Hunting Pria Muda Di Mall

23 Maret 2010
Hari pertama workshop tentang Perpajakan ini, membuatku kurang semangat. Maklum, baru sampai di Jakarta sudah dijejali dengan angka angka yang membuat kepalaku semakin penuh. Padahal, aku ke Jakarta juga ingin sedikit relaks setelah berhari hari berkutat dengan angka angka di kantorku. Untunglah, jam akhirnya menunjukkan jam 17.15 pertanda workshop hari pertama akan segera disudahi.
Bergegas aku memberekan makalah dan map workshopku untuk kembali ke kamar hotel.
Ada jatah makan malam di hotel, namun itu tak cukup menarik perhatianku. Segera aku mandi dan bersiap diri untuk keluar mencari udara segar suasana Jakarta.
Malam itu aku sengaja menuju ke Mall Atrium yang lokasinya tepat di samping hotelku. Lalu aku naik ke Gunung Agung. Bergaya lihat-lihat buku buku, namun sebenarnya tujuanku untuk cuci mata melihat pria pria muda SMU ataupun mahasiswa yang mencari buku. Memang aku dengar Mall ini ramai dengan gay-nya. Muda, tua, SMU, hitam, bule dan lain-lainnya. Namun, aku masih belum menemukan atau melihat pria gay tersebut. Segera aku pasang insting dan gaydarku.
“Hati-hati di Atrium”, begitu wanti-wanti teman priaku di Malang saat bercerita tentang Mall yang menjadi salah satu tempat mangkal pria gay Jakarta ini
“Mereka suka jebak kita untuk uang”, tambah dia.
Capai nonton buku sambil curi curi pandang, namun tak kunjung mendapatkan sosok yang menjadi incaranku, aku kebelet kencing. Segera aku menuju ke toilet mall. Duh, sesak benar toilet di sini. Orang-orang kencing berjejer. Segera aku ambil posisi di depan urinoir yang kosong, lalu kubuka resletingku dan segera aku pipis. Saat itu ada orang, ah, anak SMU kayaknya. Dia tanpa sungkan ngelongok aku kencing. Ah, baru kusadari kalau rupanya di sini mereka ber-operasi.
“Gede banget, Oom”, dia buka bicara.
“Kamu juga,” jawabku sekenanya.
Saat aku keluar toilet dia barengi aku. Akhirnya kami ngobrol di sepanjang lorong. Anak ini nampaknya agresif banget dan kalau ngomong ceplas-ceplos saja.
Dia ngajak aku naik ke lantai parkir di atas gedung mall. Antara ragu dan penasaran, akhirnya aku ikuti. Aku pengin tahu apa maksudnya mengajakku. Di atas gedung, mayoritas lampu kuning temaram seperti terang bulan. Nampak logo dan neon sign hotelku, hotel Aston di arah samping mall ini. Lalu dia mengajak aku ke pojok dinding di bawah papan reklame besar.
Dia bilang bahwa dia nggak minta uang. Bahkan malah mengajak aku makan sesudah dia dapatkan apa yang diinginkannya. Dia bilang jujur kalau dia ingin aku nembak pantatnya. Ah, vulgar juga anak ini berterus terang pada orang asing macam aku ini.
Supaya aku ngaceng dia urut-urut jendolan kontolku yang terbungkus celana. Kemudian refleks dia jongkok dan menciuminya. Aku terangsang juga oleh aksinya. Dia lalu membuka resleting celanaku. Kontolku yang mulai tegang Dia lalu keluarkan dengan cepat.
Ah, nafsu amat ini anak. Lalu dia mulai memegangi kontolku dan mulai menciumi batan kontolku lagi. Dijilatinya ujung kontolku. Lalu dijilatinya cairan precum yang keluar dari ujung kontolku. Aku yang tak terbiasa melakukan itu ditempat terbuka, sedikit was was dan kurang konsentrasi.
Lalu dia berdiri dan mulai menurunkan sedikit celananya. Lalu dia menungging di depanku. Dia beralasan kalau ada Satpam bisa cepat bangun tanpa ketahuan kalau lagi bercinta. Ah, aku ragu ragu untuk melakukan itu lebih jauh. Aku tawari bagaimana kalau ke kamar hotelku saja. Aku bilang bahwa aku pendatang yang tinggal di hotel Aston itu. Ah.. Dia mau dan setuju. Aku juga nggak takut, karena memang tampangnya benar-benar anak SMU yang masih lugu.
Asep, begitu panggilannya, anak Bogor katanya. Sekolah STM Mesin di Manggarai. Wuu.. Muda banget. Lihat jari-jari tangannya masih licin. Rasanya paling 18 tahun. Kakinya, betisnya, tangannya, bibirnya, masih serba licin. Dia bilang pamannya yang ngajari ngeseks sejenis. Sampai ketagihan, sementara pamannya sudah pindah kerja di luar Jawa.
Akhirnya kami turun dari latai atas Mall Atrium ini untuk menuju ke kamar hotelku. Dan sesampai di kamar, dia kusuguhi minuman dingin di kulkas. Lalu dia pamit ke kamar mandi, untuk buang air. Aku dengar suara kecipok air kencing yang masuk ke lubang toilet. Darahku berdesir mendengar suara itu. Lalu setelah dia keluar dari kamar mandi, langsung menubruk tubuhku yang rebahan di ranjang.
Dia mulai agresif lagi seperti tadi. Celanaku dilepasnya satu per satu. Hingga akhirnya aku telanjang bulat.
Karena dia masih berpakaian lengkap, akhirnya aku suruh dia berdiri. Aku lepaskan kaosnya. Ahhh… nampak ketiaknya. Aku suka ketiaknya yang sangat seksi. Rasanya ingin cepat cepat melumat dan menciumi ketiak itu.
Dalam kamar aku merasa sangat nyaman. Leluasa, aman tanpa khawatir diintip Satpam. Setelah dia telanjang bulat juga. Kami mulai dengan berpagutan mesra. Lalu diapun menciumi sekujur tubuhku dari atas hingga ke bawah.
Aku hampir terkejut ketika aku merasakan geli pada kakiku. Ketika aku membuat mata kulihat Asep ini mengulum jari-jari kakiku dengan penuh nafsu. Saat itu aku kaget dan hampir menarik kakiku. Tetapi aku kasihan sama Asep ini. Kubiarkan saja.
Dia nampaknya sangat terobsesi padaku. Dan aku merasakan betapa syahwatku langsung terbakar. Dia melihat aku bangun. Saat tahu aku tak menolak kulumannya, dia semakin meliar sambil mulai memperdengarkan desahannya. Dia begitu menikmati jari-jari kakiku. Sambil mengelusi betis-betisku dia juga menjilat dan menciumi telapak kakiku. Aduuhh.., nikmatnya serasa naik ke ubun-ubunku. kontolku jadi ngaceng berat. Kuelus-elus kepalanya. Asep nampak mengunggu elusanku itu. Dia kembali mendesah.
Nafasnya kudengar memburu. “Oomm, Oom, Oom, mmhh.. Mmllpp..,” dia meracau.
Matanya setengah merem. Kepalanya bergulir ke kanan dan ke kiri saat meratai jilatannya ke telapak-telapak kakiku. Aku semakin merinding. Anak ini sangat pintar membangkitkan gairah nafsu birahiku. Ciumannya bergerak ke atas. Ke betisku. Dia juga menggigit kecil saat menemui rambut-rambut kakiku. Dia juga mencakar-cakar kecil betisku menahan gelora birahinya.
Tangannya kini tak sabar merabai selangkanganku dan kemudian gundukkan celana dalam yang berisi kontolku yang sudah sangat mengeras. Aku lebih baik diam meraskan nikmatnya. Kubiarkan Asep yang manis ini melampiaskan nafsunya. Dia meremas-remas kontolku. Sementara itu gigitan dan jilatannya sudah melewati lututku dan kini mulai masuk ke wilayah pahaku. Aduuh.., bukan main dan.. Betapa aku terangsang.
Aku kini merintih dan mendesah-desah. Tak tahan merasakan lidah lembut si manis Asep ini. Kenapa dia begitu berkobar nafsunya?
Dan sesudah bermenit-menit puas menciumi pahaku, Asep mulai merambati selangkanganku. Dia nyungsep di pangkal pahaku. Kudengar dia menarik dalam-dalam nafasnya untuk menghirup bau selangkanganku. Ah, anak ini, kenapa dia begitu hot?!
Dia ciumi celana dalamku. Dia hisap-isap kontolku di balik celana dalam ini. Aku merasakan betapa aku menggelinjang nikmat. Kuelusi dan sesekali kujambak rambutnya. Dia semakin bersemangat. Tangannya kini meraih ketepian celana dalamku, merogoh dan menarik keluar kontolku. Mulutnya langsung mencaploknya. Dia melumat-lumat biji dan seluruh batang kontolku. Kepalanya bergeser naik turun mendorong lidahnya yang menjulur kelantai pori-porinya.
Aku tak mampu untuk tidak mendesah dan merintih. Kenikmatan ini sungguh tak bertara. Asep ini ternyata benar-benar jago kecil yang mampu mendongkrak libidoku. Aku tak tahan lagi. Aku bangkit dan kuterkam dia. Kurebahkan dan ganti, Kini aku yang aktif menjilat dan menciumi tubuhnya. Aku seakan macan lapar yang melahap kijang lembut mangsa tangkapanku.
Dia menyerah pada apa mau nafsuku. Dia ganti pasif merasakan ciuman-ciumanku pada tubuhnya.
“Ah, Kamu.., begitu harum ketiakmu, dadamu, perutmu, selangkanganmu. Ah, Adek.., sini.. Biar aku jilati seluruh bagian tubuhmu. Biar aku nikmati segala keringat-keringatmu. Biar aku lumat-lumat tubuh indahmu.”
Kubolak-balik tubuhnya. Kusedotin bagian-bagian sensualnya. Dan aku paling suka menciumi lubang pantatnya. Aroma lubang pantat sangat cepat merangsang syahwatku. Lidahku menusuk-nusuk lubang itu seakan ingin memberi sensasi nikmat padanya.
Dan akhirnya dia minta aku memasukan kontolku ke anusnya. Dia ingin aku melakukan seks anal padanya. Dia pengin merasakan tusukan kontolku di anusnya.
Kuturuti. Ini memang satu hal yang paling kusukai. Menyodomi pria muda.
Agak susah kepala kontolku menembusi lubang pantatnya. Selain dia masih muda, tidak diberinya pelicin juga menyulitkan kontolku menembusi lubang pantatnya.
Lalu aku bangkit membuka tas dan mengambil kondom dan pelicin yang aku bawa dari Malang.
Segera aku buka kondom dan kusarungkan ke batang kontolku. Lalu kembali aku arahkan kontol yang terbungkus kondom dan berpelicin itu ke belahan pantatnya.
Saat kontolku mulai membelah lubang pantatnya, Asep menjerit kecil. Saat kontolku mulai merasuk amblas ke lubangnya, Asep mendesah nikmat. Saat itu kurasakan cengkeraman otot-otot dinding anusnya sangat legit menjepit kontolku. Ampuunn.. Enaknya.. Sesudah itu, pantat Asep itu mulai menggoyang menjemput kontolku. Sekali lagi, kurasakan nikmat hingga ke-ubun-ubunku.
Kudengar Asep meracau,
“Enak banget, Oom, enak banget kontol Oom, yaa.. Enak banget kontol Oom.., Masukin yang dalam ya Oomm..,” racaunya.
“Aduhh Om enak banget. Keluarin di dalm ya Om,” maksudnya biar aku keluarin air maniku di lubang pantatnya itu.
Suara racaunya itu terdengar sangat merdu di telingaku. Dan suara racau itu yang kemudian membuat gejolak syahwatku langsung melonjak lonjak tak karuan. Kupacu kontolku memompa anal Asep yang sempit ini. Akhirnya aku ikut meracau juga,
“Enak pantatmu Dek, enaakk.. Sempit banget duburmu, Aahhhhh..,” dengan gemetar dan menggigil racauku keluar dari mulutku.
Aku sungguh didera nikmat syahwat yang luar biasa. Melihat Asep anak muda ini tergoncang-goncang menerima tusukan kontolku, mendorong spermaku untuk merambati menuju klimaks nikmat. Aku merasakan betapa saraf-sarafku menyongsong akan kehadirannya air maniku mengalirinya. Dan aku memang tak mampu menahan lebih lama.
Saat menjelang muncrat kurenggut rambut Asep. Kutarik seperti menarik surai kuda. Kuhentakkan kontolku ke lubangnya. Dan dengan kedutan-kedutan yang begitu nikmat, tumpahlah air maniku. Asep merasakan kedutan-kedutanku itu,
“Oom. Enaakk.. Oom, Oom, Oom, oohh.. Oom..”.
Sesaat sesudahnya, sebelum kedutanku usai, dengan cepat dia melepaskan kontolku dari anusnya dan berbalik. Dia raih kontolku dan di arahkan kepala kontolku ke mulutnya. Rupanya dia ingin mereguk dan membasahi tengorokannya dengan air maniku. Untunglah semprotan spermaku masih tiga semprotan lagi. Cairan itupun dia sambut dan dia telan.
Kulihat cairan kental lengket itu belepotan meleleh di sekitar mulutnya, karena tidak semua masuk ke mulutnya. Sebagian nampak meleleh ke dagunya. Aku tahu nafsu panas macam Asep ini, akibat gairah muda. Lelehan sperma di dagunya kukais dengan jariku. Kusodorkan ke mulutnya. Dia emut-emuti jari-jariku untuk membersihkan dan menelan habis lendir putih kentalku itu. Wowww… segitu lahapnya dia.
Lalu dia bilang kalau dia juga ingin dikeluarin juga.
Aku menindihnya dan mulai menciumi tubuhnya.
Dia macam anak perawan. Mulutnya mendesah, merintih manja silih beganti saat aku lakukan sesuatu pada tubuhnya.
Dia bilang pingin mandi kucing. Lalu aku jilati seluruh detail tubuhnya.
Dia menggeliat-geliat saat lidahku menelusuri betisnya, pahanya dan kemudian batang kontolnya. Ah, dasar anak bau kencur, pikirku. Baunya memang masih terasa alami. Selangkangannya yang licin mulus menjadi terminal jilatan, kecupan dan sedotan bibirku. Rambut kontolnya masih tipis. Segar banget bau khasnya.
Ternyata dia sangat menikmati setiap permainanku. Saat mendekati klimaksnya dia bangun mendorong aku agar telentang. Dia duduki wajahku, menyapu-nyapukan kontolnya ke bibirku sambil mengerang dan terus mendesah-desah.
Tangannya mengocoki kontolnya hingga akhirnya klimaksnya pun datang. Croootttt…. Dia berteriak setengah histeris sambil menunjukkan puncratan spermanya yang sebagiannya terlempar jauh mengenai cermin kamar tidurku dan sebagian lainnya melumuri wajahku.
“Ahh.. Oom.. Oom.. Oomm.. Enak Oom..” racaunya.
Crottt…crottt…spermanya terasa segar aku baui.
Aku yang tadi sudah ejakulasi, menyaksikan dia muncrat dengan wajahnya yang culun itu terbangkitkan lagi libidoku. Birahiku langsung memuncak dan akhirnya aku tubruk dan tindih tubuhnya. Aku arahkan kontolku ke mulutnya. Dia menjilati dan mengulum kontolku sambil tangannya terus mengocoki kontolnya sendiri.
Lidahnya sedemikian pintarnya berputar putar di perbatasan kepala kontolku dan batangnya. Lalu mulutnya mengemoti dan mengulum seluruh batang kontolku. Akhh.. aku semakin ga tahan. Ingin rasanya aku mengentoti dia. Aku peluk dan ciumi bibir, leher dan dadanya sambil kontolku terus kugesek gesekkan ke tubuh mulusnya. Sesekali kontolku beradu dengan kontolnya yang berlumuran sperma. Licin kurasakan. Lalu terus aku gesek gesekkan kontolku yang menegang itu ke lipatan pahanya, sambil kakinya aku angkat. Tanpa aku bimbing, kontolku berusaha menembusi lubang analnya. Tapi aku merasa tidak tega, karena dia baru saja ejakulasi. Pasti akan terasa geli dan sakit kalau dia tidak dalam keadaan terangsang. Akhirnya dia kembali melorot dan memposisikan mulutnya tepat di selangkanganku. Dilumatnya habis seluruh batang kontolku, sambil terus dikocokinya.
Aku merasakan kocokan tangan mungil ini terasa berbeda dari yang pertama tadi. Mungkin karena aku habis ejakulasi Lalu dia merebahkan tubuhku dan menindih tubuhku. Dia gesek gesekkan tubuhnya seperti yang aku lakukan tadi. Dan, kurasakan kontolnya menengang dan menusuk nusuk di sela sela pahaku. Rupanya dia cepat bangkit libidonya dan cepat terangsang kembali. Dia mengajakku ronde berikutnya. Ahh.. gairah anak muda.
Akhirnya dia menduduki perutku dan mulai mengarahkan batang kontolku untuk dimasukkan ke pantatnya lagi.
Wow…
Aku bangkit dan mencari-cari kondom dan pelicinku di tas. Ternyata kondom habis, karena tadi cuma tersisa satu. Ah…gimana neh?,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts