. Ngertiin aku banget. Selorohnya pelan sembari mengambil ponsel. Aku tertawa. Lucu sekali melihat rona pipinya yang tiba-tiba memerah.
Hihihi, gak jadi dapet kontol dong ya kamu malem ini. godaku nakal.
Berisik! sergah Felly manyun, tapi aku belum mau berhenti.
Eh, Om Nick pernah cerita ke aku, lho, kalo kamu tuh manja banget di atas ranjang. Pengennya dipeluk terus, kayak kimcil kekurangan kasih sayang, hahaha.
Bianca! Diem ah!
Terus dia juga bilang, kalo kamu tuh suka banget oral seks. Nyepongnya jago. Ngulumin punyanya Om Nick yang besar, panjang, dan berkulup gak sunat. Kamu suka gemes gigit-gigit, kan, maenin kulupnya si Om? Hmmm, udah pake hati nih ngeseksnya. Gawat,
BIANCA! Felly merengut kesal. Malu, lebih tepatnya, hihihi. I love this! Muka Felly memang keliatan lebih cantik kalau sedang bersemburat malu.
Usai Felly beres dengan ponselnya, aku dan Felicita lantas menghabiskan waktu dengan topik pembicaraan lain yang lebih ringan dan menyenangkan. Sebotol serta beberapa gelas anggur lagi sepertinya ampuh untuk meredakan ketegangan. Beberapa puntung rokok berhias noda lipstick memenuhi asbak di meja kami. Mendekati waktu yang dituju, kami pun akhirnya mengambil bill lalu membayar tagihan. Melangkah agak buru-buru menuju mobilku yang diparkir memojok di area pelataran yang agak sepi. Di sana, aku sejenak mendekati Felly. Sambil berdiri, wajah kami dekat berhadapan. Aku yang memulai. Aku yang pertama menyergapi bibir Felly dengan pagutan mulutku yangentah kenapasedikit bernafsu. Felly pasrah. Sama sekali tak melawan kecupan panasku.
Kami sesaat berciuman. Melakukan french kiss yang lumayan basah saling berbelai lidah.
Mmmmhh love you, Felicita.
Love you, too, Bianca.
Seuntai jembatan air liur melengket pun tergantung indah kala aku menarik pagutanku, bening menjuntai menghubungkan mulutku dan mulut Felly. Bola mata kami tertatapan. Saling bersepakat bahwa, malam ini adalah malam luar biasa bagi kami. Now or never.
Aku udah siapin sarung tangan karet, senjata tajam, dan semuanya di bagasi. Kill and run, okay. Lakukan secara cepat.
Iya, Sayang. You sick bitch. Felly kembali menggigit bibirku sekilas.
What? Hey, look at you. Youre the psycho, Honey, hihi. balasku mencolek hidung mungil Felly. Aroma parfum feminin nan halus terhirup lekat darinya.
===+++===
Senin, 22.58
Di siang hari saja, suasana taman Evicula amatlah sepi dan nir-kehidupan. So, bisa dibayangin kan malam hari seperti apa? Hanya terpasak beberapa lampu taman bersinar menerangi areal yang amat luas dan kurang terurus ini. Aku sampai harus melangkah lebih jauh ke dalam demi menempatkan diri di sudut yang sedikit terang, agar Zacky bisa melihatku. Betul-betul sunyi. Tak ada pengunjung bahkan tuna wisma sebatang-hidung pun. Banyak yang bilang taman ini dihantui dan ada penunggunya. Berantakan plus banyak nyamuk, pula. Namun yang jelas, pada detik ini ada dua orang pembunuh hadir di sana. Aku dan Felicita. Bersiap-siap tuntaskan dendam untuk sekarang dan selamanya.
Aku mendengar suara motor sport dari kejauhan. Lalu, hilang tersayup. Jelas, itu Zacky. Buktinya, muncul sesosok bayangan hitam dari kejauhan sesaat kemudian. Aku melambai tangan. photomemek.com Sosok yang tampak gelisah celingak-celinguk itu pun langsung terdiam. Sepertinya, Zacky sudah melihatku. Sosok itu mendekat. Suara langkah kakinya yang bergesek tersaruk-saruk sampai halus terdengar, saking kelamnya udara malam.
Ah, ya, benar. Itu Zacky. Cengir keparatnya mulai terlihat seiring ia kian mendekat.
Tak perlu kujelaskan bagaimana deskripsi wajah serta tubuh sosok bajingan ini. Buat apa? Sebentar lagi juga ia mampus, kok, hihihi!
Ufffh, Zacky menatap diriku dengan berbinar-binar. Kenapa harus di sini, sih? Apa gak ada tempat lain? ujarnya sedikit gemetar, kedinginan.
Karena aku selebriti, Zack. Harus bener-bener rapi maennya, hehe, ujarku sombong. Udalah, lakuin aja apa yang aku minta, oke? Nanti juga giliran kamu, kok, bebas pake aku seenak udel. desisku, membuat senyumnya makin melebar nakal.
Hehehe, nanti boleh kan gue pejuh-in kamu di dalem? Ga usah pake kondom kan, kata lo tadi sore?
Boleh. Aku pake pil.
Asiiik, hihihi. Udah konak nih gue. Pengen liat memek kamu, Cha. Pasti mulus-mulus merah gitu deh, masih rapet.
Aku memutar bola mata. Gak sabaran banget sih ini monyet! Sok tau, pula! Tapi emang bener, sih, hihi. Penampakan kemaluan aku memang masih tembem rapet plus remang kemerahan. Walau sering di-grepe dan dicabulin, untuk yang dibawah sini, aku agak jual mahal.
Yok, cabut yuk, Say. Dingin, nih.
Aku menggeleng. Eh, tar dulu. Anterin aku pipis, Zack, di semak-semak sana. Kebelet tiba-tiba. Telunjuku mengarah ke bagian gelap yang ditanami pohon rindang dan banyak semak-semak.
Yah,
Ayo dong, gelap nih. Takut.
Hmmm.
Kamu boleh liat aku pipis deh, biar tambah kenceng konaknya, huh.
Hahaha! Hayu! Hayu!
Dasar!
Aku pun langsung menggiring Zacky pada pintu kematiannya. Tempat itu, sudah sangat hitam gulita dan tersembunyi. Suara jangkrik dan binatang malam beralun-alun hiasi kegelapan. And, no. Tidak. Tidak ada lantunan-lantunan sountrack aneh seperti di film thriller. Bunyi gesekan rumput terdengar jelas. Hingga kami tiba di titik sasaran.
Aku berbalik menatap Zacky dan tersenyum bengis, lalu berbisik.
Di belakangmu, Zack.
Hah? Apa?
Ya, dibelakangmu. Goddes of death.
Zacky memutar tubuh dan membelalak ngeri. Mulutnya lebar terbuka mengeluarkan ucapan terbata-bata. Di belakangnya, sudah siap Felicita dengan sebilah kapak terangkat tinggi. Aku melihat sekelebat sinaran mata pelacur sakit jiwa itu. Sungguh marah dan berapi-api!
YEAH! YEAH! GO AND KILL HIM, BABY! KILL HIM! THATS MY GIRL! Batinku riuh berteriak-teriak girang saat itu.
A a. a apa-apaan ini? S-siapa kam
SPLAAAKKK!
Secara liar, Felicita mengayunkan kapaknya keras-keras menghantam Zacky sebelum bajingan tersebut selesai bertanya! Zacky kontan berteriak keras sambil memegangi kepalanya yang berdarah. Tidak hanya sekali. SPLAKKK! Felly membacok Zacky kembali. Zacky belum rubuh, hingga akhirnya lelaki itu terjatuh dalam hantaman ketiga! SPLAKKKK!!!
AAAAAAAA!
Aku pun langsung membekap mulut Zack yang bergulingan di rumput dengan sebelah tangan. Sementara tangan lainnya, menarik sebilah pisau commando panjang dari balik jaketku. Harus buru-buru kuselesaikan! Aku tahu di sini tak ada orang, namun, jangan sampai dia berteriak keras-keras! Thats no good.
SLASHHH!!!
Blyat! Blyat! Blyat! Mulutku berdesis penuh umpatan saat kubelah leher Zacky dengan sebilah pisau bergerigi di tanganku. Darah segar mengalir. Cukup deras. Membuat bajingan pemerkosa ini perlahan-lahan lemas sekarat. Sementara aku melakukan aksi pembunuhan, Felly, si Perek Simpanan Sinting itu, malah terus menghantam-hantamkan kapaknya pada tubuh Zacky. Menginjak-injak selangkangannya. Menjejak-jejak area vital Zacky. Menusukan ujung platform heels-nya yang panjang dan tajam pada tempat di mana kemaluan Zacky berada.
Mati lo anjing! Mati! Mati! Mati! Hyyyahhh~
Sssssh~
Aku sampai harus menyuruhnya diam karena emosinya menguar berisik. Felly menurut. Ia lalu menelanjangi celana Zacky dan mengeret penisnya, hingga potong terpisah.
Aku merasakan sudah tidak ada gerakan lagi di tubuh Zacky. Yakin, dia sudah mati. Aku pun beringsut menggenggam tangan Felly lalu mengajaknya menyingkir pergi. Secepatnya!
Its done. Mission accomplished. tukasku Pada Felly seakan-akan kami baru selesai bermain game. Kutarik tubuh gadis cantik itu lekat-lekat, kembali melumat bibirnya beberapa detik.
Rifan pasti bakal lega dan senang malem ini, hihihi. I knew it. Jangan bilang aku sok tau. Aku tercipta untuk Rifan, dan harus ngelindungin dia, gumamku sambil berlari-lari kecil.
Shit, masih menyukai Rifan? W-What about, me? Aku kan selalu
I love you, both, selaku.
Fuckin slut! Gak bisa gituuh~ Felly mendesah terengah-engah. Sigh, sungguh amat mengagumkan kemampuan cewek ini berlari mengenakan sepatu heels-nya yang amat tinggi! One must die. A-aku harus membunuh Rifan karena dia
Seketika, aku langsung mengentikan langkahku dan berbalik menatap lonte ber-stocking fishnet ini. Dipadu dengan rok mini yang amat ketat, ingin rasanya kuperkosa dirinya agar segera diam dan tidak berpikir macam-macam, setidaknya dalam menit-menit menegangkan ini!
Mmuach! Kucium lagi bibir Felly sesaat sebelum aku berbicara.
Udahah, Sweetie. Hal itu bisa
Dan, pada detik itulah aku melihat sesuatu yang amat ganjil. Sesuatu yang amat tak ingin aku lihat! Aku bergetar. Ucapanku terpotong membisu. Tubuhku serta merta melangkah mundur dari Felly. Mataku menangkap sesosok bayangan. Sesosok bayangan tipis yang perlahan-lahan menjadi jelas membentuk sebuah
Bianca? Felly memicing keheranan.
Aku dan Felicita masih berada di pinggir taman yang remang gulita saat kudapati bayangan yang kulihat itu ternyata sosok… HANNA! Jelas aku terperangah! Hanna sudah mati! DIA SUDAH MATI!
Hanna bayangan wajah manis dan ramah itu kini tampak memucat mati. Putih. Menatap diriku dengan bola matanya yang tidak ada! Kosong dan hitam!
Aku yakin Felicita tak bisa merasakannya. Karena, gadis itu hanya terdiam nan gelisah melihatku yang tiba-tiba ketakutan. Bahkan, saat sosok bayangan itu mendekap tubuhnya pun Felly tak merespon apa-apa. Tak merasakan apa-apa!
Kedua lengan pucat Hanna memeluk erat, seakan hendak mengunci tubuh Felly yang mulai ikut bergetar. Hanna membuka mulutnya, berbicara, berbicara padaku. Sosoknya berada di belakang Felly, namun suaranya seperti dekat membisik di telingaku!
Perlahan-lahan, aku meraih bandul salib yang selalu ada di kalungku. Sialnya, lidahku yang binal ini mendadak kelu saat ingin ucapkan doa! Apa pun! Bozhe Bozhe Bozhe, Hanya itu yang mampu terucap dari kerongkongan, kala Hanna menyampaikan bisikan paraunya.
B-B-Biaanca.
.
Terima kasih, Bianca. Tolong jaga Rifan untuku. Cintai Rifan apa adanya. Hanya kamu yang bisa menemani Rifan, ucapnya sebelum segera bayangan miliknya hilang. Ya, hilang begitu saja. Cepat menguap seperti asap!
Jangan khawatir. Aku akan hapus jejak-jejak kalian dari mayat Zacky. Kalian tak akan terungkap. Tolong jaga Rifan, itulah suara yang terakhir aku dengar, sebelum sirna tersenyap.
.
.
Bianca, kamu kenapa, sih? J-Jangan bikin aku panik, dong! A-aku kan Cuma becanda. I-iya, hahahah, becanda. S-sori kalo omonganku tadi
Ah, Aku menyela selorohan Felly. Andai kamu lihat apa yang aku lihat tadi, aku yakin kamu bakal histeris, Felicita! Nggak. Ng-Nggak apa. S-sekarang, kita kemana? Ehmm, pulang? Mau kuantar? celetuku mencoba tenangkan diri, menggamit lengan Felly mengajaknya kembali berjalan.
Felly mengangguk, dan tersenyum nakal.
Yup. Fuck me, Bianca. Kamu harus membayar. Gara-gara kamu malem ini aku gak jadi dapet kontol, hihihi. Come on.
Aku memutar bola mata. Pelacur Saiko! Bisa-bisanya dia horny sehabis membunuh orang, heh?
Tapi sejujurnya, aku juga jadi mendadak naik, sih, hihi. Pengaruh adrenalin, mungkin? Entahlah. Mungkin kami sama-sama gila. Itulah sebabnya aku dan Felicita bisa bersahabat intim.
Emang, orang tua kamu nggak ada, Fel?
Felly mendengus. Heuh, mereka masih lama di luar kota. Ada untungnya juga sih aku jadi anak terbuang. Jadi agak bebas kalo mau ngelonte kaya gini,
Sick! Cyka blyat! Hahaha! bahakku sambil menoyor kepala Felly. Tapi aku gak punya Kontol, Fel. Bisa, kan, kamu oral-in memek aku ampe aku puas? Gak eneg?
Felicita tersenyum. Manis. Gak masalah. Kalo punya kamu, sih aku pasti suka. Coz I fallin in love with you, Chacha.
Me too, Balasku seraya kembali mencium bibir Felicita. Mengingat begitu seksi dan sensualnya, rasa-rasanya aku bisa mencium bibir gadis ini seratus kali dalam sehari.
Felly lantas tertunduk malu-malu. Tapi, kamu nanti yang gagahin aku ya, Cha. Ada strap-on di kamar aku. You know, kalo sampai bersetubuh, aku masih belum biasa ah, bakal kikuk pastinya nanti, hehe.
Tenang aja, jawabku genit. Bakal aku entot kamu ampe kelojotan, Felly, hahaha.
===+++===
Ssssh, aaaaah~
Aku mendesah. Rasa geli dan hangat belaian lidah di areola gunduk susuku sungguh membuatku gila! Tak kusangka, Felly amat mahir merangsang payudara perempuan! Puting tegangku digigit-gigit secara perlahan. Lalu, dilahapnya rakus-rakus, seakan ingin menelan sebuah melon besar. Sebelah tangannya asyik meremas-remas buah dadaku yang lain. Lembut, penuh perasaan.
Aku tuh selalu pengen punya toket yang padat kenceng seperti kamu, Cha. Buah dada kamu luar biasa. Aku iri~ desah Felly disela-sela api gairahnya memainkan kelenjar persusuanku. Aku terpejam, membisikan sesuatu padanya.
Implan aja, Sayang. Kan jaman sekarang udah banyak, hihi.
Iya nanti, abis lulus sekolah.
Gila! batinku.
Aku tak tahu ini sudah pukul berapa. Tepatnya, tak peduli. Yang, jelas, kini aku sudah telentang pasrah hampir telanjang di atas ranjang Felly. Aku sudah sange maksimal. Keinginanku detik ini hanyalah satu. Ngentot.
Yeah, serius. Udah birahi banget memek nakalku ini pengen digaruk-garuk sampai terkencing-kencing enak! Tubuhku kini polos tanpa busana. Hanya tersisa sehelai celana dalam ungu yang di bagian bawahnya merembes becek. Lendir pelumas vaginaku, tentu saja.
Aku membuka mata. Menengadah nyalang resapi kenikmatan geliat-geliat nakal jemari Felly. Ooooh~ tangannya kini mulai berpindah ke bawah! Menyingkap celana dalamku, lalu membelai-belai garis bibir kemaluanku! Desahanku pun semakin lepas. Kabarkan pada Felly bahwa aku menyukainya!
Samar-samar, di tengah cambuk-cambuk kenikmatan yang kudapat, aku memandangi suasana kamar Felly yang nyaman. Tidak heran kalau penampakan kamar Felly amatlah kaku. Tidak ada pernak-pernik centil layaknya perempuan penggoda lelaki. Meja belajar, komputer, rak buku-buku, semua tersusun rapi. Wangi dan bersih.
Satu yang agak unik di sini adalah, kamar Felly dipenuhi oleh poster-poster anime. Semua sama, menampilkan gambar satu karakter anime cewek dengan rambut hitam panjang dan tatap bola mata yang kosong. Rifan bilang sih, namanya Akemi Homura. Whatever, lah. Selain itu, di setiap sudut pun tersebar patung-patung kecilnya, diselingi karakter anime lain. Kata Rifan, itu namanya PVC dan figma-figma. Kentara jelas Felly amat nge-fans banget ama cewek kartun ini. (sigh, aku sampai bingung waktu Rifan mengataiku kalau anime bukan kartun. Apa bedanya, sih?). Dan, makin membeliak tak percaya saat ia mengatakan harga benda-benda itu. SERIOUSLY! Jutaan? Original? Limited edition? Ada berapa ini? Aku lihat ada puluhan!
Huh, pantes aja, lah, Felicita ini rela banget serahin badan ke Om Nikolai! Habis-habisan dandan cantik dan jadi perempuan pemuas seks peliharaannya! (anyway, aku pun bisa dengan cepat kenal dekat dengan ekspatriat asal Moskow ini. Maklum, lah, Russian connection.). Dan, rela mengulum penis serta sodorkan lubang pantat ditusbol sepanjang malam oleh lelaki mesum berusia empat puluhan itu!
Ya, jelas semuanya. Tentu saja di kamar Felicita yang centil ini tidak ada satupun gambar selfie atau foto dirinya. Yang kulihat, hanya ada satu-dua foto lelaki yang amat aku kenal. Rifan. Serta, satu foto kenangan pemuda itu bersama Hanna dalam ukuran cukup besar. Ah, aku yakin kalian semua sudah paham dari tadi, jika Felicita adalah Rifan dalam bentuk perempuan cantik. Persona Rifan dalam bentuk yang lain.
Felicita adalah Rifan yang berdandan jadi cewek, memakai baju seksi, wig, dan stocking plus high heels! Perubahan yang sempurna! Tiada seorangpun yang akan menyangka kalau Felicita ini adalah seorang laki-laki bernama Rifan, karena dia sungguh cantik sekali!
Rifan? Jantan, kalem, baik, sopan dan pendiam.
Felicita? Betina, binal, slutty, dan sinting plus nekad.
Dan, aku pun tahu, Rifan bakal resisten bila kuajak membunuh Zacky. Hanya Felicita yang sanggup, hihihi.
Ahahaha, ini sungguh membuatku bingung! Kadang aku nyaman bersama Rifan, tapi sejujurnya lebih nge-click bila Felicita muncul menenggelamkan pribadi kaku lelaki itu. I LOVE THEM BOTH, like I said before.
Di tengah geliatanku, aku mengangkat wajah Felicita hingga kini kami bersitatap mesra. Kucium bibir seksi gadis jejadian itu lekat-lekat. Ciuman keberapa ini, eh? Sementara di bawah sana, jemari lentiknya mulai menyelinap masuk mengorek-ngorek isi vaginaku yang hangat. Hangat dan becek. Clap clap clap clap. Suara kecipakan merdu itu berbunyi. Uuuh, lezat sekali. Aku memang sering bermasturbasi, tapi dikocokin sama jari orang lain, beda rasanya. Buru-buru, kedua kakiku pun mengangkat melepas kain penutup kehormatan terakhirku yang sudah lengket beraroma memek, huhu.
Aku masih larut berbelaian lidah saat Felicita kian mengintenskan gesek jarinya. Bahkan, kini ia memasukan satu jari lagi. Jari tengah dan telunjuk, nakal serta menelusuk dalam mengaduk-aduk rongga liang peranakanku.
Ssssh~ aaah~ fuck! Anjing, enak bangeeeeth~
Pagutan kami akhirnya terlepas, karena aku tak kuat menahan gejolak kenikmatan hingga leherku menggeleng-geleng liar ke kanan-kiri. Felicita menggigit lembut daun telingaku, membuat kepalaku terkunci diam. Huh, jelas saja aku semakin geli, pecun! Ahhhh, haaaahhh, haaaahhh, mulutku riuh melenguh jalang bak perempuan tak terdidik moral saja. Dada serta perutku mengejang-ngejang kecil. Clap clap clap clap clap clap clap clap. Felicita mengocok kian cepat. Diselipi gerakan memutar-mutar jari menyusur dinding vaginaku. GILA! Aaaaaw~ pengen PIPIIISSSS!
Oooooooh!
Punggungku melenting hebat. Mengejang binal. Aku dapet. Orgasme. Takluk di tangan ladyboy lokal cantik ini yang terkikik-kikik girang sukses mengerjaiku! Hihhh, aku pipisi aja kasurnya dengan sepenuh hati. Srrrrr. Semburan cairan bening mengucur deras dari mungil lubang pipisku. Wajah bule imutku terpejam berekspresi mesum saat kukeluarkan vodka-vodka cintaku, hihi.
Aku mendesah-desah puas menatap Felly. Aaah, curang, aku sudah bugil total begini, tapi dia masih berpakaian lengkap! Well, tak masalah. Kuperintahkan saja cewek bermata bulat indah itu menjilati banjir kemaluanku sampai bersih. Kontak lens birunya berkilat-kilat, disinari temaram lampu kamar nan redup.
Jilatin pussy aku, Felly. Ayo, belajar kissing memek, ya. Jangan bisanya ngisep kontol terus, hihi.
Felly mencubut pelan puting susuku sambil merengut kesal. Aduuh~ Tapi, ia tetap menurut. Ah, Rifan memang manis. Eh, Felly maksudanya, haha. Tubuhnya sontak beringsut turun saat aku memintanya oral vagina. Kukangkangkan kakiku lebar-lebar begitu wajahnya tepat berada di depan celah keintimanku. Bisa kurasakan hembus nafasnya yang berderu. Sejenak, ia menatap tanpa kedip gundukan tembem daging kewanitaanku penuh arti. Aaah, jadi malu tau, tiap kali diliatin kaya gitu! Kenapa, sih? Memek aku mulus dan bersih, ya? Jelas, dong. Kan selalu kurawat baik-baik!
Kenapa? Jadi kepengen punya memek juga? sergahku pada Felly yang diam terpesona. Eh, si Slutty itu malah tersipu malu. Cepetan jilat, Sayang. Aku udah gatel ba ooouuuuusshhh!
Pinggulku langsung menghentak kejut saat Felly tiba-tiba menyapukan lidahnya. Ia menjilat-jilat permukaan daging empuk vaginaku oleh gerakan cepat dibarengi hisapan-hisapan nakal serta seruputan pelan meneguk lendir-lendir seksual yang kuproduksi. Sssrp srrrp srrp plop. Felly mengecup mesra bibir bawah miliku ini seakan ia tengah ber-french kiss ria denganku. Indera pengecapnya lalu menelusup ke dalam, membelah ceruk peranakanku menyesap-nyesap bagian becek yang ada di dalam sana. Jelas tak akan habis, karena rongga kemaluanku tentu saja tiada henti merembeskan lendir percintaan. Aaaaahhh, yes, Baby. U-udah bener gini, Sayang. Kamu b-bisa kok licking pussy. Enaaaak~ Aku mendorong-dorong pusat selanganganku ke wajah Felly, seolah-olah memohon cewek berpenis itu untuk meng-oral lebih kasar. Akibatnya, Felly pun menemukan tonjol klitorisku. Kelentitku. Ahhh~ ini gawat! Blyat! Aaaaaaah!
Felly tampak menikmati momen-momen pertamanya (mungkin?) melayani kemaluan perempuan. Harus kuakui, permainan lidahnya dahsyat. Aku merengek-rengek keenakan, Uuuuh~ aaaah~ uuuh~ aaaah~ ketika sensitif klitorisku dicucup-cucup kuat, sampai-sampai seperei ranjang tempat kami bercinta berlipat kusut karena kelojotan tubuhku yang digelitik birahi. Yash! Sebentar lagi aku nyampe! Klimaks kedua! Kurasakan ada sesuatu yang merayap naik dan mengkulminasi intens dalam tubuhku, hingga terasa sesak jenuh seperti ingin meledak. Terutama, di area bawah pusar sana. Ooooh, nikmat banget iniiih! Enak, enak, enaaaak~ . Tanpa sadar, aku yang menggelinjang-gelinjang ini guntingkan paha, menjepit kepala Felly yang sedang melumat-lumat daging kemaluanku rapat-rapat. Tangannya memukul-mukul pelan, kesal dijepit dan dikunci dalam selangkanganku, hihi. Tapi, aku tak peduli. Yeah, aku memang rakus dalam bercinta. I love sex! I love orgasm! Jilat memek aku terus, Rifaaan~ Cmon you sissy slut! EAT MY PUSSY! Dan, HAAAAAAAHHHHHHH! Bak dipecut kilat asmara, pinggulku terlonjak tinggi ke angkasa. Seperti ada petasan meledak. Letupan orgasme yang luar biasa. Aaaaw, Bianca! Felly buru-buru menyingkir dari liang peranakanku karena takut terkuyup oleh semprotan air jalangku. Srrr srrr srrr, aku mengompol sembari bergeleng-geleng pelan. Bola mataku terbenam ke atas, layaknya pelacur dimabuk hasrat.
Hhhh hhh hhhh, Kembali, tubuhku ambruk lemas. Terkulai tanpa daya di ranjang Felly. Sejenak, aku beristirahat, ambil nafas. Sayang, si Banci Cute ini masih gugup dan gelisah menggunakan penisnya untuk menusuki kemaluanku. Kalau tidak, pasti aku sudah merajuk-rajuk minta dientot sekarang juga. Namun tak soal, aku tak ingin memaksa Rifan alias Felly. Kemampuan oral seksnya pun, sudah lebih dari memuaskan. I give you A+ for that, Baby.
===+++===
Felly beringsut manja dan naik ke hadap wajahku. Aku mengecup kembali bibir berlipstick sexy-nya sekali lagi. Gadis itu lalu mengedip-ngedipkan kelopak matanya yang berbulu mata palsu lentik dan eye shadow ungu dengan genit. Menggigit telunjuknya yang bercincin hello kitty secara centil. Meski ia tak berkata-kata, aku tahu apa maksudnya.
What? Giliran kamu? Hihi. Alright then
Astaga, Rifan. Lihat apa yang Felly perbuat pada mental dan tubuhmu. Kamu, si Eks ketua klub literatur yang dingin dan kalem, tiba-tiba berubah jadi cewek binal bin slutty!
Kami pun lantas berguling. Segera berbalik ganti posisi. Aku di atas, Felly di bawah. Felly masih berpakaian lengkap, sementara aku sudah telanjang bulat polos. Kupasangkan strap-on yang Felly berikan pada pinggangku agar bisa mempenetrasi anal si Cantik ini puaskan dirinya.
Kusingkap rok mini ketat Felly yang seronok ke atas. Ingin rasanya aku terkekeh geli melihat apa yang ada di sana. Celana dalam imut feminin, yang berwarna merah jambu dipenuhi renda-renda. Kutarik kebawah hingga lutut. Plop! Munculah batang kemaluan Felly yang sudah menegang keras di hadapan mataku. Mulutku yang sudah gemas ini ingin segera mengemutnya dan mengulum biji kembar bulatnya, namun Felly menolak. Cowok betina ini ingin cepat-cepat disodomi. Perlahan, aku pun mengangat kedua kaki Felly yang masih berbalut stocking jala serta platform heels 15 cm itu tinggi-tinggi lalu melipatnya ke atas, hingga menjulang siaplah lubang anus pelacur ini dengan posisi mantap untuk ditusuk. Aku mengoleskan pelicin senggama pada penis strap-on-ku. Kugeser pinggulku mendekati belahan bokong Felly, memposisikan diri sedemikian rupa, mengarahkan ujung penis karetku pada anal mungilnya. Dan, bergerak maju.
Aaaaaaaahh~ mmmmh~
splak splak splak splak
Ooooouhh~ aaaaaah~
Splak splak splak splak
Aku terkikik lucu saat melihat Felly berdesah keenakan kala batangan besar itu mulai meringsek masuk lubang pantatnya. Aku memang belum pernah dianal, tapi melihat ekspresi muka Felly, sepertinya lezat dan nikmat. Penis buatan yang terpasang pada strap-on ku ini amatlah besar dan panjang, tapi sepertinya, Felly tak merasa kesakitan. Padahal, liang anusnya sudah membulat lebar terdesak pompaan batang strap-on yang pinggulku lakukan dengan lumayan cepat. Felly terpejam lembut diwarnai mimik kelegaan pada wajahnya, saat ku terus sibuk menghentak-hentak energik menyodomi duburnya. Splak splak splak splak! Felly menggigit jarinya dengan centil, menatapku sayu di balik bola mata berkontak lens biru.
Enak, Honey? Kamu suka disodomi gini, Fel?
Felly mengangguk pasrah.
Aku baru pertama kali ini, lho, entotin cowok. Suka?
Suka, Bianca. Kamu uuuh, garang bangeeet~ Felly terlenguh.
Garang mana sama Om Nick, Fel? Hihihi.
Plak! Felly menepak pahaku, haha. Ugh, dirasa-rasa, capek juga yah ngegenjot itu? Emang bener-bener butuh stamina lebih. Aku jadi mengerti sekarang, kenapa obat kuat itu penting bagi lelaki, hihihi.
Aku pun menginstruksikan Felly untuk berganti gaya. Kini, tidur menyamping. Aku langsung bergelung ke belakang tubuh Felly mendekapnya dari belakang. Kucari-cari lagi lubang anusnya. Arahkan penis karetku pada titik bulatan mungil itu. Slephh! Strap on melesak masuk. Kepala Felly kembali ternengadah, berdesis bandel. Splak splak splak splak! Panggulku menghentak-hentak agak sedikit kencang sekarang, merojok-rojok liang pembuangan Felly. Capek, seperti olahraga. Keringatku mulai menetes-tetes muncul. Gerakanku dalam menggagahi anus Felly sungguh lincah, hingga buah dadaku yang kenyal padat ini berguncang-guncang.
Mmmuach mmuach mmuach! Kukecup-kecup leher Felicita a.k.a Rifan yang tersaji bebas. Berikan satu noda cupangan kecil di sana, hihi. Posisi ini sungguh lebih enak, karena selain bisa menusuk-nusuk lubang pantat seksi cowok betina ini pakai strap on, aku juga bisa sambil mengocok penisnya dari belakang. Hangat, batangan berurat tegang itu.
Namun, Felly mengelak. Ia ingin berganti gaya lagi. Ugh, hiperaktif banget sih ni banci sekolahan? Aku pun buru-buru menyuruhnya menungging di depanku. Ibarat seekor anjing yang patuh, Felly langsung bergeliat. Menyodorkan bokongnya yang mulus dengan posisi siap dianal doggy. Aku berikan pelumas senggama lagi di penis karet pada strap-on ku. Menahan erat pinggul Felly, lalu menyodok keras anus sang Gadis Jejadian dalam-dalam. SLEPPH! Aaaahngng, Felly memekik sayup. Splak splak splak splak! Kupompa-pompa panggulku dengan hentakan liar yang sungguh gemas, hingga membuat cowok betina tersebut mengerang-erang. Ahhh ahhh ahhh ahhh~ betul-betul melelahkan jadi laki-laki. Mungkin, aku harus melatih vitalitasku lebih kuat bila ingin menjadi pacar Rifan (dan Felly).
Splak splak splak splak
AAAaaaahngng~
Splak splak splak splak
Ufffffh!
Felly mulai mengejang-ngejang pelan. Sepertinya, ia tengah atau hampir dilanda orgasme. Bahkan, tanpa bantuan tangan, penisnya yang menggantung di bawah pun sudah menetes-neteskan mani dengan nikmat seiring gerak sodokan strap-on ku yang buas.
Aaaaahhh, e-enak banget, Bianca~ aku sukaaa sodokan kamuuuh, racau Rifan yang kini sudah total dikuasai Felly. So slut. Mungkin, dulu juga dia sering diginiin sama Hanna. Tapi, gak kebayang deh, cewek kutu buku itu, hihi. Pake strap-on, terus nyodok-nyodok pacarnya yang aneh.
Splak splak splak splak
Tubuh Felly bergetar halus.
Eh, emang bisa ya, Fel, kamu keluar cuma ditusukin pantat gini? Gak dikocok?
Felly mengangguk. Ia berkata kalau itu namanya prostate cumming. What the hell is that? Aku tak mengerti. Yang kutahu hanya ingin membuatnya puas. So, kusodok anus Felly lebih kencang hingga ia meraupi hajatnya. SPLAK SPLAK SPLAK SPLAK SPLAK
AAAAAAWHH~ crrrrt crrrt crrrrt
Aku sampai takjub dan geli sendiri saat itu. Penis Felly yang tegang tiba-tiba memuncrat sendiri semburkan cairan-cairan mani perpuncakannya. Tak lama kemudian, ia pun langsung ambruk. Mengejang-ngejang kecil seperti perempuan yang dilanda klimaks. Hmmm, seperti inikah rasanya dianal? Mungkin, suatu saat aku akan coba, huhu.
Aku langsung turun memeluk Felly yang masih tenggelam dalam erotismenya. Sejenak, kami beristirahat dalam cengkerama. Suasana begitu hening saat kami melekatkan tubuh. Sudah pasti, ini bukanlah persetubuhan kami yang terakhir. Hari masih panjang. Entahlah apa yang terjadi nanti, tapi aku akan terus memegang tekadku. Aku mencintai Rifan. Aku mencintai Felly. Rifan dan Felly, adalah miliku.
Cha?
Dalam pelukan hangat dan intimku, Felly berbisik lirih.
Yes, Honey?
Kalo emm, misalnya aku bunuh Rifan, kamu masih tetep sayang ama aku, kan?
Beberapa detik, aku terdiam. Mencoba mencerna apa yang ia maksudkan.
Aku akan selalu cinta ama kamu, Honey. Kamu itu kan miliku. You need me, Darlin I knew it for sure. jawabku lalu mengecup bibir manisnya.
Thanks. I love you too.
Kamu sendiri gimana? Kamu kan sukanya ama kontol, hihihi. Dan, aku gak punya, tanyaku balik sedikit menggoda.
Kita, Bianca. Kamu juga kan suka kontol, huhuhu. Kamu cewek binal, Bianca. celetuknya yang langsung kubalas dengan jitakan sayang.
Aku cowok lesbi. Tenang aja. Aku suka kok bercinta ama kamu. Bisik Felicita.
Akulagi-lagimencium bibirnya, membelainya lembut. Me too, Felly. Kamu dan aku, saling cinta. Apa pun bentuknya.
===+++===
Delapan tahun semenjak mengundurkan diri dari girlband Vexana, namun pesona idol-nya tak pernah hilang. Bianca Gorchakov. Cantik, cutie, dan menggairahkan. Tubuhnya yang telanjang polos hanya berbalut kemeja manly tipis melangkah anggun. Di dalam apartemen mewahnya yang penuh interior serta ornamen high-tech di pusat area perbisnisan kota.
Payudara kencangnya tetap membulat kokoh. Lekukan pantanya masih memulus seksi. Setia, dengan gaya rambut kecokelatanya yang berkuncir dua. Satu yang beda darinya mungkin hanyalah, sebuah kilau hiasan mungil yang tertindik pada selangkangnya. Tepatnya, di kelentitnya. Dengan tindikan klitoris itu, Bianca seolah ingin menunjukan bahwa ia tetap gadis yang nakal, seperti dulu. Menyukai seks. Dan, penikmat persetubuhan.
Bianca menatap ranjang besar dan nyaman tempatnya biasa memadu kasih. Di sana, bergeletak telentang pasrah sesosok perempuan. Namanya, Felicita Aldebrina.
Bibir gadis berdarah Rusia itu tersungging lebar. Tadi malam, ia habis bercinta secara liar dengan Felicita. Bergesek-gesekan kelamin dengan dahsyat lampiaskan letup-letup birahi. Saling beradu vagina. Jalang melenguh-lenguh, diiringi hangat kunci selangkangan yang saling melekat gunting.
Yup. Felicita telah berhasil membunuh Rifan. Lelaki itu kini telah damai meninggalkan dunia. Kini, ia telah bertransformasi total menjadi perempuan sesungguhnya. Menjadi Felicita selamanya.
Dengan keajaiban medis, Felly kini memiliki sepasang payudara montok memperindah tubuhnya. Batang kejantanan yang dulu ia punyai pun sudah dipangkas habis, dioperasi. Berganti segunduk daging bibir kewanitaan buatan yang bergaris rapat nan tembem secara sempurna. Terapi hormon segala bentuk, sukses ia jalani. Voice feminization surgery pun ia lakukan. Suaranya sudah seperti perempuan. Rambut aslinya panjang tebal dan indah, tidak lagi memakai wig. Intinya, Felly sudah menjadi cewek tulen sekarang.
Semua biaya transformasi Rifan ini dibiayai oleh Om Nick. Alias Nikolai Luzhinski. Pria itu sudah agak menua sekarang, tapi masih tetap gagah dan perkasa. Bahkan, lelaki itulah yang kini statusnya menjadi suami Bianca dan Felicita. Memberikan dua istri cantiknya tersebut pekerjaan mantap.
Udalah, job yang paling cocok buat kalian cewek-cewek psycho itu ya covert assasin. Tinggal dilatih satu-dua skill standar pun beres. Naluri membunuh kalian sinting.
Bianca turun ke ranjang dan menghampiri Felicita. Memaguti bibir gadis yang masih tampak tertidur lelap itu.
I love you, babe. Forever.
Thanks to : Oom Mimin, Oom Mod, Pak Panitia, Pak Donatur,
Suhu Juri, Para Kontestan lain, dan Semua Penghuni Semprul Sekalian,,,,,,